Kamis, 20 November 2008

Langkah Berani PKS

Oleh : Prayitno Ramelan - 2 November 2008
Sumber : Kompasiana.Com - Dibaca 213 kali.


ANDA mau jadi calon presiden? Bergabunglah ke PKS. Kalimat ini sepertinya iklan dari PKS. Maksudnya begini, kalau mau jadi calon saja maka kesempatan terbesar ada di PKS. Partai Keadilan Sejahtera baru saja mengumumkan delapan kandidat calon presidennya. Sementara parpol lainnya hanya mencalonkan satu, bahkan ada yang belum berani mengumumkan capresnya, menunggu hasil pemilu legislatif katanya. Wah masih lama sekali pak!

Langkah PKS ini dikatakan banyak orang langkah berani, agak nekat, karena PKS baru sekelas partai papan tengah. Tapi ya syah-syah saja, namanya strategi partai. Dari delapan calon tadi terlihat hanya ada beberapa orang yang sudah populer dikalangan masyarakat. Hidayat Nur Wahid misalnya, sudah mulai dikenal, memiliki elektabilitas yang lumayan bagus, Tifatul Sembiring yang sudah jadi presiden sebelum pilpres (maksudnya Presiden PKS) juga mulai terkenal. Tapi yang lainnya? Wah belum tahu itu siapa pak, jawab beberapa rekan yang ditanya penulis.

Terus bagaimana ini PKS? Penulis setelah mengamati delapan calon tadi, melihat ada nama yang menarik perhatian yaitu Prof Irwan Prayitno, Ketua Komisi X DPR, anggota dewan Syuro PKS. Tertarik karena tidak saja ada kaitan dengan penulis, namanya sama yaitu Prayitno. Masih keluarga? Bukan, hanya kebetulan ada kesamaan nama. Irwan Prayitno mengemukakan beberapa hal yang menarik. Dikatakannya bahwa sebenarnya Majelis Syuro bukan memilih capres-cawapres, tapi memilih calon pemimpin nasional. Di PKS, setiap kader harus siap untuk jadi pemimpin, ditingkat lokal maupun nasional, didalam atau diluar partai. Prayitno yang satu ini merasa bangga karena PKS berani mencalonkan kader-kadernya sendiri. Jika nanti masyarakat tidak menerimanya, masalahnya ya lain. Ya jelas begitu menurut penulis.

“Kalaupun dinilai tidak pantas, namun rakyat menghendaki maka bisa jadi pemimpin. Bagi calon yang tidak popular, kalau dikerjakan dengan baik bisa jadi popular katanya”. Ini kalimat bagus, bahwa pilpres kuncinya rakyat, tapi calon harus populer. Program utamanya adalah memajukan pendidikan, negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak pintar. Benar juga ya. Ungkapan Prayitno tersebut menarik dan perlu diwaspadai oleh para kandidat parpol lainnya, karena ini ungkapan dari seorang yang mempunyai gelar kesarjanaan dibidang psikologi, manajemen SDM dan HRD.

Mendekati pemilu dan pilpres 2009, semakin banyak yang berambisi jadi pimpinan nasional. Kebanyakan orang mencalonkan diri sebagai capres karena merasa pantas dan mampu. Belum ada yang mencalonkan diri sebagai cawapres. Mungkin perhitungannya kalau tidak jadi presiden, syukur-syukur terkenal dan ada capres yang memintanya jadi cawapres.

PKS ini partai yang pintar dan cerdik. Pada pemilu 1999 dengan nama Partai Keadilan, lulus electoral threshold pun tidak. Tapi pada pemilu 2004 dengan nama baru Partai Keadilan Sejahtera bisa langsung menjadi partai papan tengah. PKS selalu menyuarakan keadilan dan kejujuran, kekuatan ini ternyata mampu membius konstituen pada pilkada Jawa Barat. Pasangan HADE (Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf) mampu menumbangkan dua pasangan kaliber berat Agum Gumelar-Nu’man Abdulhakim dan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana.

Apa resepnya? Pertama HADE maju dengan memberi beberapa harapan kepada rakyat Jabar, perubahan, modalnya kejujuran, belum terkontaminasi birokrasi. Heryawan hanya anggota DPRD DKI, Dede Yusuf artis yang bergabung di PAN. Kalau dibandingkan lawannya keduanya jelas kalah kelas. Agum adalah purnawirawan jenderal, pengalamannya banyak dan berbobot, pasangannya Nu’man incumbent wagub Jabar, Danny Setiawan incumbent Gubernur Jabar, Iwan Sulanjana purnawirawan Mayor Jenderal. Tapi kenyataannya jago PKS ini yang menang.
Maka jadilah Heryawan dan Dede Yusuf penguasa di Jawa Barat.

Hal ini membuktikan dalam pemilihan pemimpin secara langsung belum tentu yang hebat akan menang. Pasangan HADE hanya didukung 16,77% suara gabungan PKS-PAN pada pemilu 2004. Keduanya tampil polos, sederhana, orang muda yang siap mengabdi, itu kira-kira konsepnya. Sebagai parpol berbasis Islam foto kampanye keduanya bahkan tanpa memakai peci, lain dengan pesaingnya yg pakai peci. Keduanya tampil beda, sebagai calon yang berumur baru sekitar 41 tahun, bahasanya tidak tinggi-tinggi, bahasa yang mudah dimengerti konstituen. Janji keduanya menyentuh hati rakyat.

Inilah kira-kira yang disoroti oleh Prof Prayitno, belum tentu pasangan kuat akan menang, yang memilih bukan parpol tapi rakyat. Pada pilpres 2004 konstituen tidak bisa dikendalikan oleh jejaring partai. Partai raksasa Golkar dan raksasa lainnya PDIP tumbang. Maka menanglah SBY jadi presiden. Tapi, ada suatu hal yang sangat perlu disadari, bahwa pemerintahan akan kuat apabila didukung oleh suara mayoritas di DPR, demokrasi kini bukan musyawarah untuk mufakat tapi demokrasi voting. Kalau hanya popular dan jadi pemimpin nasional tetapi tidak didukung partai atau koalisi partai yang kuat, sebuah pemerintahan jelas akan “gamang”.

Itulah sedikit gambaran langkah berani dari PKS, berani segala-galanya, pada pilkada DKI, PKS berani maju sendiri. Kalau tidak terlalu percaya diri ada kemungkinan cagub PKS Adang Darajatun yang saat itu dikeroyok rame-rame akan menang. Kini, dengan RUU Pilpres yang mensyaratkan dukungan capres 20 persen kursi di parlemen atau 25 suara sah secara nasional, PKS akan menjadi salah satu partai penentu. Adanya tawaran koalisi dengan PDIP seharusnya menjadi pilihannya yang terbaik.

Pada Pilpres 2009 kelihatannya akan terbagi menjadi tiga kubu, kubu pendukung SBY, kubu oposisi (Mega) dan kubu alternatif. PKS sebaiknya jangan terlalu percaya diri dan berspekulasi kekubu alternatif. Dari beberapa hasil survei, perolehan suaranya kurang kuat.Walau survei hanya persepsi publik, dengan metodanya yang benar bisa dipakai sebagai pegangan. Jangan terjebak dalam analisa beberapa hasil pilkada, ada perbedaan prinsip antara pilkada dengan pilpres. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang “unpredictable” dan politik bergerak sangat dinamis. Ilmu golf kiranya dapat dipakai, course management, tidak emosi, percaya diri, perhitungan matang, jangan mengambil risiko, yang terpenting aman, jangan sampai masuk “bunker” .

Selamat kepada para calon presiden dari PKS, ini adalah anugerah kebanggaan yang tidak setiap orang menerimanya. Kalaupun nanti tidak jadi presiden, teman-teman, atau warga sekampung itu, kalau bapak-bapak lewat mereka akan berbisik …mbak, itu dulu calon presiden lho! (PRAYITNO RAMELAN)

[b]2 tanggapan untuk “Langkah Berani PKS” [/b]

idris,
— 8 November 2008 jam 1:30 pm
PKS bisa begitu cepat tumbuh karena didukung oleh kader2 yg sangat solid. Kader2 yang tanpa pamrih mengorbankan waktu, tenaga dan finansial. Kenapa bisa begitu? Karena kader2 itu benar2 mencintai partainya dan yakin dengan visi dan misinya.

Welli Wilyanto,
— 8 November 2008 jam 11:29 pm
seep…. setuju banget…. kan jadi CALON presiden….. lha sekarang aja banyak yang jadi CALON legislatif……
mau … mau…. jadi CALON presiden…..
perlu ikut konvensi gak neh?

Tidak ada komentar: