Kamis, 18 September 2008

KEBAHAGIAAN BERUMRAH DIBULAN SUCI RAMADHAN 1429 H

Oleh : H. Prayitno Ramelan. S.IP
16 September 2008


Pada bulan suci Ramadhan 1429 H ini penulis mendapat ridho Allah Swt, atas perkenanNya dapat melaksanakan ibadah umrah ketanah suci Mekkah. Perjalanan diawali pada tanggal 3 September 2008 dengan menumpang pesawat Garuda dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara King Abdul Aziz Jedah.

Pada ibadah kali ini penulis yang berangkat bersama anak laki sulung (Didit), mantu, besan dan eyangnya mantu bergabung dalam Biro Perjalanan Resi Tour yang dipimpin oleh Ustadzah Ibu Hj. K. Moethalib yang merupakan guru penuntun agama dari istri. Semua pengurusan yang dikendalikan oleh Mbak Ita dan Mas Wawan , Alhamdulillah semuanya lancar. Rombongan pertama berjumlah 12 orang berangkat bersama Ibu Moethalib pada tanggal 3 September 2008 jam 08.40 Wib. Keterlambatan dari jadwal hanya 30 menit dari yang direncanakan. Salut untuk temanku Emir Satar.

Selama perjalanan cuaca cukup baik hanya saat melintasi timur Sumatra terdapat Haze dan pesawat agak bergoyang karena adanya clear air turbulance. Alhamdulillah pesawat selamat mendarat di Jeddah pada pukul 14.15 waktu setempat. Udara sekitar 33 derajat Celsius. Bagi yang berpuasa Insya Allah pahalanya ditambah karena waktu Jeddah mundur kebelakang 4 jam. Jadi jamaah berpuasanya 16 jam. Yang masih mengherankan pada bandara sesibuk Jeddah, para penumpang harus turun lewat tangga yang cukup tinggi dari pesawat Boeing 747-400, naik bis dan baru masuk terminal kedatangan yang terasa sederhana. Agak merupakan masalah bagi jamaah yang sudah tua.

Proses imigrasi berjalan lancar, setelah semua kopor-kopor diambil, dengan bus yang sangat besar dan bagus, rombongan dibawa menuju ke Hotel Trident. Hotelnya cukup baik, dan pengaturan kamar dan kopor juga baik. Sholat Dhuhur dan Ashar dikamar masing-masing. Proses diatur oleh seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Arab Saudi, Robbi Syauki. Buka puasa dihotel, dengan makanan yang beragam, mulai dari korma segala macam, jus, teh ,kopi, buah segar, dan main course yang sangat beragam. Alhamdulillah.

Setelah shalat Magrib dan Isya, juga tarawih dikamar masing-masing, pada jam 22.00 rombongan berangkat menuju Madinah. Saat berangkat terjadi hujan, katanya hal yang sangat jarang terjadi. Perjalanan memakan waktu sekitar 5 jam, pada pukul 03.00 rombongan tiba di Madinah dan menginap di Hotel Al-Harram diseberang hotel Oberoi. Setelah mandi, makan sahur, jamaah menuju Mesjid Nabawi yang nampak Agung dengan menara dan lampunya yang sangat indah. Udara terasa sangat panas, angin bertiup kencang, suhu sekitar 42 derajat Celsius. Para jamaah dari banyak negara sangat memadati Mesjid Nabawi. Berdua dengan anak laki sulung, sholat dapat dilaksanakan dibagian tengah masjid. Maka mulailah rangkaian ibadah sebagaimana yang diajarkan Ibu Moethalib, Shalat Tahiyyatul Masjid, Shalat Sunnah Wudhu, Shalat Sunnah Taubah, Shalat Sunnah Tahajud, Shalat Sunnah Qobliyah Subuh. Kemudian shalat Subuh berjamaah….sangat terasa dihati ini rasa bersyukur dapat kembali ke Masjid Nabawi.

Setelah Subuh, mencoba dengan anak menuju ke Raudah (ditandai dengan karpet abu-abu), walau agak ramai, Alhamdulillah, dengan ridho Allah kami dapat shalat sunnah 2 rakaat ditempat suci tersebut yang disabdakan Rasullulah sebagai salah satu tempat yang qobul apabila kita berdoa kepada Allah Swt. Amin. Setelah sholat kembali penulis membawa anak masuk barisan berusaha berziarah kemakam Rasulullah, Alhamdulillah walau agak berdesak-desak, atas perkenan Allah, kembali niat terlaksana …Assalammualaika ya Rasulullah.

Dengan perasaan gembira dan syukur yang mendalam, pada ketibaan pertama di Madinah, niat-niat telah dapat terlaksana. Mulai siang itu rombongan melakukan ibadah di Mesjid Nabawi, baik shalat fardhu, termasuk shalat dhuha dan shalat tarawih. Pada acara buka puasa pertama, kami bertiga (penulis, Didit dan Mas Wawan) bergabung dengan jamaah lainnya di Mesjid Nabawi. Plastik telah digelar diatas karpet, minuman air zam-zam disiapkan, minuman semacam jahe juga dibagikan, tidak lupa korma, roti Arab, dan yoghurt. Warga yang hidup di Madinah berkecukupan berusaha menyiapkan hidangan ringan berbuka puasa, bahkan dengan agen-agennya yang setengah memaksa agar jamaah mau duduk ditempat yang mereka siapkan. Menarik memang, mau bersedekahpun harus agak memaksa. Tapi niatan tarsebut sangat dihargai. Kapan kita akan melakukannya dinegara kita?

Karena bulan Ramadhan, biasanya jamaah setelah shalat dzuhur tidak pulang, tetap berada di Mesjid Nabawi, ada yang tidur, ada yang mengerjakan shalat, ada yang berzikir. Jadi kapan lagi waktu dimanfaatkan keberadaan ditempat suci tersebut, jauh lebih bermanfaat daripada tidur dikamar hotel. Shalat Tarawih dilakukan 23 rakaat (3 witir), suratnya panjang-panjang, doanya panjang. Walau lama, surat yang dibaca imam terasa sangat indah dan benar-benar dapat dinikmati. Ternyata di Saudi terdapat pendidikan calon Imam masjid besar, dengan pendidikan bertahun-tahun, seorang pemuda yang berbakat dan hafal Al Quran harus terus berlatih secara Spartan agar dapat terpilih sebagai kader imam. Kiranya perlu juga kita membuat pendidikan calon imam serupa ditanah air.

Pada hari Kamis rombongan dibawa melakukan tour ke mesjid Quba melakukan shalat sunnah 7 kali, yang pahalanya seperti menunaikan ibadah Umrah. Melihat mesjid Qiblatain, mesjid Bilal, dan kepasar Kurma, membeli kurma Nabi dan kurma vitalitas untuk oleh-oleh.

Pada hari Jumat, rombongan melaksanakan shalat Jumat di Nabawi, dan Alhamdulillah kembali dapat melaksanakan shalat sunnah di Raudah. Pada malam harinya rombongan pertama bertemu dengan rombongan kedua (6 orang) di Hotel Green Palace (disebelah Oberoi) yang dipimpin oleh Bapak H.Rennier Latief.

Pada hari Sabtu pagi, kami bertiga (Didit dan Wawan) setelah sembahyang Dhuha, kembali berziarah wadha kemakam Rasulullah, berpamitan kepada beliau. Setelah itu rombongan berangkat menuju ke Mekkah dengan bis. Rombongan melakukan Miqot di Bir Ali, dan sudah mandi untuk berumrah di hotel, bagi pria sudah mengenakan pakaian Ihram. Di Bir Ali dilaksanakan Niat ibadah Umrah, sholat sunnah dua rakaat. Mulai itulah kita harus berhati-hati menjaga kesucian, berbicara, tidak memotong kuku tidak menarik rambut hingga rontok. Kalau terjadi akan kena Dam (denda) seharga seekor kambing (250 real).

Perjalanan ditempuh selama 4,5 jam. Yang menarik, saat mengisi bensin di perjalanan, iseng-iseng ditanyakan harga bensin, ternyata harga solar kalau dikurs 700 rupiah, bensin 1250 rupiah. Harga tersebut jelas sangat jauh bila dibandingkan harga di Indonesia. Mobil-mobil mewah berlalu lalang, ternyata di Saudi Arabia mobil pribadi tidak dikenakan pajak. Kondisi tersebut sangat bertentangan dengan keadaan wilayahnya, sepanjang jalan baik dari Jeddah-Madinah, atau Madinah-Mekkah yang terlihat hanyalah padang batu, pasir yang kering dan gersang.

Jadi kenapa bisa begitu di Arab?. Sumber daya alam dimanfaatkan baik untuk kesejahteraan raja, negara dan masyarakatnya. Tidak ada yang berani main-main dengan hukum. Sekali seseorang melakukan pelanggaran pidana, seperti mencuri, membunuh dan tindak pidana lainnya, dia akan berhadapan dengan hukum Islam. Dipotong tangannya, mulai dari pergelangan, siku dan bahu. Apabila membunuh, maka dia akan dipancung dimuka keluarga yang dibunuhnya. Law enforcement-nya sangat jelas dan tidak ada kompromi, menakutkan dan mengerikan.

Setelah tiba di Mekkah, rombongan menginap di Hotel Surya dibelakang Hilton. Menjelang sholat Isya rombongan memasuki Masjidil aram, MasyaAllah jamaah yang beribadah sangat banyak, mirip dengan musim Haji...Inilah uniknya berumrah dibulan Ramadhan. Maka setelah mengikuti shalat Isya berjamaah di Masjidil Haram, rombongan melaksanakan Tawaf, Sa’i dan Tahalul. Tawaf dilakukan saat shalat tarawih, tetap agak ramai, rombongan terpencar, saya tawaf bersama Mas Rennier yang berjalan dengan tenang dan senyum, terlihat sangat ikhlas dan berpengalaman. Dikatakan oleh Mas Tomy (adiknya), semua sebaiknya kita lakukan dengan tenang dan sabar, baru kita dapat menyerap energi yang sangat besar disekitar Kabah. Selesai tawaf, kelompok dapat melakukan doa dimuka Multazam, dan dapat sholat di Hijjir Ismail, berdoa dibawah Pancuran emas, salah satu tempat yang sangat qobul apabila kita berdoa. Seluruh kelompok ahirnya dapat bertemu saat hampir selesai Sa’i. Acara doa dan tahalul dipimpin dan dilakukan oleh pembimbing Ibu Moethalib. Alhamdulillah, maka selesailah rangkaian ibadah umrah.

Mulai hari senin tanggal 8 September 2008, rombongan melakukan rangkaian ibadah di Masjidil Haram yang suci itu. Semua kegiatan ibadah, zikir, doa, dikerjakan dengan sepenuh hati, tanpa mengenal lelah dan mengantuk. Selalu kami berusaha melaksanakan ibadah dihalaman sekitar Kabah, yang apabila selesai mengerjakan shalat, mata dapat langsung memandang Kabah dengan penuh perasaan dan doa yang tidak pernah putus. Yang juga sangat membantu adalah saat berbuka puasa, dihotel disiapkan makanan dengan menu seperti di Indonesia, ada bubur kacang hijau, kolak, soto, rawon, ayam goreng, gado-gado, bukan main perut dan lidah tetap bisa menikmatinya. Yang memasak catering warga Madura di Mekkah.

Pada malam hari sekitar jam satu kembali kami bertiga melakukan tawaf mengelilingi kabah, Penulis melakukan satu rukun (tujuh putaran) tetapi Didit dan Wawan melakukan dua rukun. Keistimewaan yang sebaiknya kita manfaatkan selama selama berkesempatan di Masjidil Haram…. setiap detik Malaikat Jibril terus menurunkan 120 Rahmat dari Allah. Terdiri dari 60 Rahmat yang akan kita terima apabila kita melakukan tawaf, 40 Rahmat apabila kita melakukan shalat dan 20 Rahmat akan diberikan apabila kita memandang Kabah dengan sepenuh hati. Jadi apabila kita sedang berada di Masjidil Haram, sangat sayang apabila tidak memanfaatkan keberadaan kita tersebut, semakin banyak kita beribadah jelas akan semakin banyak tabungan kita bukan?

Pada tanggal 8 pagi rombongan pertama yang digabung dengan rombongan kedua diajak tour ke Jabal Rahma, Jabal Zur, Mina, Padang Arafah.

Pada tanggal 9 pagi setelah shalat Subuh berjamaah dan masing-masing shalat Dhuha, maka rombongan melaksanakan tawaf wadha (perpisahan), dibimbing oleh pembimbing Ibu Moethalib. Dijelaskan oleh beliau bahwa yang sangat penting adalah bagaimana hati kita kita buka, dengan tulus sepenuh hati, berhubungan dengan Allah, apa yang kita wiridkan adalah hukumnya. Dengan perlahan rombongan mengelilingi Kabah, tak terasa air mata mengalir, kita memohon ampun kepada sang pencipta, Yang Maha Kuasa atas segala dosa yang kita perbuat selama ini, dan ungkapan rasa syukur kita atas segala nikmat yang telah kita terima dari Allah Swt.

Setelah selesai Tawaf, kita melaksanakan sholat sunnah 2 rakaat, kemudian berdoa yang dipimpin oleh Ibu Moethalib, Ya Allah, sangat terasa kesedihan kita akan berpisah dengan Kabah, akan meninggalkan tempat yang sangat suci ini, ya Allah semoga engkau mengijinkan, memanjangkan umur kami dan memberi kesempatan kepada kami untuk kembali berkunjung kemari. Ya Allah semoga engkau mengabulkan semua doa-doa kami selama berada ditanah suci ini. Amin.

Kami kemudian keluar dari masjidil Haran, melambaikan tangan kepada Kabah, dengan berjalan menyamping….Alhamdulillah Ya Allah kami telah selesai melaksanakan ibadah umrah dengan lancar.

Pada siang hari rombongan berangkat menuju ke Jeddah, perjalanan ditempuh sekitar satu jam. Sempat meninjau Makam Siti Hawa, meninjau Mesjid terapung, dan kembali menginap di Hotel Trident. Kembali buka puasa di restoran Hotel dengan aneka hidangan yang bukan main. Malam harinya acara tour ke Gaza dan Pertokoan Al-Balad. Rata-rata jamaah Indonesia pasti sudah berkunjung ke TAP (Toko Amir Perfumes), Amir orang Indonesia yang sukses dan mempunyai toko cukup besar di Al-Balad. Harga Parfum dapat dikatakan murah karena free tax.

Pada tanggal 10 September 2008, rombongan kembali ketanah air dengan pesawat Garuda, yang kembali jam penerbangannya hanya terlambat 20 menit. Selama diperjalanan buka puasa dan sahur dilaksanakan dipesawat. Para Jamaah dilayani dengan baik oleh para awak kabin, ramah, termasuk mayoritas yang dikelas ekonomi. Penerbangan lancar, aman, cuaca baik, pramugari ramah, makanan enak, minuman cukup, semakin terasa kita dimanjakan Allah SWT. Pada jam 05.00 pagi pesawat dengan lembut mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Semua barang aman, air zam-zam diperoleh, keluarga menjemput dengan gembira. Kita saling berpelukan saat berpisah dengan rombongan.

Sebagai penutup, saya pribadi beserta keluarga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ibu Hj. K. Moethalib dan Resi Tour atas terlaksananya ibadah Umrah kami dengan dukungan yang sangat baik. Saya Alhamdulillah telah beberapa kali ketanah suci, baik berhaji maupun berumrah, akan tetapi dengan jujur saya sampaikan bahwa bimbingan ibadah umrah kali ini adalah ibadah terbaik yang saya rasakan baik pelayanan, suasana kekeluargaan, khususnya bimbingan ibadahnya. Beberapa arahan dan penjelasan Ibu lebih membuka hati saya dalam berkunjung ketanah suci dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Semoga Allah Swt membalas semua budi baik Ibu. Juga kepada pengelola Resi Tour (Mbak Ita dan Mas Wawan) saya ucapkan terimakasih yang tidak terhingga.

Saya juga sangat terkesan terhadap suasana kekeluargaan dikelompok 12, dimana selain keluarga saya, terdapat Amelia yang agak sakit tapi ceria dan menyenangkan (Insya Allah akan sembuh setelah berdoa disana ya Lia), Dewi yang pengetahuan agamanya cukup dalam, mbak Conny yang murah senyum, Ibu Engkon yang sudah sepuh tapi masih bersemangat, Mbak Ita yang simpatik dan tough, Mas Wawan yang selalu mendampingi kapanpun kita akan ibadah, juga anakku Didit dan Nana yang sangat tekun beribadah, besanku Mbak Tuti yang terlihat sangat berbahagia, Embah yang walau berumur 94 tahun masih semangat dan sehat….dan…. tidak lupa Ibu Moethalib yang doa-doanya bukan main. Kesimpulannya walau ngantuk kurang tidur dan kini agak batuk, saya sangat berbahagia sekali dalam melaksanakan ibadah umrah kali ini, Alhamdulillah Ya Allah.

Apabila ada diantara pembaca yang tertarik untuk Umrah maupun berhaji bersama travel ini, telponnya sebagai berikut : RESI TOUR (Telp. 62-21-75913285 / 86, Fax : 62-21-7511578, HP : 0811926251). Maaf saya bukan beriklan, tetapi hanya ingin berbagi nikmat Allah yang alhamdulillah saya dapat melalui Resi Tour, dan Ibu Hj.K.Moethalib-nya.

Rabu, 17 September 2008

KORUPSI YANG MENGHANCURKAN

Oleh : Prayitno Ramelan
12 Nopember 2007

Bangsa Indonesia sebenarnya harus bersyukur, diberi banyak kelebihan oleh Tuhan dibandingkan bangsa lainnya. Memiliki sumber daya alam yang melimpah, wilayah yang luas, tanah yang subur, letak geografis, jumlah penduduk yang besar. Tapi setelah 62 tahun merdeka, data Bank Dunia menunjukkan sekitar 49 persen penduduk Indonesia (hampir 120 juta lebih) sekarang ini masih berada dibawah garis kemiskinan.

Kita lihat salah satu kekayaan kita, cadangan minyak Indonesia 7,1 Milyar Barel (MB), dibandingkan Thailand 0,6MB, Vietnam 1,4MB, Malaysia 3,7MB, Singapura Nihil, China 26,8MB. Cadangan Gas kita 2,5 Triliun Cu.M, dibandingkan Thailand 0,4, Vietnam 1,4, Malaysia 3,7, Singapura Nihil, China 1,3 (Transparency International/2004, UNCTAD/2004). Ini baru satu macam kekayaan, belum lainnya yang masih banyak lagi. Sepertinya kita tidak percaya kalau negara dan rakyat kita ini susah. Yang salah apanya?. Sistem politik, ekonomi, sosial dan budaya, pengaruh globalisasi, salah urus atau faktor manusianya?. Para ahli banyak yang sependapat bahwa bahaya laten yang harus diberantas adalah korupsi (“kebiasaan berperilaku koruptif”).

Sejak pemerintahan Presiden SBY, pemberantasan korupsi menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah, dengan menggalakkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) disamping Kejaksaan Agung dan Polri.. Korupsi masuk dalam kelompok KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Belum jelas benar KKN itu haram atau halal?. Tidak mudah menyimpulkannya, semua pihak memiliki argumentasi masing-masing. Lebih baik kita bahas korupsi yang domainnya jelas, konsep pemerintah juga jelas. Korupsi sudah masuk keseluruh sendi kehidupan bangsa, bukan budaya lagi tapi sudah jadi komoditas? Apa benar?. Apabila dibiarkan terus, korupsi secara perlahan tapi pasti akan menjadi gurita raksasa yang bisa membelit kita semua.

Korupsi Yang Dapat Menghancurkan.

Korupsi adalah penyalah gunaan wewenang untuk kepentingan pribadi atau suatu kelompok tertentu (Transparency International 1995). Pada korupsi tersangkut tiga pihak, pihak pemberi, penerima dan objek korupsi (Sindhudarmoko,2001). Dalam buku saku KPK berjudul Memahami Untuk Membasmi, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU No.31 Tahun 1999 jo.UU No.20 Th 2001, dalam pasal-pasalnya dirumuskan 31 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi. Pimpinan KPK (Agustus 2006) menyatakan, menurut Pacific Economic and Risk Consultancy, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara terkorup di Asia.

Menarik apa yang disampaikan Hasan Hambali (2005) dalam penelitiannya. Sumber korupsi mencakup dua hal pokok yaitu ”kekuasaan kelompok kepentingan dan hegemoni elit”. Kekuasaan kelompok kepentingan cenderung lebih berwawasan politik, hegemoni elit lebih berkait dengan ketahanan ekonomi. Piranti korupsi umumnya menggunakan perlindungan politis dan penyalahgunaan kekuasaan. Interaksi sumber dan piranti menimbulkan empat klasifikasi, Manipulasi & suap (interaksi antara penyalah gunaan kekuasaan dan hegemoni elit), Mafia dan Faksionalisme (golongan elit menyalah gunakan kekuasaan dan membentuk pengikut pribadi), Kolusi dan Nepotisme (elit mapan menjual akses politik dan menyediakan akses ekonomi kepada keluarga untuk memperkaya dirinya, keluarga dan kroni), Korupsi Terorganisir dan Sistem (korupsi yang terorganisir dengan baik, sistematik, melibatkan perlindungan politik dari kekuasaan kelompok kepentingan).

Sekarang kita menjadi faham kenapa kasus-kasus besar yang diindikasikan korupsi seperti BLBI misalnya sangat sulit dibongkar dan dituntaskan, besar kemungkinan ada kelompok kepentingan dan hegemoni elit yang terlibat. Karena itu mereka mempunyai “bargaining position dan bargaining power” yang kuat sehingga sulit disentuh, kemungkinan korban jatuh akan luas dan dapat menyebabkan negara ini bergetar. Disinilah diuji kepemimpinan dari beberapa instansi yang ditugasi menangani korupsi.

Sebagai contoh kita lihat laporan dari Transparency International tentang tindakan korupsi yang berakibat pada suatu kegiatan usaha yang juga akan membawa akibat kepada negara. Organisasi non pemerintah ini yang diciptakan untuk memerangi korupsi (1993) dan baru mengadakan sidang tahunannya di bali bulan Oktober lalu mengeluarkan instrumen Corruption Perception Index (CPI). Nilai CPI merupakan persepsi pengusaha multinasional, jurnalis keuangan internasional dan masyarakat domestik, sangat sulit dimanipulasi karena melibatkan banyak pihak yang diluar kemampuan pemerintahan suatu negara.

Nilai CPI menjelaskan posisi ranking persepsi suatu negara dalam hal aktivitas keberadaan korupsi yang diberikan oleh masyarakat internasional. CPI mempunyai nilai 0-10, nilai 0 untuk yang paling tinggi korupsinya, nilai 10 paling bersih. Negara maju dan berkembang umumnya nilai CPI-nya lebih dari 5, Negara terbelakang atau baru berkembang nilainya kurang dari 3.

Mari kita lihat posisi negara kita, tahun 2004 CPI Indonesia 2,0 (ranking/rk 137 dunia), CPI Singapura 9,3 (rk 5), CPI Australia 8,8 (rk 9), CPI Malaysia 5,0 (rk 39), CPI China 3,4 (rk 71), CPI Philipina 2,6 (rk 104), CPI Vietnam 2,6 (rk 106). Tahun 2005 CPI Indonesia 2,2 (rk 140), Tahun 2006 CPI Indonesia 2,4 (rk 134), Tahun 2007 CPI Indonesia 2,3 (rk 143). Ditingkat regional posisi Indonesia tahun 2007 ranking 25 dari 32 negara, hanya lebih baik dari Bangladesh, PNG, Kamboja, Laos, Afghanistan, Tonga dan Myanmar (terburuk). CPI Indonesia membaik sedikit pada 2006 (2,2 ke 2,4), tetapi pada 2007 turun lagi 0,1 kenilai 2,3.

Data diatas hanyalah sebuah contoh/indikator bahwa korupsi di Indonesia memang sangat sulit diberantas. Sejak 2005-2007 pergeseran nilai CPI nya dinilai sangat kecil. Dengan nilai CPI 2,3 pada 2007, Indonesia masih masuk dalam kelompok negara terbelakang atau negara baru berkembang. CPI sangat erat hubungannya dengan PMA (Penanaman Modal Asing), semakin tinggi nilai CPI suatu negara, PMA juga akan semakin tinggi nilainya (Harrison 2002). CPI yang rendah akan menurunkan minat investor asing untuk berinvestasi disuatu negara, mereka sulit memprediksi biaya dan rencana investasi karena adanya biaya tambahan diluar biaya resmi yang harus dibayar.

China dengan CPI 3,4 (2004) telah mampu menarik dana PMA dalam jumlah yang sangat besar disebabkan karena lingkungan usaha yang kondusif yaitu moral dan komitmen pejabat dan masyarakatnya yang mampu menciptakan aturan-aturan yang masuk akal (transparansi, pemerintahan yang lebih baik, kebijakan yang bisa dimengerti, keterbukaan, liberalisasi investasi dan perdagangan). Korupsi berdampak terhadap makroekonomi, berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dalam jangka pendek pengaruhnya belum terlihat, tapi dalam jangka panjang korupsi sangat mematikan pertumbuhan ekonomi (Sindhudarmoko,2001).

KPK Motor Penanggulangan Korupsi

Visi KPK (Mewujudkan Indonesia Yang Bebas Korupsi) & Misi KPK (Penggerak Perubahan Untuk Mewujudkan Bangsa Yang Anti Korupsi) sudah jelas, hanya bagaimana melihat efektifitas penerapan Visi & Misi tersebut. Landasan hukum yang tersedia 6 Undang-Undang dan 2 Peraturan Pemerintah dirasa cukup untuk mendukung manuver KPK. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kekuatan dan kemampuan KPK sanggup menghadapi lawannya?.

Pada waktu Pemerintahan Orde Baru, yang menerapkan stabilitas politik, keamanan dan ekonomi pada waktu itu. Maka pembentukan KOPKAMTIB (Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) dibentuk, diperkuat dan diperluas dengan Bakorstanasda yang struktur dan sarananya sudah tergelar diseluruh wilayah. Termasuk para spesialis keamanan dalam negeri. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, cengkeraman Kopkamtib sudah terasa dimana-mana, dan menjadi suatu Badan yang sangat ditakuti, khususnya mereka yang dapat menggangu kebijaksanaan pemerintah.

Dibandingkan dengan KPK, prediksi lawan/sasaran KPK jauh lebih bervariasi dan luas dibandingkan Kopkamtib. Sementara anggota KPK dilihat dari kwa jumlah saja sangat sedikit, sehingga agak diragukan dari segi kekuatan dan kemampuannya menjamah wilayah korupsi di Indonesia. Bila dianalogikan “penyakit kanker”, tingkat keparahan korupsi di Indonesia sudah masuk stadium empat. Pasien hanya punya dua pilihan,”die tomorrow or die after tomorrow”. Karena itu KPK harus mengambil posisi yang jelas, berani melakukan terobosan-terobosan segar, menjadi “subyek lingkungan” dengan penekanan pada semangat juang yang konsisten dan kreatif untuk melakukan manuver dan kordinasi keseluruh jajaran samping dan masyarakat.

Sudah kadaluwarsa bila KPK hanya sekedar bermain sebagai ”pemadam kebakaran”. Survei dari Lingkaran Survei Indonesia bulan September 2007 menunjukkan 66,1% responden mengatakan program anti korupsi tidak adil atau pilih kasih, popular dengan istilah tebang pilih. Walau survei baru berupa persepsi publik, ini pendapat rakyat yang tidak main-main. Apakah mungkin pelaku korupsi serta kekuasaan kelompok kepentingan dan hegemoni elit yang terlibat sudah dapat meng “counter” KPK?. Persepsi diatas 60% tersebut adalah bukti mulai terbentuknya opini negatif.

Yang perlu diingat, kredibilitas KPK adalah bersih dan transparan kepada Presiden, DPR dan kepada publik. Jajaran KPK harus ekstra hati-hati, kredibilitasnya yang akan diserang oleh musuhnya. Tidak hanya KPK saja yang bisa mengejar, tapi lawan juga akan mencari kerawanan dan kelemahan untuk berusaha menjatuhkannya. Sekali saja cacat prinsip, terpublikasikan maka KPK sulit lagi untuk jadi sandaran. Disinilah dibutuhkan integritas, keberanian, semangat rela berkorban, mental dan disipilin baja.

Melihat kekuatan, kemampuan serta kerawanan sasaran serta terbatasnya “agent action” KPK, implementasi “intelligence conditioning operation” bisa merupakan salah satu alternatif. Kenapa?.Karena korupsi adalah kegiatan tertutup (“undercover”) atau tindakan yang ditutup-tutupi, untuk itu diperlukan lawan dari kegiatan tertutup.

Bukan hanya operasi taktis kasus perkasus, penindakan hukum dan pengembalian uang negara saja sasarannya. Operasi harus bersifat strategis, sasarannya perbaikan mental anak bangsa. Memang sangat berat dan luas tugas tersebut. Tapi ini kira-kira yang akan menyelamatkan kita semua dari raksasa gurita itu.

Selasa, 16 September 2008

PAGUYUBAN “PURBOYO” ALUMNUS AKABRI BAGIAN UDARA 1970


Oleh : Prayitno Ramelan
26 Juni 2008

Nama Purboyo diambil oleh alumnus Akabri Udara 1970 sebagai nama kebanggaan kelulusan dan paguyuban. Pangeran Purboyo adalah seorang Pengeran dari Yogyakarta yang sakti mandraguna, arif, bijaksana, menjadi suri tauladan dikalangan masyarakat jawa. Beliau dimakamkan didekat kampus Maguwo tempat para Taruna/Karbol Angkatan Udara mengikuti pendidikan. Pada tiap Angkatan yang lulus dari pendidikan Akademi Angkatan Udara, masing-masing memilih nama misalnya lulusan 70 (Purboyo), 71 (Fatahilah), 72 (Suropati), 73 (Randublatung), 74 (Wirasakti), 69 (Bogowonto), 68 (Samigaluh), 67 (Sadsapta).

Biasanya nama-nama tersebut diambil berdasarkan suatu kejadian, misalnya tempat latihan, nama tokoh, tempat yang dianggap sangat berkesan bagi suatu angkatan. Ide tersebut sangat bagus dan dibuat pada saat Marsekal TNI Rilo Pambudi masih menjabat sebagai Kasau. Maksudnya agar tiap angkatan mudah dikenali dan mempunyai nama kebanggaan.

Khusus untuk Purboyo (penulis sebagai salah satu "member"), lulusan AAU/Akabri Bagian Udara 1970 ini sangat mengesankan, karena untuk pertama kali para taruna mengikuti pendidikan umum dasar kemiliteran Akabri Umum di Magelang, digabungkan bersama-sama taruna darat, laut dan polisi. Setelah satu tahun digembleng ilmu dasar kemiliteran, maka para taruna yang berpangkat Kopral Taruna dikirim kebasis pendidikan Angkatannya masing-masing. Taruna Darat tetap di Magelang, Taruna Laut ke Bumi Moro Surabaya, Taruna Udara ke Maguwo Adisucipto dan Taruna Polisi ke Sukabumi.

Pada saat pendidikan di lembah Tidar, para taruna dicampur komposisinya dalam peleton-peleton, kompi dan batalyon taruna. Suka duka pendidikan dasar membuat taruna keempat Angkatan menjadi saling kenal dan akrab. Saat itu Polri masih dibawah Mabes ABRI, sebagai Angkatan Kepolisian. Setelah sama-sama lulus dan dilantik pada tahun 1970 maka atas kesepakatan keempat angkatan Angkatan, dibuat paguyuban yang bernama Ada Perdana, dengan Lurahnya Jenderal TNI (pur) Subagyo HS.

Tokoh-tokoh alumnus Akabri Pertama dari keempat Angkatan yang menonjol diantaranya adalah Jenderal TNI Subagyo HS (Kasad), Jenderal TNI Tyasno Sudarto (Kasad), Jenderal TNI Luhut Panjaitan (Menteri Perindustrian), Jenderal TNI Fachrul Rozi (Wapangab), Letjen TNI Johny Lumintang (Sekjen Dephan), Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh (Kasal), Marsdya TNI Ian Santosa Perdanakusuma (Kabais TNI), Jenderal Pol Bimantoro (Kapolri), Mayjen TNI Mardiyanto (Masih menjabat Mendagri).

Untuk Akabri Jurusan Udara yang masuk pada tahun 1967 (nomor akademi 67), dan mengikuti pendidikan Akabri Umum di Magelang jumlah awalnya 107 orang. Dalam perjalanan karier menempuh penugasan hingga tulisan ini dibuat tercatat 25 orang mereka yang bernomor AK 67 telah meninggal dunia. Pada ahir pendidikan Akabri 70 ini mendapat tambahan 6 orang senior yang set back dan diwisuda bersama-sama tahun 1970 diistana Negara oleh Presiden Soeharto. Akan tetapi terdapat 10 orang dari nomor akademi 67 yang juga set back dan dilantik menjadi Letnan Dua pada tahun 1971. Jadi, Untuk Akabri/AAU 1970 yang murni dengan nomor AK 67, yang masih ada hingga kini tersisa 82 orang.Dari tambahan mereka yang set back 6 orang, tercatat yang masih ada 3 orang, 3 orang telah meninggal dunia.

Tidak terasa waktu berjalan demikian cepat, kalau sedang dilakukan pertemuan, bertemu kawan seangkatan, rasanya masih terbayang , semuanya belum lama berlangsung, main drumband bersama, pesiar bersama, makan di dining hall bersama, dihukum senior bersama, latihan komando bersama, terjun payung bersama, terbang bersama. Itulah hidup. Kini masing-masing alumnus yang sudah purnawirawan, hanya disibukkan dengan momong cucu, nyiram tanaman, baca koran, main golf, jalan pagi, intinya menjaga perasaan, menjaga emosi dan menjaga kesehatan.

Tetapi masih ada juga yang masih berbakti kepada negara melalui jalur partai politik dan eksekutif.Saat ini paguyuban Purboyo sama-sama prihatin karena ada beberapa teman yang sakit, istrinya sakit. Semua sadar bahwa setelah mendapat ktp seumur hidup (diatas 60 th) maka hati harus dijaga, qolbu harus lebih dibersihkan, kesehatan harus dijaga dan diperbanyak amal sholeh. Rata-rata teman kita yang Islam sudah menunaikan ibadah haji, banyak yang hanya tinggal dirumah, walau beberapa ada yang masih mempunyai kesibukan diluar rumah.

Demikian sepenggal kisah tentang Purboyo, Akabri Bagian Udara Pertama yang pernah bertugas dan berkiprah di Angkatan Udara, Di Mabes TNI, Bais, Dephan. Semua dilaksanakan dengan sepenuh hati, segenap kemampuan. Mereka pernah memberikan sesuatu yang terbaik untuk negara dan bangsa ini, walau mungkin negara ini belum mampu memberikan yang terbaik untuk mereka. Buktinya...setelah pensiun, beberapa rekan harus tetap berjuang agar tetap dapat hidup. Lho apa tidak dapat pensiun?? Dapat, Alhamdulillah sekitar dua jutaan lebih untuk yang berpangkat Marsekal Muda...terus yang pensiun kolonel berapa? Yang Letkol?

Tapi sudahlah semua harus diterima dengan sabar, memang harus disadari negara kita belum kaya, masih sulit. Mari kita jangan mengeluh, kan patriot bangsa!. Yang penting kita bersama pernah berjuang menjaga NKRI ini agar tetap menjadi NKRI.


Mari manfaatkan sisa waktu didunia ini dengan beriman dan beramal sholeh, berdoa agar mendapat pengampunan Allah SWT.

Bagi yang akan mengirim email dapat mengirim surat melalui motahu@gmail.com . Apabila ada junior atau generasi penerus TNI AU yang membaca tulisan ini, penulis mengharapkan mereka dapat meniru dan mengambil hal positif dari para seniornya sebagai suri tauladan dalam menyumbangkan dharma baktinya kepada bangsa dan negara melalui TNI AU. Maaf apabila ada hal-hal yang dipandang kurang tepat. Ini hanyalah sebuah kisah perjalanan para pemuda yang sudah mendarma baktikan segalanya kepada negara, dan kini mereka sudah menjadi simbah-simbah , diambang senja....!

Semoga Allah Swt mengampuni kita semua, menerima amal ibadah dan pengabdian selama ini, memberikan ridho, tambahan nikmat rejeki, tambahan nikmat kesehatan dan tambahan nikmat panjang umur. Dan juga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan ridho kepada bangsa dan negara dan rakyat Indonesia agar gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo. Amin.

KEISTIMEWAAN SESKOAU ANGKATAN KE-26

(kenangan masa lalu …serasa baru baru kemarin!)

Oleh : Prayitno Ramelan
9 Juli 2008

Seskoau (Sekolah Staf dan Komando TNI-AU) adalah pendidikan pengembangan umum tertinggi di Angkatan Udara. Lama pendidikan tiap angkatan memakan waktu sekitar sebelas bulan, bertempat si Lembang Bandung. Sebelum seorang perwira TNI AU mengikuti pendidikan ini, maka perwira tersebut harus lulus dari pendidikan Sekkau (Sekolah Komando Angkatan Udara) yang bertempat di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.

Syarat perwira untuk mengikuti pendidikan Seskoau berpangkat mayor/letkol, harus lulus dalam rangkaian tes yang biasanya dilaksanakan di kompleks AAU Yogyakarta. Setelah lulus, perwira tersebut akan tinggal dikompleks Seskoau Lembang hingga selesai pendidikan.

Pada tahun 1989-1990 penulis mengikuti pendidikan Seskoau angkatan ke-26, sekembalinya dari penugasan sebagai Pembantu Atase Pertahanan di New Zealand. Pada saat itu dalam mengikuti pendidikan Seskoau para perwira dibagi dua jurusan yaitu Staf Umum dan Komando serta Staf Umum Administrasi. Kelompok Suko (40 pasis) dan Sumin (70 pasis), para siswa dibagi dalam sindikat-sindikat. Siswa Seskoau-26 berjumlah 110 siswa, terdiri dari 99 Perwira Siswa (Pasis) TNI AU, sebelas pasis tamu terdiri dari 2 pasis TNI AD, 3 pasis TNI AL, 1 pasis Polri, 2 pasis Malaysia, 1 pasis Australia, 1 pasis Singapura dan 1 pasis Thailand.

Salah satu hal yang menarik adalah saat bangun pagi, siswa harus mengikuti lari pagi jam 04.30, diudara Lembang yang sangat dingin, kemudian senam bersama. Setelah itu pelajaran kelas, yang biasanya merangsang rasa kantuk, karena malamnya harus menyelesaikan penugasan dari para dosen/pembimbing. Setelah menyelesaikan pelajaran theori, dilaksanakan pelajaran praktek lapangan, peninjauan ke satuan-satuan TNI AU. Juga siswa diberikan pelajaran olah yudha, operasi gabungan bersama-sama pasis TNI AD dan pasis TNI AL. Penulis saat praktek latihan gabungan di Seskoad menjabat sebagai Asintel Kogasgab dengan Pangkogasgab Letkol Inf Djoko Santoso (saat ini masih menjabat sebagai Panglima TNI).

Untuk perwakilan siswa Seskoau 26 dipilih seorang ketua senat, terpilih Mayor Pnb Djoko Suyanto (terahir Marsekal, Panglima TNI). Selama pendidikan sebelas bulan sindikat-sindikat di rolling terbatas dimasing-masing jurusan Suko atau Sumin. Penulis selama sebelas bulan berada satu sindikat dengan Mayor Pnb Djoko Suyanto dan Letkol Lek Suyitno (terahir Anggota DPR RI, dengan pangkat Marsda). Selama pendidikan penulis telah mengamati dan melihat memang terdapat banyak keistimewaan dari rekan pasis Mayor Djoko Suyanto.

Pada awal pendidikan rata-rata siswa mengetahui bahwa Seskoau adalah sebuah pendidikan yang harus dilalui oleh seorang perwira TNI AU dalam menapak karier, paling tidak hingga mencapai pangkat Kolonel, ternyata kemudian Seskoau juga dapat menjadi jenjang apabila seorang perwira akan menjadi perwira tinggi. Oleh karena itu pendidikan Seskoau sangatlah penting dalam keberhasilan karier seorang perwira.

Dari 70 pasis kelas Sumin, pada akhir penugasan tercatat yang menjadi Marsekal Pertama 8 orang, berpangkat Marsekal Muda 2 orang (Marsda TNI Hari Dwiyono/Aslog Kasau dan Marsda TNI Sudjarwo/Irjenau). Dari kelas Suko, karier perwira Seskoau-26 terlihat lebih menonjol, dari 40 pasis, pada akhir penugasan tercatat yang berpangkat Marsekal Pertama 6 orang, Marsekal Muda 7 orang, Marsekal Madya 2 orang dan Marsekal 2 orang.

Dari kelas Suko tercatat yang berpangkat bintang dua keatas adalah Panglima TNI (Marsekal TNI Djoko Suyanto), Kasau (Marsekal Herman Prayitno), Wagub Lemhannas (Marsdya TNI Toto Riyanto), Dansesko TNI (Marsdya TNI IB Sanubari), Irjenau (Marsda TNI Eko Edi Santoso), Staf Ahli Panglima (Marsda TNI Gadiono), Widyaswara Lemhannas (Marsda TNI Jhonni Laksadipura), Sahli Menhan (Marsda TNI Prayitno Ramelan), Asrena Kasau (Marsda TNI R.Supriyanto), Sahli Menhan (Marsda TNI Tumiyo).

Dari data-data diatas, maka sangatlah benar apabila Seskoau Angkatan- 26 merupakan Sesko yang sangat istimewa. Setelah TNI AU melaksanakan 25 kali pendidikan, maka baru pertama kali terjadi di Angkatan ke-26 ini ada mantan pasisnya yang menjadi Panglima TNI, dan istimewanya juga ada alumnus yang menjadi Kepala Staf TNI AU. Kedua alumnus tadi menjadi ikon kebanggaan mantan pasis Seskoau 26. Marsekal TNI Djoko Suyanto yang dahulu menjadi Ketua Senat, sangat luwes saat menjalankan tugas, dimana terdapat banyak seniornya baik di Sumin maupun di Suko. Kecerdasan, leadership, intelektual, kepribadian, sehat, wawasannya luas dan luwes bergaul itulah modalnya.

Dengan ilmu pengetahuan spotting intelijen yang dimiliki, melihat potensi para pasis banyak yang menonjol, penulis saat pendidikan membuat pengamatan, mencoba membuat ramalan dan mengatakan kepada rekan-rekan pasis dikelas Suko, bahwa suatu saat TNI AU akan dipimpin dan jabatan strategisnya akan diduduki oleh alumnus Seskoau-26. Ternyata estimate tersebut benar. Jadi sebenarnya sejak pendidikan di Seskoau, TNI AU dapat melakukan pengamatan lebih khusus dan detail kepada para perwiranya. Akan didapat fakta-fakta diantaranya kepemimpinan, kecerdasan, karakter, kepribadian, keseriusan, tanggung jawab, keluwesan bergaul, keluasan wawasan.

Dari fakta-fakta tersebut, akan didapat kelompok perwira yang sudah mulai menonjol, tersaring sebagai calon-calon pimpinan TNI AU maupun TNI. Tugas selanjutnya adalah monitoring dan membina secara khusus perwira tersebut disatuan penugasan. Jadi untuk kebutuhan mempersiapkan pemimpin masa depan, sebaiknya dilakukan lebih awal, agar datanya lebih objectif.

Demikian sedikit informasi tentang Seskoau Angkatan 26 yang hingga kini mungkin satu-satunya alumnus yang mempunyai paguyuban, kembali dengan penjurunya mantan perwira senat kita His Exellency Air Marshal (Ret) Djoko Suyanto. Sedikit ada yang lupa...pada awal pendidikan, Komandan Seskoau dijabat oleh Marsda TNI Zainudin Sikado, dan pada pertengahan pendidikan diganti oleh Marsda TNI Handaya Lestari (Alm). Thank you sir! Juga kepada para dosen, pembimbing, staf, tukang ketik, tukang cuci baju, tukang masak, diucapkan terima kasih banyak....walau sudah 28 tahun lebih berlalu, ternyata apa yang kita kerjakan bersama telah menghasilkan sesuatu...diantaranya kebanggaan dan keberhasilan membekali dan mempersiapkan pemimpin masa depan. Semoga Allah SWT yang membalas budi bapak, ibu sekalian.

Kepada para junior, ”jadikanlah Seskoau menjadi tempat belajar, menimba ilmu, yang akan lebih membuka dan memperluas cakrawala pandangmu”. Tunjukkan semangat, dedikasi, kemauan belajar kepada para pembimbing, karena catatan dan hasil akhir akan terus terbawa dalam meretas karier. 117 mata kuliah yang didapat, pada ujungnya untuk membekali para perwira meretas karier dan membuat keputusan yang semakin lama semakin sulit dan luas tanggung jawabnya. Ingat, medan penugasan akan semakin luas dan tantangan sebagai perwira TNI akan semakin besar dan beragam diera demokrasi masa kini yang menuntut transparansi dan kejujuran. Jadikanlah senior-seniormu sebagai tauladan dalam menempuh jenjang karier. Contoh sudah ada bukan!!

Senin, 15 September 2008

STRATEGI PARPOL MENJELANG 2009

Oleh: Prayitno Ramelan
17 April 2008

Strategi adalah sebuah rencana jangka panjang yang diikuti dengan tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu tercapainya keberhasilan atau kemenangan. Strategi kadangkala dicampur adukkan dengan taktik, yang memiliki ruang lingkup lebih sempit dan waktu yang lebih singkat. Pada awalnya ilmu strategi maupun taktik hanya dipergunakan untuk kepentingan militer saja, tetapi kemudian berkembang keberbagai bidang seperti bisnis, ekonomi, pemasaran, manajemen dan lain-lain.

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti komandan militer. Militer menggunakan taktik dan strategi dengan batasan pelaksanaan yang tegas. Strategi untuk memenangkan peperangan, taktik digunakan dalam memenangkan pertempuran yang merupakan bagian dari peperangan. Tahun 2009 Indonesia kembali akan melaksanakan pemilu dan pilpres secara langsung. Suatu hal yang penting bagi parpol untuk memenangkannya adalah penggunaan strategi dan taktik yang tepat.

Pada saat ini sedang dilakukan verifikasi dua tahap parpol yang akan ditetapkan sebagai peserta pemilu. Tahap pertama verifikasi parpol lama (peserta pemilu 2004) yang telah berbadan hukum dan 16 partai yang memiliki kursi di DPR. Tahap dua pendaftaran dan verifikasi parpol baru yang sudah lulus dan berbadan hukum. Baru partai yang lulus verifikasi akan ditetapkan sebagai peserta pemilu 2009 dan diberi nomor urut.

Sejak masa pendaftaran pertama hingga kemenangan yang diraih baik dalam pemilu maupun pilpres, masing-masing parpol memerlukan strategi pemenangan, yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilaksanakan. Kenapa sulit?. Tujuh parpol papan tengah dan atas yang dinilai sudah mapan harus berhasil pada taktik awal, mulai dari penyusunan RUU pemilu, RUU pilpres dan pertimbangan berkoalisi. Parpol-parpol baru jalannya masih panjang, harus lolos verifikasi, membentuk pengurus yang solid dan harus berurusan dengan birokrasi yang cukup rumit

Kita mengetahui bersama kalau parpol terdiri dari kumpulan orang yang mempunyai persamaan pandangan, pemikiran, pendapat dan kepentingan untuk mencapai suatu tujuan tertentu diwilayah politik. Biasanya dalam berpolitik seseorang mempunyai kepentingannya sendiri, setelah itu kepentingan kelompoknya dalam partai, baru kepentingan partai. Oleh karena itu kita tidak perlu heran apabila terjadi perpecahan dalam tubuh parpol.

Sebagai contoh Golkar terpecah secara internal, ada kelompok Akbar Tanjung, kelompok Jusuf Kalla, dan ada kelompok yang kurang suka dengan ketua umumnya. PDI-P pecah, beberapa tokohnya membentuk partai sendiri. Partai Demokrat juga terpecah, antara mereka yang merasa pendiri dan pendatang baru. PKB juga ribut antara Ketua Dewan Syuro (Gus Dur) yang memecat Ketua Dewan Tanfidz (Muhaemin) . Pada tahun 2008 ini konflik internal sebaiknya segera diselesaikan, agar tidak terjadi pembusukan dari dalam yang jelas akan menurunkan perolehan suara

Bagi tujuh partai yang sudah mapan, masing-masing harus membagi medan tempur sesuai dengan kekuatan dan kemampuan kader dan pengurus partai diwilayah yang harus direbutnya. Ada dua masalah, yaitu pemenangan pemilu dan kedua apabila mampu mengajukan calon dan memenangkan capresnya. Pemenangan pemilu adalah apa yang akan ditawarkan kepada rakyat. Terlihat ada yang mulai menyuarakan masalah pengentasan kemiskinan, apakah sudah tepat?.

Penetapan dan deklarasi capres apa juga sudah tepat orangnya? Hasil yang realistis sebaiknya mengacu kepada sebuah hasil survei opini publik. Walau masih berupa persepsi, tetapi dengan metodologi yang benar, dinilai dapat mewakili realita. Dari hasil survei opini publik 2004 oleh Poolling Center masalah yang paling serius dihadapi oleh rakyat adalah masalah ekonomi (23,2%) dan harga yang tidak stabil (23%), sedang masalah kejahatan, kemacetan lalu lintas isu lingkungan dan bencana alam menduduki peringkat kedua (rata-rata 5%).

Yang menarik, masyarakat menilai masalah korupsi, politik, dan terorisme bukan masalah yang serius bagi mereka. Bahkan masalah hukum benar-benar bukan masalah mereka (nilai 0%). Untuk masalah yang dihadapi oleh negara, responden menilai bencana alam (40%), harga tidak stabil (27%), masalah ekonomi/lapangan kerja (17%) dan masalah korupsi (6%). Masalah korupsi walau diranking empat, lebih penting dibandingkan masalah hukum, politik, kemiskinan, pendidikan dan teror.

Responden memilih (73%) bahwa pemimpin agama lebih baik konsentrasi pada masalah kemaslahatan umat ketimbang urusan politik dan sebaiknya kembali ke hakikat dan nilai-nilai Islam yang murni. Saat itu responden muslim memilih yang menjadi objective bagi Indonesia adalah pembangunan ekonomi yang lebih cepat menjadi prioritas (73%), mengurangi pengaruh negara barat super power (9%) dan kembali kepada interpretasi Islam tradisional (6%)

Jenis media paling dipercaya adalah Televisi (87%), dengan prosentase sangat percaya kepada berita TV (23%), cukup percaya (71%). Dari data tersebut, maka taktik yang perlu dikembangkan, parpol mendekati rakyat dengan pendekatan ekonomi kerakyatan. Kondisi saat ini agak kurang menguntungkan bagi incumbent Presiden SBY dan partainya. Potret kesulitan rakyat dan dieksposenya kenaikan harga di media massa sangat merugikan citranya. Yang harus diangkat adalah bagaimana upaya mengangkat ekonomi rakyat yang nilai psikologisnya sama pentingnya dengan kestabilan harga.

Bukan isu kemiskinan, rakyat sudah faham bahwa banyak yang sudah lama miskin. Persoalan yang penting bagi mereka adalah bagaimana upaya peningkatan ekonomi dan berkait dengan kestabilan harga. itulah impian mereka (46,2%). Penilaian pembangunan ekonomi yang lebih cepat juga akan besar pengaruhnya. Dalam menghadapi pilpres, penetapan calon presiden sebaiknya juga didasari dari hasil survei. Seorang calon yang hasil surveinya rendah, sehebat apapun dia kemungkinan besar akan kalah dalam pilpres.Kecuali dalam kurun waktu tertentu ada kejadian khusus.

Seperti pada kasus pemilu 2004, pada awalnya SBY hanya diperingkat tiga, tetapi ahirnya menang. Pemilihan tokoh agama sebagai capres/pendamping perlu dipertimbangkan, karena rakyat melihat mereka lebih baik konsentrasi pada kemaslahatan umat. Suatu fenomena baru terjadi dalam pilkada. Calon dari koalisi PKS dengan partai lainnya telah dapat memenangkan tiga pilkada propinsi besar. Disini terlihat terjadinya perubahan perilaku konstituen, yang mirip dengan kasus pilpres 2004. Sby tidak didukung partai papan atas tetapi menang mutlak dalam dua putaran.

Kesimpulannya masyarakat tidak bisa digiring dalam aliran mengikuti jejaring infrastruktur partai. Konstituen cenderung melihat muka baru, suatu figure alternatif yang dinilai masih bersih. Tidak dengan klasifikasi tertentu misalnya artis atau pengusaha atau politisi, tetapi siapapun yang dinilai memenuhi calon alternatifnya. Pengaruh media massa dan pemberitaan lainnya sangat besar dan merupakan faktor penentu, bukan mutlak pengaruh parpol. Faktor kedua baru rakyat menyimpulkan parpol yang dipandang bersih dari permainan.

Ada kecenderungan PKS akan menjadi partai yang menyuarakan kebersihan, dan berjuang dengan untuk dan atas nama rakyat.PKS menyuarakan jangan sampai ada yang lapar, jangan sampai ada yang bodoh dan jangan sampai ada yang sakit, baru masuk kewilayah ekonomi. Disinilah salah satu strategi PKS dalam mengambil hati masyarakat. Dengan demikian maka benar bahwa partai papan atas harus kembali menganalisa kondisi psikologis masyarakat khususnya tentang perubahan perilaku para pemilih.

PKS memenangkan 88 pilkada dari 149 yang diikuti, tujuh diantaranya tingkat propinsi. Dari 88 kesuksesan tersebut berarti sudah tercapai 69 persen. Dari pilkada yang diikuti PKS, 63 persen dimenangkannya, baik dengan berkoalisi maupun maju sendiri. Menurut Presiden PKS Tifatul Sembiring, kemenangan yang diraih di pilkada tidak secara equal matematis juga akan pasti menang di pilpres, tetapi implikasinya jelas ada. Kelihatannya untuk pilpres mendatang PKS akan mempersiapkan capres/cawapres apabila perolehan suaranya diatas 20%. Dan calonnya akan dipilih dengan kriteria aspek kompetensi, aspek moral, aspek visioner, dan kemampuan komunikasi. Pegangan PKS adalah seperti kata Rasul SAW, serahkan segala sesuatu pada ahlinya. Inilah strategi PKS yang telah berhasil memunculkan dirinya dan meraih kesuksesan dalam kancah persaingan dunia perpolitikan di Indonesia.

Sementara ini dari hasil survei, untuk tingkat nasional masih terlihat kekuatan dan dominasi SBY dan Megawati. Memang mempersamakan Pilpres dengan pilkada dibeberapa daerah belum tentu tepat. Parpol yang sukses dalam pilkada jangan bangga dahulu atas hasil didaerah, euphoria ini bisa menyebabkan kegagalan terhadap sasaran partai yang lebih besar. Dalam pilpres, pembentukan opini tingkat nasional jauh lebih sulit, masih banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Sarana menjelang 2009 yang harus dipegang dan dimanfaatkan oleh parpol adalah komunikasi kekonstituen. Pertama, untuk memasuki wilayah area bawah sadar konstituen, televisi sangat besar manfaatnya, mirip merupakan alat brain washing. Ada sebuah rumus intelijen yaitu “let them thing, let them decide”, biarkan mereka berfikir dan biarkan mereka memutuskan.

Jelas bagi parpol yang menguasai pejabat didaerah akan sangat diuntungkan, sebagai pejabat (key formal individual) mereka akan dapat dimanfaatkan dalam mempengaruhi masyarakat didaerahnya pada saat pemilu dan pilpres. Itulah sebahagian contoh kaitan informasi dan taktik untuk memenangkan suatu persaingan dalam wadah strategi. Taktik lainnya harus menjadi subsistem dari strategi parpol secara utuh. Membaca situasi dan kondisi secara cermat dan realistis serta obyektif sangat diperlukan.

Kekalahan calon parpol papan atas dalam beberapa pilkada, dapat dinilai karena kekeliruan dalam membaca situasi dan kondisi perilaku pemilih. Dengan semakin berkembangnya sistem demokrasi dan keterbukaan, penggunaan pola lama sebagai suatu strategi dinilai menjadi usang. Parpol harus mengambil keputusan lebih berani dengan penuh perhitungan seperti yang dilakukan oleh jago-jago analis PKS sewaktu memutuskan pengajuan cagub Jawa Barat. Tanpa data, maka besar kemungkinan arah strategi pemenangan sebuah parpol akan tidak tepat.

Bahkan apabila terjadi kesalahan atau kekurang telitian penerapan strategi, resikonya perolehan suara jelas akan jatuh atau bahkan hilang. Termasuk juga kehilangan ongkos yang tidak main-main. Memang harga di politik tidak murah, tetapi kalau menang, ya untungnya lumayan juga. Ya jabatan, ya kekuasaan, ya kehormatan, dan lain-lain!Semoga bermanfaat.

Jumat, 12 September 2008

BERANGKAT DIBULAN RAMADHAN

Oleh : Prayitno Ramelan
1 September 2008


Pada sore diawal Ramadhan, mulai terasa haus, haus karena puasa. Tapi ini adalah bulan suci yang kita tunggu bersama, bulan kita memohon ampunannya. Semua haus akan tidak terasa dengan keyakinan kita dalam melaksanakan ibadah ini. Karena kita tidak tahu berapa besar dosa kita pribadi yang telah kita buat sejak kita dilahirkan hingga kini.

Sore ini sengaja saya bergabung kembali didalam hubungan maya dengan para netters, rekan-rekan bloggers, para pembaca yang berlalu lalang didunia ini. Saya telah membuat sebuah website http://www.motahu.com/ . Kini saya membuat sebuah blog dengan nama Opini-prayitno.ramelan.

Blog ini hanya sebuah karya kecil dari sebuah pribadi diakhir senja, sebuah sumbangan pemikiran yang sangat kecil dibandingkan dengan para pemikir, pengamat dan pemimpin besar itu. Tetapi ada sesuatu yang coba disampaikan yaitu sebuah pemikiran bagi bangsa dan negara ini, bagi rakyat, masyarakat banyak, yang sama-sama hidup dinegara dengan nama Indonesia.

Tidak ada maksud apa-apa....hanya sebuah sumbangan yang kecil dari hati yang tulus dan bersih.Bagi mereka yang masih muda, semangat menggelora jelas menguasai relung hatinya, tapi bagi seorang diakhir senja...hanya keinginan ketenangan bathiniah, lahiriah serta ampunanNYA yang didambakan.

Tidak terasa setiap saat saya mendapat telpon...berita duka cita. Satu demi satu teman baik di Angkatan Udara mendahului.Rekanku Letkol Armadjaya, Kolonel(purn) Sudahlan mendahului, Marsma TNI (pur) Ir.Sulistiyo Budihardjo meninggal karena sakit, Kolonel Tek (Pur) Asmara Bakti meninggal juga kerena sakit, terakhir juniorku Marsda TNI (Pur) R.Supriyanto meninggal mendadak saat tidur.

Tidak terasa dari 109 teman seangkatan di AKABRI Udara saat sama-sama masuk di Lereng Tidar, kini sudah 23 orang yang mendahului.Apa itu tidak mengingatkan dan menyadarkan kita bahwa hidup ini hanya sementara dan tidak terasa...sangat pendek.Karena itu kawan, mari kita manfaatkan sisa hidup ini berapapun umurmu, demi diri kita sendiri, demi keluarga, bangsa dan negara ini. Jangan masuk diwilayah buruk, karena hidup ini tidak ada artinya bila kita berbuat buruk. Mungkin didunia anda akan senang dengan apa yang didapat dengan jalan buruk.

Khusus untuk rekan sesama muslim....mari kita sadari, mulai Ramadhan ini kita bersihkan hati kita dan otak kita, agar nanti bila kita harus menghadap Sang Khalik, kita bisa mempertanggung jawabkan perbuatan kita.

Kini, kita lihat banyak orang yang nekat, tidak perduli, menghalalkan cara untuk mendapat harta, ya merampok, mencuri, membunuh, mengkorupsi...sangat menakutkan.

Mari kita bersihkan hati kita, kita berdoa, berzikir, beribadah dengan tulus dan hati yang terbuka kepada Allah SWT, mari kita berangkat dibulan suci Ramadhan ini menuju kejujuran dan kebersihan. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, mengampuni dosa kedua orang tua kita, dan Allah mengasihani kita, memberikan tambahan nikmat rejeki, tambahan nikmat kesehatan dan nikmat panjang umur bagi kita. Selamat menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadhan ini. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt. Amin

Saya mohon maaf apabila ada kata yang salah, atau ada yang kurang berkenan.

SUDAH KALAHKAH GUS DUR ?


Oleh : Prayitno Ramelan
11 Agustus 2008

Keputusan Mahkamah Agung yang menetapkan tidak syahnya pemecatan Cak Imin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB serta Lukman Edy sebagai Sekjen PKB semakin meningkatkan rasa percaya diri keduanya. Sebagai kelanjutannya Menkum dan HAM pada tanggal 24 Juli 2008 dengan surat nomor. MHH-67.AH.11-01.2008 mengeluarkan keputusan menindak lanjuti keputusan MA tersebut. Secara hukum maka kini posisi pejabat teras PKB kembali keposisi muktamar Semarang, Ketua Umum Dewan Syura KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) , Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Sekjen Lukman Edy.

Kini, kita tidak bisa membayangkan bagaimana situasi dan kondisi didalam tubuh pengurus PKB, carut marut dan diliputi ketidak pastian dan kebingungan. Jelas, di PKB secara politis masih terasa adanya dua kubu yang berseberangan, kubu MLB Parung (Gus Dur) dan Kubu MLB Ancol (Cak Imin). Politisi, DPP, DPW, DPC pun juga tercerai berai. Dengan keputusan MA tersebut kubu Ancol berada diatas angin, kubu Parung tertekan. Pernyataan dari Cak Imin dan Lukman Edy menggambarkan sepertinya Gus Gur sudah habis, bahkan pernah muncul wacana akan mengganti Ketua Umum Dewan Syura dengan yang baru. Benarkah dan sudah kalahkah Gus Dur?

Muhaimin Iskandar dan Lukman Edy dengan cerdik telah mampu mengalahkan Gus Dur secara hukum dan politis. Belajar dari pengalaman terdahulu saat terjadinya konflik antara Gus Dur dengan Alwi Shihab, Cak Imin dan Lukman Edy dalam posisinya sebagai salah satu Wakil Ketua DPR dan menteri melakukan langkah cepat dan berhasil melakukan lobi tingkat tinggi. Kordinasinya dengan Depkum dan HAM menghasilkan legitimasi formal berupa pengakuan pemerintah dalam pengembalian kedudukan di PKB. Dengan memegang surat sakti dari Depkum dan HAM tersebut jelas keduanya berada diatas angin.

Para politisi PKB mau tidak mau harus merapat ke Cak Imin apabila namanya secara resmi ingin ditetapkan KPU sebagai caleg pada pemilu 2009. Siapa yang mau berkorban untuk sesuatu yang belum jelas, khususnya mengorbankan kedudukan menjadi anggota dewan yang nikmat itu. Disinilah titik lemah dan titik rawan kedudukan Ketua Umum Dewan Syura yang membuatnya lumpuh secara hukum dan politis. Keputusan dan hubungan politis antara pemerintah, KPU dan parpol terkesan cukup dibangun dengan Ketua Umum Partai dan Sekjennya. Pada parpol dimana terdapat terdapat seorang Ketua Umum Dewan Syura, kekuasaan dan wewenangnya lebih banyak pada internal partai saja. Oleh karena itu maka wibawa seorang Ketua Umum Dewan Syura harus benar-benar dihormati, dijaga dan dijalankan oleh seluruh elit parpol bersangkutan. Sangsi apapun pada internal parpol tersebut haruslah jelas.

Kubu Ancol terlihat masih diliputi euforia kemenangan dan kebebasan. Seakan-akan PKB sudah milik keduanya. Secara tidak disadari keluarlah pernyataan-pernyataan yang dinilai agak arogan, menyudutkan dan mengecilkan arti seorang Gus Dur. Upaya pengiriman tim damai dari kubu Gus Dur-pun kelihatannya kurang direspons dengan baik, sehingga kemudian dibubarkan Gus Dur. Mereka banyak melakukan syukuran, dan terlihat demikian ceria di layar kaca. Mereka lupa kebesaran nilai seorang Gus Dur, bekas Presiden, keturunan Kiai Hasyim Asy’ari pendiri NU, pendiri PKB, tokoh yang tidak mengenal takut, nekat dan sering kontroversi, semua dipandang tidak sulit.

Gus Dur adalah seorang tokoh besar di Indonesia, memang ucapan dan langkah-langkahnya sering membuat orang tidak suka dan sering menimbulkan rasa sakit hati. Tapi, bila kita menyimak sejarah, para tokoh di Indonesia umumnya mampu bertahan pada tekanan seberat apapun. Bung Karno, walau kejatuhannya menyakitkan, hingga kini tetap dihormati sebagai proklamator. Pak Harto walau diupayakan digiring masuk penjara, saat meninggalnya demikian dihormati, kasusnyapun kini tidak jelas. Habibie yang tidak bisa melanjutkan jabatannya sebagai Presiden RI karena pertanggungan jawabnya ditolak DPR, kini dihormati ditanah air. Megawati walau kalah pada pemilu 2004, kini namanya justru berkibar kembali sebagai kandidat calon presiden 2009.

Kedatangan Gus Dur pada peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Merdeka merupakan langkah pendekatan kepada pemerintah, yang sejak konflik terakhir jarang dilakukan elit kubunya. Bahkan terkesan selalu diposisi berseberangan, lupa kalau pemerintah sedang berkuasa yang mengatur segala sesuatunya. Langkah simpatik tersebut jelas akan mempunyai kekuatan politis pada waktu mendatang. Terlihat, Presiden SBY pun secara khusus memberikan apresiasi kepada Gus Dur, sebagai satu-satunya mantan Presiden yang mau menghadiri undangan pemerintah.

Nah, dari beberapa hal tersebut diatas yang seharusnya disadari oleh kubu Ancol. Gus Dur memang secara hukum dan politis kini kalah, tetapi jangan posisikan dirinya sebagai musuh terus menerus. Memang banyak pihak menyayangkan sikap Gus Dur yang sering seenaknya membuat keputusan tanpa ada yang berani membantah. Pak Matori Abdul Djalil sebagai tokoh yang sangat berjasa membesarkan PKB dipecat dengan alasannya saat itu mendukung Megawati. Alwi Shihab yang dulu mati-matian membantu Gus Dur saat berkonflik dengan Pak Matori juga dipecat gara-gara hanya menjadi menteri. Bukannya bangga kadernya menjadi pejabat tinggi, tapi justru dipecat. Kemudian Cak Imin, keponakannya, yang dulu mati-matian melawan Alwi Shihab juga dipecat dengan alasan yang hampir serupa. Kini kasus dengan kedua orang generasi menengah ini yang seharusnya menyadarkannya.

Terus bagaimana nasib PKB? Para politisi dan generasi penerus PKB sebaiknya menjaga hati para konstituennya yang kaum nahdliyin. Kemelut ini membuat pendukungnya pasti bosan dan tidak simpati kepada pengurusnya yang dipandang seperti anak kecil. Contoh rebutan nomor urut partai yang disiarkan luas antara Cak Imin dan Yenny menunjukkan sikap ketidak dewasaan pengurus terasnya. Dampak kemelut dan konflik telah terasa dan tercermin pada pilkada Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Cagub PKB Jateng pada pilkada lalu hanya menempati urutan terahir dari lima pasangan Cagub. Demikian juga pada pilkada Jawa Timur, cagub PKB terpuruk diurutan bawah, hancur disarangnya sendiri. Suara konstituen nahdliyin lari kecalon lain yang berbau NU, bahkan ada yang kewilayah nasionalis. Ini menunjukkan bahwa pengaruh PKB di Jawa Timur mulai menurun tajam. Pengaruh terhadap konstituennya secara perlahan mulai dikendalikan oleh Ketua Umum PBNU. Kita lihat saja seberapa besarnya pengaruh PBNU melalui putaran kedua pilkada Jatim. Apabila pasangan Khofifah dan Mudjiono (KAJI) yang menang, maka telah terjadi transformasi kontrol terhadap konstituen PKB, karena suara nahdliyin kelihatannya diarahkan kesana.

Sangat disayangkan apabila signal kurang baik ini disikapi biasa-biasa saja oleh elit PKB, sementara jadwal pemilu hanya sekitar delapan bulan lagi.. Membangun sebuah partai dan mendapatkan pemilih sangatlah sulit. Terlebih kini terdapat 34 partai yang berebut pemilih. Yang aneh justru pengurus dan petinggi PKB sepertinya mensia-siakan pendukungnya yang sudah jadi dan selama ini loyal. Tetap saja konflik masih belum juga selesai. Kita menjadi heran, apa yang sebenarnya mereka perjuangkan?.Elit PKB mestinya sadar bahwa terlepas dari sikap seenaknya dan kontroversi Gus Dur, masih sangat banyak pemilih PKB yang menjadi pengikut setia Gus Dur.

Langkah politik Gus Dur terbaru yang menerima pendekatan dari PPP, signal ini perlu diwaspadai Cak Imin, karena begitu Gus Dur membuat pernyataan politik yang ringan saja, maka berbondong-bondonglah pengikutnya yang akan hijrah ke PPP. Sebelum PKB terbentuk, PPP adalah wadah penyalur aspirasi politik warga nahdliyin. Selain itu terdapat ancaman dari PKNU yang didalamnya terdapat mantan pengurus PKB dan beberapa kiai NU.

Gus Dur dengan segala kekurangannya mempunyai kelebihan yaitu berani mengutarakan pikiran dan pendapatnya tanpa beban.Disamping itu jabatan Ketua Umum Dewan Syura sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di PKB tetap digenggamnya. Apabila tetap pada posisi tertekan, dan Gus Dur benar-benar menyatakan Golput, maka diperkirakan banyak pengikutnya akan golput ataupun pindah kepartai lain. Selain itu akhir-akhir ini mulai terjadi gesekan horizontal antara pendukung Gus Dur dengan pendukung Cak Imin. Di Garut pada tanggal 19 Oktober 2008 sekelompok pendukung Gus Dur menyerbu dan merusak kantor PKB Garut. Demikian juga di Jombang massa Gus Dur merebut kantor DPC PKB kubu Muhaimin.

Dengan demikian maka sebenarnya Gus Dur belumlah kalah seperti yang digambarkan banyak pihak, justru posisi disia-siakan dan dilecehkan oleh kaum muda di PKB merupakan kunci kemenangannya. Kultur dikalangan NU sangat tidak membenarkan pelecehan kiai oleh santrinya. Yang ditakutkan dikalangan santri, bahkan kiai adalah jatuhnya hukuman sosial dikalangan mereka. Pemakzulan tokoh politik lebih mudah dilakukan, tetapi seorang tokoh agama sebesar Gus Dur akan sangat sulit dimakzulkan, karena didalamnya terdapat unsur budaya, kepercayaan, kehormatan dan fanatisme yang sudah mengakar.

Keberanian Cak Imin dan Lukman Edy serta arogansi yang kini muncul diwilayah politik harusnya juga diukur secara hati-hati dengan budaya yang berlaku, jangan terjebak dengan hanya pemikiran politik murni. Dinilai dari ilmu perang, langkah keduanya memang sudah on track, tetap berpegang teguh pada tujuan. Melawan Gus Dur harus tabah baik mental maupun moral, tidak boleh goyah sedikitpun. Kunci awal yang dibutuhkan adalah diplomasi dan pendekatan ke Pemerintah, ini sudah berhasil dilakukannya.

Sudah waktunya Cak Imin bertindak bijaksana, melakukan konsolidasi dan merangkul bekas lawan politiknya didua tingkat, yaitu di DPP, dan kemudian pada Gus Dur. Toh, legitimasi pemerintah sudah ditangannya, sehingga posisi tawarnya sudah cukup kuat. Kalau tetap dengan posisi “status quo” , jelas yang akan dikorbankan adalah PKB. Buat apa menang konflik kalau nanti perolehan suara PKB dalam pemilu 2009 hanya dibawah dua persen atau bahkan kurang. Salah langkah dan strategi selanjutnya jelas akan mengecilkan PKB.

Yang diwaspadai mendatang adalah kemungkinan politik bumi hangus lawan politiknya yang jauh lebih berpengalaman. Juga sangat perlu diwaspadai kemungkinan meluasnya gesekan di akar rumput. Ini dimungkinkan karena harga sebuah gengsi sangat mahal bagi seseorang.

MENSIKAPI PILKADA JAWA TENGAH

Oleh : Prayitno Ramelan
23 Juni 2008

Walau belum secara resmi KPUD mengumumkan hasil pilkada Jawa Tengah, quick count dari beberapa Lembaga Survei menunjukkan bahwa pasangan Letnan Jenderal TNI (Pur) Bibit Waluyo dengan Bupati Kebumen Rustriningsih telah menang dengan hasil yang jauh diatas para pesaingnya. Lembaga Suvei Nasional, Lingkaran Survei Indonesia, Lembaga Survei Indonesia dan Puskaptis memberikan prosentase kemenangan kepada Bibit-Rustriningsih sebesar 39,13 - 44,42 persen suara pemilih. Pasangan yang diusung PDIP tersebut mengalahkan pasangan Sadono-M Adnan (Golkar), Sukawi Sutarip-Sudharto (PD-PKS), M Tamzil-Rozak Rais (PPP-PAN), dan Agus Suyitno-Kholiq Arif (PKB). Gubernur Jateng Ali Mufiz memperkirakan golput berkisar antara 35-40 persen.

Pemilihan Kepala Daerah di pulau jawa, khususnya tingkat propinsi sangat menarik untuk diikuti dan dipelajari secara mendalam oleh partai politik peserta pemilu. Dari empat propinsi besar, mulai terlihat peta kekuatan partai politik. Di DKI walaupun kalah dalam pilkada, PKS yang berdiri sendiri perolehan suaranya hampir menandingi gabungan dari 29 parpol. Ini dikarenakan Jakarta termasuk lumbung suara dari PKS. Pada pilkada Jawa Barat koalisi PKS-PAN mampu menempatkan calonnya sebagai gubernur-wagub hanya dengan dasar perolehan suara 16,7 persen pada pemilu 2004. Kini di Jawa Tengah PDIP yang berdiri sendiri memenangkan calonnya sebagai gubernur-wagub.

Sementara ini masih tersisa satu propinsi kunci yaitu pilkada di Jawa Timur yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2008. Hingga saat ini para elit parpol terlihat masih mengalami kesulitan membaca perilaku para pemilih di pilkada. Sementara orang membacanya adanya pengaruh kuat dan korelasi pilkada dengan pilpres 2009. Pada pemilu 2004 lalu, masyarakat yang baru belajar melaksanakan pilpres langsung, tidak bisa dikontrol oleh jejaring parpol. Pada putaran kedua pasangan SBY-JK yang didukung partai papan menengah mampu mengalahkan pasangan Mega-Hasyim yang didukung dua parpol papan atas. Saat itu yang terbaca, untuk tingkat nasional pengaruh parpol terkalahkan dengan daya tarik capres. Konstituen memutuskan pilihannya hanya berdasarkan ketertarikan pribadi dan pengaruh keluarga.

Pada pilkada tingkat propinsi DKI, pengaruh kuat PKS dan daya tarik Adang hampir saja memenangkan persaingan. PKS terlalu percaya diri sehingga mengalami kegagalan di DKI. Pada pilkada Jabar, pemilihan calon yang tepat, penonjolkan kejujuran dan kepolosan calon serta dukungan PKS yang menyuarakan kebersihan mampu menciptakan kemenangan. Pasangan HADE ahirnya mengalahkan incumbent Gubernur dan dua Jenderal purnawirawan. Patut diingat Jabar yang wilayahnya bersentuhan dengan DKI mempunyai kemiripan sikap konstituennya yang dinamis.

Kini di Jawa Tengah, keadaan terbalik, calon PDIP yang Letjen purnawirawan dipasangkan dengan incumbent bupati wanita yang menang. Dari data perolehan suara pemilu 2004 di Jateng, PDIP meraih 29,83% suara, Golkar 16,14% suara, PKB 14,71% suara. Sementara PPP-PAN 16,81% dan PD-PKS 12%. Ini menunjukkan Jateng adalah lumbung suara PDIP. Kemenangan calon PDIP kali ini banyak disebabkan karena mereka all out dalam kampanye. Megawati yang dalam survei LSN pada awal 2008 popularitasnya tetap stabil ikut aktif berkampanye dan terlihat mampu merangkul dan menjaga hati serta kesetiaan konstituennya.

Kelebihan lain dari calon PDIP dikarenakan keduanya merupakan pasangan ideal dan layak dijual. Bibit kelahiran Klaten, sebagai pensiunan militer terlihat tegas, jujur dan bersahaja, berbicara apa adanya. Tidak ada berita negatif dari cagub ini. Pasangannya sebagai satu-satunya calon wanita diantara tujuh pria terlihat menarik dan pintar. Dinilai cukup profesional sebagai incumbent Bupati. PDIP telah belajar dari kasus di Jawa Barat dan Sumatera Utara, bahwa untuk memenangkan sebuah pilkada harus digunakan strategi pengaktifan mesin partai secara maksimal dan pemilihan calon yang disesuaikan dengan keinginan dan perilaku pemilih.

Calon dari Golkar berada diurutan kedua. Dengan perolehan suara 16,14 % pada pemilu 2004, sebenarnya Golkar mampu bersaing, tapi strateginya kalah dibandingkan kompetitor utamanya. Mesin partainya kurang berfungsi maksimal, sehingga tidak mampu mengalahkan kharisma Mega dilapangan. Kelemahannya dikarenakan tidak mungkin JK sebagai Ketua umum juga turut berkampanye. Setelah kalah dilumbung suaranya di Jabar, kekalahannya di Jawa Tengah banyak mengundang kritik di internal Golkar sendiri.

Kondisi yang agak parah dialami PKB, calonnya yang mantan Pangdam Diponegoro Mayjen TNI (Pur) Agus Suyitno hanya mampu menempati urutan terahir perolehan suara dari 5 pasang calon. Kondisi ini merupakan peringatan yang serius bagi PKB yang masih berkonflik. Dengan perolehan suara 14,71 % pada pemilu 2004, kenapa calonnya kini justru berada diurutan paling bawah. Ini membuktikan bahwa emosi dan ambisi petinggi PKB yang terus berkonflik sangat merugikan partai, menyebabkan konstituennya bosan dan lari kecalon lain.

Dalam pilkada ini kegagalan PKB bukan disebabkan calonnya yang mantan purnawirawan TNI. Toh, calon PDIP sebagai pemenang juga purnawirawan TNI. Lemahnya dukungan terhadap calon lebih murni karena imbas masalah internalnya. Konflik yang kini terjadi pengaruhnya akan sangat besar pada pemilu dan pilpres 2009.

Untuk calon dari gabungan PD-PKS dan PPP-PAN, yang belum dapat menang lebih disebabkan karena faktor tidak adanya keistimewaan yang menonjol dari calon mereka, kalah popular dengan pemenangnya. Lagipula upaya merebut simpati dilumbung PDIP dan Golkar sangat sulit dilakukan. Kondisi budaya masyarakat Jawa Tengah menunjukkan bahwa pemilih tradisional PDIP tetap setia kepada partai dan tokohnya. Kentalnya budaya penurut masyarakat Jateng akan sulit menggoyahkan kepemimpinan keturunan Bung Karno sebagai simbol dan panutan di PDIP. Alhasil, peran Mega, mesin partai dan kesesuaian calon merupakan satu kesatuan yang sulit dilawan.

Dengan demikian maka ada beberapa hal yang dapat diambil sebagai pelajaran dan perlu disikapi. Mesin partai politik mulai mampu menggiring kembali kesetiaan konstituennya didaerah tertentu. Kedua, pasangan calon yang dipilih dapat berasal dari purnawirawan TNI ataupun sipil. Ketiga, calon sebaiknya memenuhi kriteria faktor utama jujur, sederhana dan dapat dipercaya. Keempat, karakter dan budaya dari daerah pemilihan sangat perlu diperhitungkan

Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka akan semakin lengkaplah pembacaan arah perilaku pemilih yang selama ini sangat sulit untuk ditentukan. Setelah pilkada Jawa Timur nanti, diperkirakan perilaku pemilih akan semakin jelas arahnya. Dengan demikian maka parpol peserta pemilu dapat menerapkan strategi pemenangan secara lebih efektif dan efisien.

Kamis, 11 September 2008

SEMANGAT JUANG ITU MASIH ADA

Oleh : Prayitno Ramelan, Analis Lembaga Indset
Sumber : SINDO - 22/05/2008

Potret Indonesia beberapa waktu terakhir adalah gambaran sebuah bangsa yang sedang dirundung kemalangan dan kesulitan. Berita paling panas adalah rencana pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Katanya, guna menyelamatkan APBN,terpaksa pemerintah harus menaikkan harga salah satu kebutuhan vital itu. Kalau tidak, negara ini akan collaps. Sebagai dampak dari pemberitaan tentang rencana kebijakan itu, harga-harga pun mulai merambat naik. Kemudian muncullah demonstrasi di mana-mana sebagai ekses pengumuman tadi. Bentrok terjadi antara polisi dengan demonstran. Maklum ada pendemo yang terlalu bersemangat hingga membuat polisi marah.

Yang mengherankan, masih ada pandangan negatif pejabat kepada para pendemo tersebut. Banyak yang lupa bahwa zaman sudah berubah, sekarang zaman demokrasi.Demokrasi kebebasan, bahkan ada yang menyebut demokrasi liberal.Apa pun namanya, rakyat tidak mau seenaknya diperlakukan karena negara ini kepunyaan bersama. Bukan kepunyaan mereka, para elite. Mereka yang duduk di pemerintahan suka lupa bahwa hanya sementara menduduki kursi yang empuk itu.

Hebat dengan mobil sedan yang mulus, gaji besar, dikawal dengan jip pakai sirine.Bahkan ada yang ke hajatan pengantin pun dikawal,tamu lainnya disuruh minggir. Lupa bahwa yang menggaji mereka negara dan uangnya sebagian dari rakyat juga. Padahal sebenarnya mereka juga rakyat biasa yang kebetulan saja karena nasibnya baik menjabat sebagai menteri atau apalah.

Itulah orang kita, kalau sudah menjabat, rasanya seumur hidup dia akan memegang jabatan itu.Banyak yang kemudian berubah, lupa kepada teman,sangat sulit ditemui. Katanya harus melalui prosedur protokoler dan sekuriti. Kemudian, tiba-tiba ada pertandingan bulu tangkis di negeri ini, memperebutkan Piala Thomas dan Uber.Rakyat Jakarta dan sekitarnya yang mewakili rakyat Indonesia, tuamuda, besar-kecil, artis, pejabat, orang kaya,orang miskin bersatu padu membela tim Indonesia.

Mereka rela antre dari subuh untuk mendapat tiket menonton pertandingan tim kebanggaannya yang akan berlaga pada sore hari. Untuk apa? Mereka yang berkumpul di Istora Senayan bersatu padu membela sesuatu yang bisa mereka banggakan. Bergemuruh, bersemangat, dengan teriakan dan pekikan ”Indonesia!” Sejenak mereka lupa polemik rencana kenaikan harga BBM, lupa demonstrasi, lupa kenaikan harga sembako,lupa harus membayar sekolah, lupa kesulitan hidup.

Penonton yang ada di rumah pun tidak terasa emosinya terbawa dengan semangat yang menggelora itu. Lalu yang terjadi, kedua tim kebanggaan mereka kalah. Biasanya di sini kalau tim yang dibela kalah akan timbul kekacauan. Motor rusak dibakar, kaca-kaca toko dipecah,atau mobil dilempari batu.Tapi ini hal itu tidak terjadi.Mereka mengatakan rela dan menerima kekalahan timnya.

Semuanya menyambut tim dengan semangat dan kebanggaan.Tidak perlu jadi juara,yang penting pemuda dan pemudi itu dinilai sudah menunjukkan semangat luar biasa membela Merah Putih, membela nama bangsa dan negara yang mereka cintai bersama. Terus kita patut merenung lebih dari situasi ini.Yang dapat dilihat di sini adalah gabungan antara kerinduan membela sesuatu yang sudah lama mereka idamkan dan gejolak semangat juang yang ada di dalam dada.

Semangat itu tidak hanya ada di dada orang tertentu. Semangat itu ada di dada suporter tua, muda, dewasa,laki, perempuan. Semangat membela Merah Putih! Setelah perhelatan akbar ini selesai, apakah semangat itu masih besar? Kelihatannya semangat juang tadi kembali akan meredup. Mereka akan kembali kepada rutinitas kehidupan, kembali harus berjuang hidup, menjalani tantangan rencana kenaikan BBM,kelangkaan gas,kenaikan harga sembako.

Mereka tentu akan mencari lagi siapa dan apa sebenarnya sosok idola yang akan mereka dukung dan siapa yang akan didudukkan pada pihak yang berseberangan. Jelas, sementara ini pemerintah dengan kebijakan BBM berada di sisi lain dari rakyat. Pemerintah dinilai hanya memikirkan kesuksesannya menjaga sesuatu yang disebut penyelamatan APBN.Rakyat pun tidak tahu apa itu.

Pemerintah justru dinilai tidak memikirkan kewajibannya membela rakyat yang semakin sulit ini. Kenapa itu harus terjadi? Di Istora pada final Uber Cup tampak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahumembahu bersama rakyatnya dengan semangat yang menggelora mendukung tim yang berjuang demi negaranya.Walau belum berhasil karena memang lawan lebih kuat, semua menerima dengan ikhlas. Presiden ikhlas, rakyat ikhlas menghadapi kekalahan tim kita.

Nah, kenapa semangat kebersamaan atau semangat juang itu tidak diteruskan? Kini yang terjadi sang Presiden justru terus didemonstrasi oleh rakyatnya, baik dari mahasiswa maupun ibu-ibu.Apakah rencana kenaikan BBM ini sudah dipikirkan akibatnya? Kenapa pemerintah bersikukuh menerapkan kebijakannya yang sangat tidak populer dan bertentangan dengan kehendak rakyat? Apakah benar tidak ada jalan lain? Pemerintah patut untuk bisa membaca bahwa semangat juang bangsa ini masih demikian besarnya. Pemerintah yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yodhoyono harusnya mendengar keluhan rakyat dan bersatu dengan rakyat itu.

Bukan justru berada di sisi yang berseberangan.Kalau penolakan rakyat masih bersifat sporadis memang bisa diterima.Namun jika penolakan sudah meluas, melibatkan tokoh-tokoh nasional, tokohtokoh organisasi agama,tokoh partai, elemen mahasiswa, bahkan organisasi massa, maka potensi gejolak peretak kesatuan akan muncul. Jadi, inilah saat yang sangat tepat bagi Presiden dan Wakil Presiden untuk mengambil keputusan merakyat.

Bersama-sama rakyat mengatasi kesulitan negara dan juga kesulitan rakyat yang memilihnya.Apa pun risikonya harus diterima bersama seperti kekalahan di Istora itu. Yang perlu diingat,kedua presiden terdahulu tak bisa mempertahankan tampuk kekuasaannya karena keputusan yang diambilnya kurang tepat. Mari Bapak Presiden berjuang bersama rakyat seperti di Istora itu! Rakyat akan mencintai pemimpin dan menjaganya selama pemimpin juga mencintai rakyat dan menjaganya.(*)

DEMOKRASI KITA MAU KEMANA?

Oleh: Prayitno Ramelan
20 Januari 2008

” Sebuah renungan dihari peringatan maulid Nabi Muhammad SAW”

Makna paling dasar dari “demokrasi” adalah kekuasaan ada ditangan rakyat. Demokrasi berbeda dengan monarki (kekuasaan satu orang), aristokrasi (kekuasaan orang yang terbaik) dan oligarki (kekuasaan ada pada sebagian orang). Demokrasi dipilih oleh kalangan cerdik pandai sebagai alternatif terbaik dan yang paling tepat bagi bangsa Indonesia. Demokrasi kini makin diartikan sebagai hak pilih yang dimiliki semua rakyat secara umum. Oleh karenanya, pemilu dianggap sebagai aspek popular atau utama dari demokrasi.

Negara-negara barat dengan pemain utamanya Amerika Serikat, selalu berusaha membujuk masyarakat lain untuk mengadopsi ide-ide Barat tentang demokrasi dan hak asasi manusia. Suatu pemerintahan demokratis yang modern akan selalu meniru dan modelnya berasal dari Barat. Ketika berkembang dimasyarakat non Barat, hal ini biasanya merupakan produk dari kolonialisme atau pemaksaan dari Barat.

Indonesia mengartikan demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintah Negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politika yang membagi ketiga kekuasaan politik Negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif), diwujudkan dalam tiga jenis lembaga Negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran ketiga lembaga Negara diperlukan agar ketiganya bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip check and balances.

Selain pemilu legislatif, pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah juga dilakukan secara langsung. Pemilu tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilu. Tidak semua warga Negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih). Itulah sedikit gambaran tentang teori demokrasi. Menurut Fareed Zakaria, faham demokrasi adalah yang terpopular didunia, kini terdapat 118 dari 193 negara diseluruh didunia yang menggunakan sistem demokrasi.

Demokrasi yang mana?

Para founding fathers telah memikirkan walau kita memilih sistem demokrasi yang bukan asli Indonesia, kita tidak menelan secara mentah-mentah faham tersebut, tetapi harus dilandasi dengan pemikiran dan budaya Indonesia yaitu Pancasila yang juga digunakan sebagai falsafah negara.

Setelah merdeka pada 17 Agustus 1945, sistem demokrasi telah digunakan dan hingga kini dapat dibagi dalam empat masa. Masa Republik Indonesia I (Demokrasi Parlementer), Republik Indonesia II (Demokrasi Terpimpin), Republik Indonesia III (Demokrasi Pancasila) dan Republik Indonesia IV (Reformasi Demokrasi/Demokrasi Liberal).

Sejak jatuhnya pemerintahan orde baru, para tokoh reformasi menggulirkan penggunaan demokrasi secara murni, lepas dari kekangan penguasa. Kekuasaan ditangan rakyat, rakyat diberi kebebasan sebagai pemilik kedaulatan di Indonesia. Marc F. Plattner mengatakan dalam demokrasi liberal, kata liberal tidak mengacu kepada siapa yang berkuasa tetapi pada bagaimana kekuasaan dijalankan. Apa yang paling utama?. Pemerintah dibatasi kekuasaan dan pelaksanaan kekuasaannya. Pemerintah dibatasi oleh aturan hukum, khususnya oleh hukum dasar atau konstitusi. Namun, utamanya kekuasaan pemerintah dibatasi oleh hak-hak setiap individu. Hak yang sangat popular sekarang ini yaitu hak-hak asasi manusia, sebenarnya berasal dari liberalisme.

Pertanyaannya, kita sebenarnya akan kemana?. Sudah sepuluh tahun sejak pergantian pemerintahan Pak Harto, ke Pak Habibie, Gus Dur, Ibu Mega, hingga kini Pemerintahan Pak SBY. Apakah yang dihasilkan dari pelaksanaan demokrasi ini. Apakah terjadi perbaikan kehidupan rakyat yang berarti?Pengentasan kemiskinan? Perbaikan perekonomian Negara? Perbaikan ekonomi rakyat? Perbaikan pendidikan?Rakyat lebih sejahtera?.

Yang terlihat adalah kondisi perekonomian negara yang sulit, pejabat dibidang ekonomi mengeluh, anggaran beberapa departemen th anggaran 2008 akan dipotong. Timbulnya kekacauan, rakyat bebas, bebas melawan, sedikit-sedikit ribut/menggunakan kekerasan, turun dan hilangnya kewibawaan aparat pemerintah. Siapapun bebas menjelekkan pemerintah, mencerca, bahkan kadang mengutuk. Sementara dilain sisi banyak potret sulit yang membelit rakyat, harga-harga naik, bensin naik, minyak tanah sulit. Indonesia jadi pengimpor beras terbesar, padahal tahun 1984 sudah swasembada pangan. Mau makan tempe saja susah, mahal, sebagai bangsa penggemar tempe dan tahu, kita kini tidak mampu menghasilkan kedelai, sedangkan tanah kita luas dan subur.

Rakyat disibukan memilih gubernur, bupati, walikota, tiap minggu ada pilkada,jelas rakyat dimanapun terpecah menjadi kubu-kubu pendukung calon pejabat daerah tersebut. Untuk apa?Kenapa mesti begitu?Disemua daerah rakyat dipecah?Karena aturan dibuat begitu, karena ini Negara demokrasi. Siapa yang mengatur begitu, ya politisi itu. Pada akhir pilkada pasti ada yang kalah dan ada yang menang, akhirnya ada yang tidak puas, sakit hati, dendam. Lihat kasus pilkada di Maluku Utara yang dipenuhi dengan dendam dan kebencian warga sesuku yang tidak kunjung usai.

Inikah yang diinginkan bangsa kita dengan demokrasi kini?.Yang disalahkan siapa? Jelas yang mudah disalahkan presiden dan pemerintah sebagai pengelola Negara. Sebenarnya yang salah sistemnya atau pemerintahnya?. Pemerintah hanya melaksanakan dan mengemban amanat rakyat yang memilihnya, kekuasaannya dibatasi, dipagari, mau bergerak menjadi gamang, mau memutuskan juga harus berfikir panjang, ada resiko-resiko yang harus dipertimbangkannya.

Jadi sebenarnya yang berkuasa dinegara ini siapa. Ya sistemnya itu, sistem demokrasi liberal jelas dari Negara-negara Barat, kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita ini sudah diatur oleh Negara Barat dengan sistem mereka. Kita menari dengan gendang mereka. Ada yang kita lupakan yaitu Pancasila sebagai falsafah terbaik yang pernah kita miliki. Kita lupa terhadap azas musyawarah untuk mufakat.

Dalam penerapan demokrasi saat ini ada nilai luhur bangsa kita yang hilang, kemanusiaan yang adil dan beradab, lihat saja kelakuan masyarakat, banyak yang menjurus kearah anarkis, tali asih dan asuh hilang, rasa saling menghormati juga hilang. Nilai persatuan hilang, semua dibuat berhadapan, sebagai pesaing, sebagai musuh. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sangat tidak bisa diharapkan.

Sekarang ini siapa yang mau membicarakan Pancasila dengan nilai-nilai luhurnya?

Perlu kita ketahui bahwa didunia ini terdapat dua faham yang besar pengaruhnya yaitu komunisme dan liberalisme. Kunci keduanya untuk menguasai sebuah Negara berbeda. Komunis harus menggunakan partai, bersaing dalam pemilu. Faham ini mudah popular dinegara-negara terbelakang dan berkembang. Pada tahun 1965 komunis hampir memenangkan dan menguasai Indonesia melalui PKI, hanya tergelincir dan gagal. Faham liberalisme tidak perlu menggunakan partai, tetapi masuk secara wajar dalam bentuk penerapan demokrasi liberal.

Fareed Zakaria mengatakan bahwa demokrasi tanpa liberalisme konstitusional bukan hanya tidak memadai, tetapi juga berbahaya, karena akan mendatangkan erosi kebebasan, penyalah gunaan kekuasaan, perpecahan etnis, dan bahkan perang. Disinilah kita bangsa Indonesia berada disuatu persimpangan jalan, akan tetap menggunakan Demokrasi yang Pancasila atau demokrasi liberal seperti yang digunakan oleh masyarakat barat.

Yang perlu disadari bersama adalah bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih rendah pendidikannya, tidak mengerti demokrasi, yang ditangkap hanya kebebasan semata. Begitu liberalisme digunakan, maka kekuasaan diatur oleh legislatif sebagai wakil rakyat dengan menciptakan Undang-undang, jelas yang akan memperkuat posisi mereka. Di negara ini tidak ada yang berdaya apabila dihadapkan dengan undang-undang. Pemerintahpun juga dibuat tidak berdaya, lihat saja contoh kasus pemilihan Gubernur Bank Indonesia.

Sejak jatuhnya orde baru, timbul euphoria kebebasan, lepas dari tekanan. Para politisi dengan semangat dan pengetahuan demokrasinya merubah tatanan dinegara ini dengan kata bertuah reformasi, bahkan UUD 1945 diamandemen beberapa kali. Semua tidak berdaya, takut, bahkan merasa ngeri dengan gelombang reformasi. Kini telah berjalan 10 tahun masa Republik Indonesia IV, apakah kita akan terus seperti ini?

Tak terasa dan mau diakui atau tidak, semakin lama kita semakin terpuruk, sulit, semakin susah, semakin miskin. Kita bersama harus sepakat dan menentukan sikap, perbaiki keadaan Negara ini, dari mana mulainya. Ya kita harus mulai dari sistemnya, jangan berlindung dibalik kata kita masih konsolidasi. Jangan kita jadi pahlawan negara lain dengan sistemnya, jadilah pahlawan bagi nusa dan bangsanya sendiri.

Kita harus sadar bahwa negara kita juga menjadi salah satu target penghancuran dari negara lain, kita dipecah, dibuat kacau, diadu, lama-lama negara ini akan dipecah dan akan dimulai dengan pemikiran barat menjadi negara federal. Dahulu negara ini dijajah dengan politik devide et impera, dipecah dan diadu. Uni Soviet sebagai negara super powerpun ahirnya pecah berkeping-keping, juga Yugoslavia.

Jadi kita jangan hanya memikirkan kepentingan diri, kepentingan kelompok, aliran saja. Kita bersama kembali harus memikirkan Indonesia sebagai sebuah Negara Kesatuan, yang tenteram, damai, rakyat bisa hidup layak. Sejak 17 Agustus 1945 kita sudah bersama-sama didalam satu biduk mengarungi laut luas, ganas dan bergelombang. Kalau ingin selamat jangan sedikitpun berfikir akan meninggalkan biduk ini.

Para elit jangan memperalat rakyat yang relatif tidak pintar, hanya memikirkan diri sendiri. Apabila diteliti maka jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin melebar, ini potensi yang tidak baik. Bisa saja terjadi pada pemilu/pilpres 2009 kondisi kita akan serupa dengan Kenya yang pemilunya menelan korban jiwa sudah melebihi 800 orang.

Apabila para elit baik dilegislatif maupun eksekutif tidak waspada, kesulitan dan frustrasi dapat sewaktu-waktu menimbulkan suatu gelombang revolusi yang berbahaya atau bahkan yang jauh lebih buruk dari itu. Ini hanya sebuah himbauan dan peringatan kepada para elit. Hanya beliau-beliaulah dengan tekad sucinya yang mampu menolong dan memperbaiki negara ini. Kalau negara ini setelah satu atau dua pemilu kedepan pecah, maka akan sulit bagi generasi penerus untuk mempersatukannya lagi, dan bangsa lain yang sengaja memecah akan bertepuk tangan dengan riuhnya. Semoga Allah SWT menyadarkan dan menolong kita semua. Amin.