Kamis, 20 November 2008

Keputusan Sulit Pak SBY

Oleh : Prayitno Ramelan - 30 Oktober 2008 -
(Ditayangkan di Kompasiana.Com, Dibaca 450 Kali )-

APA bagian tersulit dari manusia? Jawabnya adalah mengambil keputusan. Sedangkan keputusan harus diambil setiap saat oleh manusia sejak dia bangun hingga akan tidur lagi. Sejak membuka mata, kita harus memutuskan mau langsung bangun atau bermalas-malasan dahulu, mau minum atau kekamar kecil, mau sholat dulu, mau baca koran atau lihat TV, mau ngopi atau minum air putih dulu, mau dan mau apa, itulah rangkaian keputusan yang harus diambil manusia setiap saat.

Sebuah keputusan yang salah akan mengandung resiko yang tidak kecil. Kini, mantan Gubernur BI Burhanudin Abdullah ditetapkan bersalah dengan keputusannya dalam aliran dana Bank Indonesia sebesar Rp100 milyar. Burhanudin mengatakan tidak sedikitpun merasakan manisnya uang tersebut, tetapi pengadilan memutuskan bahwa “keputusannya” sebagai Gubernur BI telah merugikan negara. Inilah yang disebut sebagai resiko jabatan, dengan imbalan lima tahun penjara dan denda Rp 250 juta.

Dalam beberapa hari terakhir kita melihat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono muncul dilayar kaca dengan raut muka yang sedih, mengatakan harus merelakan besannya Aulia Tantowi Pohan yang mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada kasus dugaan korupsi aliran dana Bank Indonesia sebesar Rp100 milyar. Presiden SBY tidak akan menghalang-halangi setiap langkah pemberantasan korupsi. Kemudian dikatakannya, sebagai seorang Susilo Bambang Yudhoyono akan menenangkan keluarganya yang jelas terpukul.

Dalam hubungan kekeluargaan dari suku manapun di Indonesia kedudukan seorang besan sangat penting. Aulia Pohan juga menjadi kakek (ompung) dari cucu Pak Presiden. Kini setelah ditetapkan sebagai tersangka, kemungkinan besar Aulia akan masuk bui yang kira-kira lamanya sama dengan Pak Bur. Situasi ini jelas sangat menyulitkan Pak SBY karena dihati keluarga, anak, mantu, marga, keluarga besar Pak Aulia pasti tidak rela kalau Aulia Pohan harus masuk penjara. Akan banyak dari mereka yang tetap bertanya, besan presiden kok masuk penjara?.

Kita semua pasti ingat masa lalu, dijaman Pak Harto, jangankan besan, bekas teman presiden waktu kecilpun dikampung sana mendapat penghormatan tersendiri, terlebih-lebih sang besan. Tapi, kini Pak SBY mau tidak mau harus menghadapi suatu kenyataan atas keputusan yang diambilnya “keukeuh” memberantas korupsi. Begitu masalah ini kini menyentuh sang besan, maka kredibilitas beliaulah yang dipertaruhkan. Inilah keputusan sulit dari seorang pemimpin. Dengan tegas keputusan telah diambilnya.

Saat Aulia belum ditetapkan sebagai tersangka, berita miring dan rumor langsung menyerang SBY. Disadari bahwa dengan posisinya sebagai politisi maka SBY harus berhadapan dengan lawan politiknya yang sering agak kejam. Jangankan di Indonesia dimana banyak orang yang masih hobi dengan intrik, di Amerika dalam persaingan pilpres antara Obama-McCain, serangan terpanas dan terkotorpun juga dilempar ke publik. Memang panggung politik tidak pernah mengenal belas kasihan.

Inilah situasi tersulit Presiden kita, karena keluarga adalah bagian terkecil dari sebuah komunitas. Keluarga akan terus melekat pada seseorang, tidak akan pernah lepas sampai kapanpun. Mereka kini hanya bisa diam, mungkin menggerutu didalam hati, mereka yakin kalau presiden mau melakukan penyelamatan akan semudah menjentikkan jari. Kira-kira itulah bayangannya.

Dalam kaitan popularitas sebagai capres 2009, apakah ini baik bagi SBY?. Diperkirakan akan baik. Hasil survey Lembaga Survei Indonesia yang dilaksanakan bulan September 2008, dari 20 nama calon, posisi SBY bertengger pada tempat pertama dengan 32%, Megawati 24%, Wiranto 6%, Prabowo 5%. Bila jumlah capres hanya 6 nama maka SBY mendapat 37%, Mega 28%, Wiranto 8%, Prabowo 7%, Sri Sultan HB-X 5%, Sutiyoso 1%, 14% responden menyatakan tidak tahu.

Selain popularitas faktor kejujuran menempati urutan pertama pada pilpres 2009. Dari hasil survey Lembaga Riset Indonesia, 84% responden menginginkan figure yang jujur, yang menginginkan ketegasan 71%, dapat dipercaya 62%, konsisten 44% dan integritas 28%.
Jadi, dengan semangat rela berkorban tersebut, dilain sisi akan didapat suatu hikmah bagi SBY untuk maju pada 2009. Siapa yang bisa melawan SBY kalau begitu ?. Waktu masih ada, kita tidak tahu apa yang akan terjadi, memang semua calon masih berusaha.

Mbah Dim (KH Dimyati Rais pengasuh pondok pesantren Kaliwungu), pernah menasehati penulis, bahwa manusia akan terus mendapat ujian selama hidup didunia ini, walaupun saat dia akan berbuat baik. Kini, semuanya terserah kepada kita bagaimana mensikapinya, manusia harus tetap bertaqwa dan bertawakal untuk menyongsong kehidupan selanjutnya di akherat nanti. Ini yang sering dilupakan manusia, sementara banyak dari kita tetap tertutup hatinya, dipenuhi emosi, ambisi dan keserakahan, seakan dia akan hidup seribu tahun lagi. (PRAYITNO RAMELAN)

16 tanggapan untuk “Keputusan Sulit Pak SBY”

sigit gunawan,
— 30 Oktober 2008 jam 5:52 pm
setuju pak…

herwinanta,
— 30 Oktober 2008 jam 6:04 pm
sy sejak dulu emang suka kepemimpinan nya yg begitu tenang dalam mengambil keputusan.apalagi baru2 ini ada berita tentang besan nya yg ditetapkan jd tersangka oleh kpk.pak presiden telah mengambil keputusan yg tepat untuk mempersilahkan hukum yg berjalan dan dia nggak mau intervensi kepada kpk itulah sy salut dan bangga pada sosok seorang pemimpin negara kita ini dan tidak timpang tindih dalam masalah hukum.sy nggak suka aja dgn mantan presiden bu megawati kok sampai sekarang nggak pernah berteguran ama sby, knp ada mantan presiden seperti itu yg nggak mau mengakui keberhasilan sosok sby sekarang ini.lbh baik bu mega jgn mencalonkan lg jd presiden karena tdk cocok dan egois.lbh baik memberikan saran2 dan ide2 yg bagus untuk negara ini bukannya mempersulit negara indonesia nanti akan berhadapan dgn rakyat indonesia tolong di camkan itu.kalaupun bu mega tetap ngotot mau jadi presiden sy berani taruhan nggak bakal menang ama pak SBY yg orangnya pinter sekali itu dalam hal apapun.hidup SBY lanjutkan kepemimpinanmu itu sy dr belakang selalu berdoa untukmu demi memamjukan bangsa indonesia ini.

yoyok budi utomo,
— 30 Oktober 2008 jam 6:38 pm
assalamualaikum,wr,wb….saya pribadi sll berdoa smg keluarga besar Bp.SBY, tetap diberikan ketabahan dr hasil yg dikeluarkan pihak KPK, walaupun ini cukup berat diterima tp saya yakin ini adalah jawaban yg tepat dan langkah yg lebih jelas buat pemerintahan Bp SBY. sekaligus menunjukan bahwa seorang SBY, bukanlah orang yg tebang pilih dlm penegakan hukum di indonesia sekaligus jg memberikan jawaban dr kritik” mereka yg sok pintar dan sok tau hanya untuk kepentingan politik pribadi mereka saja yg saya kira seandainya mereka terpilih nanti tdk bakalan sehabat, setegas, sepintar,sesabar,sekharisma, Bp,SUSILO BAMBANG YUDHOYONO. Doaku sbg rakyat paling bawah sll bersama Bp.SBY, sukses maju trs pantang mundur kami rakyatmu akan sll mendukung,,,,,,selamat berjuang .

indra bigwanto,
— 30 Oktober 2008 jam 7:33 pm
Apa pun latar belakangnya; apakah untuk kepentingan politik 2009, atau yang lain, dengan segala kekurangannya sebagai manusia, saya memiliki harapan yang sangat besar terhadap SBY. Semoga saja, ia memang memiliki kapasitas sebagai negarawan.
Mempersilahkan Aulia Pohan untuk dijadikan tersangka -dengan segala penjelasan Pak Prayitno Ramelan sampaikan di atas, maka sesungguhnya langkah Presiden SBY ini harus menjadi daya dorong dan enersi yang sangat besar bagi pemberantasan korupsi di negeri ini.Saya sangat mengapresiasi langkah beliau. Saya juga memberikan hormat yang sangat dalam.Semoga Indonesia memang sedang menuju ke arah yang Majalah Newsweek bilang: Indonesia As the New India!

Prayitno Ramelan,
— 30 Oktober 2008 jam 9:17 pm
Yth para penanggap sekalian, terimakasih tanggapannya. Dari empat penanggap ternyata yang tiga adalah pendukung SBY, yg satu menyatakan setuju, bukan main, wah sesuai hasil survei LSI diatas popularitas Pak SBY tinggi. Kelihatannya memang suatu pengorbanan belum tentu merusak segala-galanya. Justru sering mengundang simpati, begitu bukan.
Mas Indra memberikan hormatnya pada Pak SBY, mas Yoyok mendoakan, memberi dukungan dan semangat juga pada Pak SBY, Mas Herwinata mendukung, mendoakan Pak SBY dan mengkritik Ibu Megawati. Mas Sigit menyatakan setuju bahwa pengorbanan akan membawa hikmah. Semuanya menyatakan dengan santun, mayoritas menyatakan pak SBY itu orang pintar.Untuk itu sekali lagi terima kasih saudara2 telah membaca tulisan ini, walaupun penulis sama dengan pak SBY pensiunan TNI, penulis berusaha menyampaikan seobyektif mungkin, karena sebagai penulis, lebih2 di halaman blog kompasiana yg terhormat ini penulis harus independen, tidak memihak. Boleh berpihak hanya kepada rakyat, bangsa dan negara Indonesia. Terima kasih…..Merdeka !!!!!

indra bigwanto,
— 31 Oktober 2008 jam 8:52 am
Selamat pagi Pak Prayitno. Maaf, saya ingin meluruskan sedikit. Saya bukan pendukung SBY. Saat Pemilu kemarin saya memilih yang lain. Namun, setelah jagoan saya kalah, tentu saja siapa pun yang jadi Presiden, saya akan hormat dan patuh. Terlebih jika presiden tersebut memang melakukan hal-hal yang baik bagi bangsa ini.Terimakasih.Merdeka!

iselsariandi,
— 31 Oktober 2008 jam 9:42 am
Waduh pak… gimana ya… sudi tak sudi, ya pasti sedihlah.

prayitno ramelan,
— 31 Oktober 2008 jam 9:42 am
Selamat pagi Mas Indra, oh, maaf,maaf, salah ngetik ini, dikoreksi, bukan pendukung tapi mengapresiasi langkah2 Presiden SBY. Iya memang sebagai pimpinan nasional yang sudah terpilih secara demokratis 2004 kita bersama harus menghargai dan memberikan support siapapun yg terpilih. Kalau untuk nanti pilpres 2009 kita memilih lagi yg kita nilai terbaik untuk bangsa ini. Btw saya sudah lihat crew radio Indonesia, bagus itu.Tks. Salam “Merdeka!”…. biar ada semangat.Pray.

dian purba,
— 31 Oktober 2008 jam 12:15 pm
bah, janganlah terlalu tinggi kita mengapresiasinya. tidak ada yang luar biasa di situ. rakyat banyak yang miskin gara-gara koruptor itu, harus disejahterakan. aulia pohan itu masih koruptor “ikan teri”. sby dikatakan luar biasa kalau berani mengirimkan koruptor “ikan paus” ke penjara. ituuuu baru mantap..

prayitno ramelan,
— 31 Oktober 2008 jam 12:30 pm
Iya setuju tu Bang Purba, memang rakyat kita banyak yang miskin, tks tanggapannya, dijaman sesulit ini ada uang 600 trilyun yang dibawa kabur. Kalau mereka bisa ditangkap saya setuju dengan istilahnya “mantap”. Yang ditangkap baru pejabat, politisi, anggota dpr, bupati, walikota,…mereka yang pemain sebenarnya ??? Semoga ini terus berlanjut. Kita tunggu saja.

F @ Bloggingly,
— 3 November 2008 jam 4:55 am
kemarin hari saya baru membaca buku “Harus Bisa”, sebuah catatan seorang pembantu presiden SBY. dan ya, semenjak itu simpati saya terhadap meningkat.Apa lagi setelah kasus ini mencuat.

Maula Sby bukan susilo,
— 3 November 2008 jam 8:01 pm
salam kenal mas prayitno,emang siapapun yang jadi presiden saat ini tentu dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit,cuman herannya kok yang pengen tambah banyak,SBY sudah jelas ndak bisa apa-apa,bangsa ini butuh presiden yang lebih berani,SBY gaya di media aja yang dibagus-bagusin,kalu emang berjiwa besar SBY,Mega,JK ndak usah nyalon lagi,bangsa ini malu punya orang ambisi begitu gede kemampuannya cetek,rakyat sudah frustasi,lapar,setres,kalau elit-elit lama masih ngotot,jangan salahkan bila rakyat nanti tak tahan dan harus menggilas kebebalan elit karena kemokongan elit sendiri,.. saya hanya ngingetin mas SBy,Mega,Jk,Bakri, Dll,menghelalah nafas dal-dalam walau sesruputan kopi,kasihan rakyat dan bangsa ini yang dipenuhi pempimpin-pemimpin berjiwa kerdil padahal bangsa ini besar bukan?

Prayitno Ramelan,
— 4 November 2008 jam 6:38 am
Tks Mas/Mbak Maula, salam kenal juga ya.Jabatan Presiden itu benar2 menggiurkan, yang kasat mata nikmatnya, tapi ada risikonya yg sering banyak tdk mikir. Tolong kl ada waktu berkunjung ke blog saya prayramelan.blogspot.com, saya nulis ttg Resiko Pimpinan Nasional, ngeri tuh. Kalau perkara nyalon atau tidak wah saya tdk berani kasih komentar tuh, kan sistem politik kita begitu, kalau parpol masih mau menyalonkan ya terus.

Biar sehebat apapun seseorang, kalau tidak didukung partai ya susah juga ya, yang terpenting mereka yg nyalon atau dicalonkan harus sadar ini bukan jabatan main2, amanah rakyat, berat sekali. Sekali dia nanti salah buat keputusan, membuat susah, celaka orang kan ada pertanggung jawaban tidak hanya didunia, yg berat dihari akhir kan.

Ini yg harus mereka ingat, kalau kepengin sih banyak yg kepengin, apakah kita sudah mengukur diri kita…..maaf kalau di tentara seorang Kapten baru baca bukunya Jenderal McArtur, dia merasa bisa menjadi Panglima. Bayangkan kalau dia memimpin, wawasan, pengalaman, pengetahuan ya segitu2 saja. Nah, pasukannya akan kalah, dan mati terus tu….! Sudah ah, Maula, bikin dong artikel, kirim ke Mas Pepih, saran2 untuk memperbaiki nasib bangsa menapak dengan pasti kedepan. Berkarya untuk rakyat, bangsa dan negara, mumpung kita masih hidup. Salam>Pray.

poerbo,
— 4 November 2008 jam 1:01 pm
Kalau saja sby berhasil mengemplang pengemplang blbi yg jumlahnya ratusan trilyun itu,maka saya akan teken seumur hidup untuk sby,selama pengemplang blbi masih cengengas cengenges kesana kemari,maka pemberantasan korupsi masih jauh dari keberhasilannya !Mungkin proses penuntasan kasus blbi akan memakan korban yg sangat banyak,baik secara kwantitas maupun secara kwalitas,yg saya maksud disini adalah,banyak mantan pejabat2 tinggi negara akan tergaruk,tapi disini letak keberanian dan ketegaran sby dalam melaksanakan amanah yg dia terima dari Rakyat yg menjadikannya dia orang no 1 di negeri ini !Terima kasih.

iskandarjet,
— 10 November 2008 jam 6:24 pm
Hidup adalah pilihan. Tapi saat kita punya kuasa, maka satu-satunya alasan yang patut disandarkan saat mengambil keputusan adalah tanggungjawab terhadap amanat (kekuasaan) yang diberikan oleh Allah. Saya rasa, sepanjang Pak SBY mendasarkan keputusannya atas nama Sang Khaliq, dilema apapun akan dapat dihadapi dan diselesaikan. Mudah2an langkah pemberantasan korupsi Pak SBY benar-benar tulus dan ikhlas, tak lebih dari upaya mengemban amanat dengan sebaik-baiknya.
Salam kenal buat pak Priyatno dari saya warga Gg 100 Tj Barat.

prayitno ramelan,
— 10 November 2008 jam 9:10 pm
Tks Ma Poerbo dan Mas Iskandar, memang sulit bagi Pak SBY saat memulai akan membersihkan korupsi, karena itu sudah menjadi karat dinegeri ini. Yangmasih mengganjal adalah demikian banyaknya uang BLBI yg dibawa kabur, oleh mereka yg disebut Hegemoni Elit, yaitu yg menguasai perekonomian, begitu jadi masalah ya kabur saja atau ikut mengatur aturan, pintar ya kalau orang banyak uang. Sementar teman2nya yang disebut kekuasaan kelompok Kepentingan ya para politisi itu, begitu ditetapkan sebagai tersangka, langsung lumpuh, nyerah, buka2 kartu. Jadi memang kita harus menghargai apa cita-cita Pak SBY dalam memberantas korupsi. Masih panjang jalan yg harus ditempuh……

1 komentar:

Nurani-atau-Nafsu mengatakan...

SBY sudah memutuskan:

1. Besanan dgn Aulia Pohan (tentu saja sbg pribadi, bukan sbg presiden), lalu
2. Naik panggung mengatakan 'tak akan campur tangan' dalam proses peradilan Aulia Pohan..

Tanya: Apakah presiden punya wewenang apa dalam dunia peradilan? Bukankah presiden adalah 'kepala para pelayan/menteri/eksekutif" yg mengemban "amanat" dari Sang Rakyat? Amanat Sang Ruh Hayat? Amanat Bangsa yg sejak lama hidup dalam Pribadi Panca Sila ?

Jadi no.2 itu bukanlah keputusan tapi lebih tepat disebut "kepatuhan (bisa rela, atau terpaksa)" atau “bisa juga bagian dari trik hukum” yg sampai kini masih di "goyang inul yg sarat fulus" yg di-goyang2 pada para penegak(?) hukum yg doyan "maju tak gentar!! membela yg bayar!!" walau kliennya..jauh dari kebenaran dan keadilan..

Buktinya? Mosok sampai kini belum "mampu-mampu juga" menyeret koruptor kelas paus/ dinosaurus, sementara rakyat udah banyak, dan udah terbiasa hidup seperti akar rumput (grass root) yg terinjak-injak..(namun doanya akan cepat dikabulkan, jika mereka berdoa)

Nah, setelah fulusnya udah gak tebel lagi, udah tinggal dikit lagi, baru di "Tommy Suharto"kan .. langsung tertangkap "bulat-bundar" di Bintaro, Jakarta..hasil jerih-payah para penegak hukum..

No.1 jelas keputusan SBY, sbg pribadi, yg memangku (atau mulai keenakan dipangku?) kursi presiden + protokoler kepresidenan..

Sbg bahan renungan, lalu ditindak-lanjuti..agar jangan akhirnya kita cuma mlongo/nyengir aja :)
Minimal, kirimlah "doa pengadilan utk keadilan" bagi SBY & associatesnya..dan juga utk Rakyat Indonesia, anak2 Ibu Pertiwi (yg kini kembali bersusah hati)

a) Apa itu sebuah keputusan hebat? Apa masuk akal SBY(lagi2/bisa2nya) kecolongan dg memutuskan jadi besan Aulia Pohan - sang Bankir dari BI ?
b) Bukankah SBY dapat "bintang tertinggi" saat jadi taruna di Magelang, dan sering disekolahin oleh negara (dan negara selalu dibiayai rakyat yg hidup spt "akar rumput yg terinjak-injak" )?
c) Apa SBY tak punya akses intelijen utk menanyakan "Aulia Pohan itu perilakunya bagaimana pada masa lalu, dan pada saat BLBI berlangsung dan sesudahnya? Bagaimana "duit BLBI"nya?
d) Apakah mungkin, setelah dilaporin intel, SBY makin mantep aja, bahwa Aulia Pohan sbg penerima "limbah fulus yg gede saat BLBI terjadi"...terus dijadikan besan, setelah itu ya.. di"Tommy Suharto"kan aja ??

Pak Intel, tlg bagi2 dong info + analisisnya.. :))

- Jika itu yg terjadi, maka "KEPUTUSAN SULIT PAK SBY" lebih pantas disebut "KEPUTUSAN GAMPANG - oom sby"…wong “cuma niru yg udah2 ada aja koq”..Gitu aja koq syuuliit.. :))

Nah sekarang gimana ya ??...gimana kalo kirim
"doa pengadilan" utk terwujudnya "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"...

Atau masih mau teriak2/demo di Kejaksaan, Pengadilan Negri...ntar dapet teh botol??
Atau langsung zikir/demo kpd Tuhan Yang Maha Esa saja..

Jika SBY presiden beneran, yg direstui Tuhan Yang Maha Esa, maka selamatlah kita semua..
Jika SBY presiden wayangan, wayangnya bandar/kapitalis/pengemplang BLBI dan bandar pemerkosa isi perut Ibu Pertiwi , maka hancurlah kita semua jika tidak sekarang juga berdoa/zikir..

Berdoa dan berzikir...dimulai..Grak !!
….??@#^%$((&^
….zzzh..zzz...zzzzh..zzzzzzzzzz…..zzzzzzz……..