Kamis, 02 Oktober 2008

SOEKARNO, SOEHARTO DAN SUSILO



























SOEKARNO, SOEHARTO DAN SUSILO

Oleh : Prayitno Ramelan

2 Februari 2008

Orang tua dari suku jawa banyak yang memberi nama anaknya dengan awalan Su atau Soe, dengan harapan anaknya akan bernasib baik, maju dan sejahtera, karena Su itu berarti baik. Maksudnya agar anaknya tersebut baik segala-galanya.. Dari banyaknya nama-nama dengan awalan Su/Soe, yang kemudian berhasil dan menjadi sangat terkenal dan hebat adalah Soekarno (Presiden pertama RI), Soeharto (presiden kedua RI) dan Susilo Bambang Yudhoyono (Yang kini masih menjabat sebagai Presiden RI).

Para orang tuanya boleh berbangga dan bersyukur dengan keberhasilan putra-putranya menjadi pemimpin Negara yang hebat ini. Indonesia memiliki 17.504 pulau pulau-pulaunya membentang sekitar seperdelapan keliling bumi. Sekitar 8.000 pulau belum dihuni, dan sekitar 7.000 an belum diberi nama.

Luas daratan mencapai 1.904.413 km2, luas lautan mencapai 3.290.000 km2, dua pertiga wilayah merupakan laut, karena itu disebut Negara maritim terbesar didunia. Wilayah Indonesia membentang dari Timur ke Barat pada garis khatulistiwa sejauh lebih dari 5.110 km, membujur dari Utara ke Selatan sejauh 1.880 km.

Indonesia mempunyai penduduk lebih dari 220 juta, terdiri dari lebih 300 suku bangsa dengan bermacam ragam bahasa daerahnya. Sejak proklamasi 17 Agustus 1945 semua bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan bahasa nasional Indonesia. Kita baru saja ditinggalkan oleh pemimpin Su/Soe kedua yaitu Mantan Presiden Soeharto yang wafat karena sakit pada usia menjelang 87 tahun.

Dari tiga nama pemimpin bangsa dengan awalan Su diatas, sementara ini tinggal satu dan incumbent. Apa kehebatan para pemimpin itu? Bung Karno mampu menunjukkan dan memperkenalkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah sebuah negara besar, berdaulat dengan konsep demokrasinya yang mempunyai keinginan terciptanya perdamaian dunia, dengan politik bebas aktif. Presiden yang mempunyai kharisma dan sebagai orator tingkat dunia dan diakui sebagai salah satu tokoh pemimpin Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Pada saat operasi pembebasan Irian Barat, dunia mengetahui bahwa Indonesia mempunyai kekuatan Darat yang kuat, kekuatan laut besar, mempunyai kapal induk, kekuatan udara saat itu termasuk yang modern. TNI AU saat itu namanya AURI dilengkapi dengan pesawat tempur MIG 15, MIG 17, MIG 19, MIG 21,pembom menengah IL-28. Yang membuat Negara-negara tetangga merasa takut dan tidak aman karena AURI mempunyai pesawat pembom jarak jauh TU-16 yang dapat mencapai kota-kota di Australia dan dikawasan Asia Tenggara. Presiden Soekarno dengan diplomasinya mampu menempatkan Indonesia menjadi Negara yang disegani dan ditakuti dengan kekuatan udara terkuat dan termodern dikawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Presiden kedua Jenderal Besar H.M. Soeharto mampu membangun perekonomian Indonesia, pada tahun 1970 Indonesia masih sebagai negara pengimpor beras terbesar didunia, tapi pada tahun 1984 negara yang dipimpinnya berhasil berswasembada pangan. Pak Harto berhasil membangun dibidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya dan Hankam yang ditata selama 32 tahun masa jabatannya, sehingga diberi gelar bapak pembangunan. Program pendidikan, kesehatan masyarakat, posyandu, pembatasan kelahiran, yang juga mendapat perhatiannya dinilai sangat berhasil. Pak Harto menjadi salah satu pendiri Asean, menempatkan Indonesia sebagai Negara yang disegani didunia internasional.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah sosok jenderal yang mampu menempatkan diri sebagai demokrat sejati sesuai dengan kehendak dan semangat reformasi. Menata Negara ini dalam masa transisi pelaksanaan demokrasi, dengan mental korupsi pejabat yang masih merajalela. Dibidang ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi, mampu menjaga Negara dari pengaruh imbas sulitnya perekonomian global. Mampu mengatur ritme antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Mampu mengatur keseimbangan koalisi parpol. Mampu menyelesaikan konflik Aceh yang tidak pernah selesai sejak jaman Belanda. Mampu membawa Indonesia dalam pergaulan internasional hingga lebih berperan dan dihargai, termasuk dalam forum PBB. Presiden kita yang satu ini bertekad keras memberantas korupsi, dengan memberi contoh kongkrit. Itulah kira-kira keberhasilan ketiga presiden Soe/Su kita.

Akhir Yang Tidak Baik

Rakyat Indonesia mengetahui bahwa ada sesuatu yang tidak baik dan menimpa dua pemimpin kita, Bung Karno dan Pak Harto pada akhir hayatnya. Su/Soe pertama, Bung Karno saat sakit setelah kejatuhannya katanya sulit mencari dokter, diasingkan, wafat dalam kondisi yang kurang baik. Masalah politik yang membelit Bung Karno sulit dan memerlukan waktu yang lama untuk terselesaikan. Waktu berjalan juga akhirnya yang mampu menaikkan kembali kehormatan Bung Karno, bahkan kemudian putrinya Megawati, menjadi salah satu Presiden RI.

Hal yang sama terjadi kepada Su/Soe kedua, Pak Harto hingga saat akhirnya masih dicerca, didemo oleh mereka yang masih merasa sakit hati dan dendam. Persoalan hukum masih belum juga selesai, masalah Yayasan-yayasan yang didirikannya masih dalam tuntutan kasus perdata. Ada masalah hukum yang masih membelit dan tersisa pada putra dan keluarganya. Hingga kini belum ada kata putus terhadap nasib pengadilan/keadilan almarhum. Kenapa nasib kedua pemimpin Su/Soe pertama dan kedua tersebut menjadi tragis seperti itu?

Ini diantaranya karena lama keduanya menduduki jabatan sebagai Presiden. Sebagai manusia biasa, jelas manusia tidaklah sempurna, beberapa keputusan yang pada awalnya baik, akhirnya menggelincirkannya.Bung Karno dengan ide Nasakom, menempatkan tuduhan lebih pro kepada kelompok komunis, akhirnya harus menghadapi kelompok Nasionalis dan Agama. Pada saat tindakan coup G30S/PKI beliau menjadi orang yang paling disalahkan, karena Presiden.

Pak Harto dengan pemikiran Stabilitas keamanan, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, akhirnya dalam pelaksanaannya harus terlibat dengan ekses-eksesnya, pada akhirnya dituntut bertanggung jawab, juga sebagai presiden.

Kelemahan dan kerawanan kedua pemimpin besar diatas disebabkan kurangnya kewaspadaan keduanya saat berada dipuncak. Informasi yang diterima beliau sebagai Pimpinan Nasional ternyata tidak seakurat perkembangan situasi yang terjadi dilapangan. Dengan demikian maka keputusan yang diambilnyapun menjadi tidak tepat dan merugikannya. Apa pelajaran yang terbaik yang dapat dipetik dari kasus tersebut?. Ternyata para “inner circle” dan pembantunya yang justru membuat keduanya jatuh. Secara tidak sadar telah terjadi kompartmentasi terhadap beliau berdua. Besar kemungkinan kedua pemimpin besar tersebut masuk dalam killing ground dari konspirasi global, dalam ilmu intelijen disebut "conditioning".

Bagaimana dengan pemimpin Su/Soe ketiga yang kita miliki? Pak SBY menjadi presiden dalam masa transisi demokrasi yang sulit. Presiden SBY harus menghadapi kekuasaan kelompok kepentingan (cenderung berwawasan politik) dan hegemoni elit (berkait dengan ketahanan ekonomi). Kedua kelompok ini bersama beberapa pejabat banyak yang terlibat korupsi dengan memanfaatkan jabatannya. Dibutuhkan ketegaran menghadapi beberapa kelompok kepentingan tersebut yang sulit diharapkan kesetiaannya terhadap beliau dan negara. Yang dihadapinya adalah kepentingan individu dan kelompok. Belum lagi tantangan dan ancaman globalisasi dan menyebarnya faham dan pengaruh neo liberalisme, yang mengagungkan kapitalisme sebagai jalan keluar dari kesulitan bangsa kita.

Untuk menghindari terjadinya kasus seperti kedua pemimpin besar diatas, diperlukan kewaspadaan justru pada saat beliau masih menjabat. Presiden SBY menjadi sasaran tembak banyak pihak, bisa dimanfaatkan, bisa dibuai, bisa dijerumuskan, dan akhirnya bisa dikorbankan oleh kelompok-kelompok oportunis ataupun mungkin kembali konspirasi global akan ikut bermain. Dibutuhkan data yang akurat, analisa yang komprehensif, objectif, jujur dan jernih untuk mengantisipasi dan mengamankan baik diri dan negara yang dipimpinnya. Tanpa pikiran prejudice, kalau mau berkata jujur, banyak orang kita yang sangat baik dan terlihat sangat mengabdi kepada pejabat selama dia menjabat...tapi akan mensia-siakan begitu dia sudah turun dari jabatannya. Memang sulit mencari mereka yang benar-benar setia dinegara ini, dalam keadaan bahaya biasanya merekalah yang pertama menyelamatkan dirinya, meninggalkan si pemimpin dikeroyok orang banyak.

Kita akui memang sulit untuk menilai keberhasilan kepemimpinan nasional dalam lima tahun, dibutuhkan waktu paling tidak dua periode. Dalam masa lima tahun yang terlihat jelas lebih banyak kekurangan dibandingkan keberhasilannya.

Itulah sepenggal nama kisah Su/Soe , yang artinya baik, tapi ternyata dua orang pemimpin nasional Indonesia yang hebat dan sangat dihormati tadinya, diakhir hayatnya justru berakhir kurang baik. Kini kita akan melihat pemimpin besar Su/Soe ketiga, apakah akan berakhir baik? Semoga saja. Memang berat memimpin bangsa yang sedang berkembang dan sangat dinamis ini. Dengan para inner circle-nya yang terpelajar saya kira "bisa", walaupun kadang ada juga yang salah bicara karena tidak faham dengan yang namanya "sense of security".










Tidak ada komentar: