Kamis, 09 Oktober 2008

MENGANTAR NYAWA SAAT LEBARAN


Oleh : Prayitno Ramelan
8 Oktober 2008


Lebaran baru saja berlalu, semua umat Islam di negeri ini merayakan dengan antusias, saling bermaaf-maafan, saling berpelukan, tak terasa airmata meleleh dipipi. Selain itu bagi warga yang merayakan Lebaran di Jakarta ada sesuatu yang khusus, ibukota mendadak menjadi agak lengang, jalan-jalan sepi dari hingar bingarnya motor dan mobil yang biasanya selalu berjejal dari pagi hingga malam hari. Ini karena terjadinya eksodus masyarakat Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya dari Jakarta.

Bandara penuh sesak, terminal bus juga sesak, apalagi stasiun kereta. Jalan raya keluar Jakarta penuh sesak dengan mobil dan motor, tol cikampek macet, nagrek macet, mau ke Cirebon harus antre hingga 19 jam, semua berebut mau cepat-cepat sampai dikampungnya.

Kalau dahulu warga pulang kampung naik kapal laut, bus, kereta api, mobil pribadi, beberapa tahun terakhir sepeda motor menjadi salah satu transport favorit pilihan pemudik. Pokoknya umat Islam kalangan atas, menengah dan bawah benar-benar berusaha menikmatinya setelah sebulan berpuasa. Bergembira, bersyukur puasa telah terlewati.

Selama ini kita tidak menyadari kalau Hari Idul Fitri yang merupakan hari yang fitri bagi umat Islam, ternyata bagi sebagian warga merupakan hari penyerahan nyawa.

Mari kita lihat data-data akibat dari eksodus tadi. Dephub mengeluarkan data, pemudik yang menggunakan sepeda motor tahun 2003(0,71 juta), 2004(0,79juta), 2005(1,29juta), 2006(1,86 juta), 2007 (2,12 juta) dan 2008 (2,5 juta).
Menurut keterangan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Abubakar, jumlah kecelakaan pemudik tahun 2008 ini 1.181 kasus, korban tewas 548 orang, luka berat 702 jiwa, luka ringan 1.162. Kecelakaan sepeda motor 1.426, mobil pribadi 394, bus 110, mobil berat 191. Data yang ada menyebutkan, pada Lebaran Tahun 2007, jumlah kecelakaan 1.875 kasus, korban meninggal 798 orang, luka berat 952, luka ringan 2.034 orang.
Apa yang bisa kita lihat dari data-data tersebut?. Jumlah pemudik pengguna sepeda motor tiap tahun selalu naik, khusus dari 2007 ke 2008 kenaikan mencapai 18,9%. Memang jumlah kecelakaan, korban luka berat, luka ringan dan yang tewas pada tahun 2008 turun dibandingkan 2007. Tetapi jumlah pemudik bersepeda motor meningkat cukup tinggi.
Dephub sebenarnya membatasi penggunaan sepeda motor untuk digunakan mudik jarak jauh, karena sepeda motor (terlebih jenis bebek) tidak dirancang untuk moda transportasi jarak jauh. Sehingga fisik pengendara amat berpengaruh terhadap keselamatan. Tapi sulit menyadarkan masyarakat yang beberapa tahun terakhir memutuskan bahwa nilai ekonomis pola mudik dengan sepeda motor mereka nilai jauh lebih hemat.
Jadi bagaimana kedepan?. Apakah kita akan membiarkan saudara-saudara kita sebangsa setanah air itu setiap tahun mengantar nyawa saat Lebaran?. Ini tanggung jawab siapa?. Kalau saya boleh mengatakan ini harus menjadi salah satu bagian tanggung jawab pemerintah yang sudah dipilih oleh masyarakat itu. Apa pemerintah tetap tega membiarkan rakyatnya menjadi korban terus menerus pada kasus dan periode waktu yang sama.
Pejabat, siapapun dia jangan berbangga mengatakan tahun ini yang tewas hanya 548 orang. Ini jumlah nyawa yang tidak sedikit, sangat banyak kalau diukur dengan hak asasi manusia. Lah, yang satu orang Munir saja sampai diurus sampai ke New York dan kemana-mana. Ini nyawa 548 orang kok dianggap wajar? Tahun 2007 yang tewas 798 orang apa juga wajar? Bukankah ini juga termasuk pembunuhan?Entah aturan hukumnya seperti apa.
Kita serahkan pada ahli hukum atau para pejuang hak asasi manusia di Indonesia, atau para anggota DPR untuk membahasnya. Logikanya kira-kira begini, kita mengetahui setiap tahun ada Lebaran, akan selalu ada eksodus dari Jakarta karena ini adalah tradisi. Kita semua dapat memperkirakan akan ada yang tewas sekian ratus dan itu selalu terjadi (data yang ada di Polri dan di Dephub). Kemudian kita menilai upaya pemerintah dari tahun ketahun begitu-begitu saja…ini namanya apa?.Pemerintah selama ini hanya mengatur-atur bagaimana menekan angka kecelakaan lalin, bukan berusaha menghilangkannya dengan langkah kongkrit.
Kini masyarakat (khususnya kalangan bawah) sering mengambil keputusan sendiri, mereka hanya pasrah, harus berjuang sendiri untuk mengatasi berbagai masalahnya. Demikian juga untuk melaksanakan niat suci dan impian berlebaran bersama sanak keluarga, sungkem pada orang tua, simbah dikampungnya. Mereka berjuang dan memutuskan sendiri bagaimana harus sampai dikampungnya, walau resiko nyawa mengancam dirinya maupun keluarganya.
Mereka tidak punya pilihan lain, cari tiket sulit, harga tiket mahal, sarana transportasi umum tidak memadai, kemampuan masyarakat rendah, maka disinilah harusnya pemerintah melakukan sesuatu. Maka ditempuhlah mudik dengan motor bebek yang tidak memenuhi syarat sebagai moda transportasi jarak jauh, yang menurut Polri dan Dephub merupakan penyebab utama hilangnya nyawa dijalan raya.
Nah, penulis ada usul. Sudah ada yang mengusulkan, pemudik diatur lagi, siang khusus motor, malam bus dan kendaraan umum lainnya. Ada yang mengusulkan diatur khusus motor beberapa hari sebelum lebaran, baru mobil. Penulis kurang setuju. Korban akan tetap saja berjatuhan. Bagaimana kalau pemerintah jauh hari sebelum Lebaran (mulai kini) merancang dan menyiapkan transportasi gratis untuk Lebaran tahun 2009 bagi masyarakat dari H-5 s/d H+5.
Maksudnya pemerintah menyediakan kendaraan gratis kereta api, bus, kapal laut, semua disewa pemerintah demi untuk rakyatnya (kecuali pesawat terbang). Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan, jumlah pemudik sudah dapat diperkirakan. Kemudian masyarakat dilarang mudik dengan sepeda motor. Coba dihitung, berapa biayanya? Apakah pemerintah tidak mampu. Kita pasti menjawab “mampu” dan “bisa”. Masalahnya maukah pemerintah memberi bonus pada rakyatnya?. Negara ini memang kepunyaan siapa?. Kan punya kita bersama bukan.
Saya dan pembaca budiman akan sangat tidak percaya kalau pemerintah kalah dengan pabrik jamu, kalah sama pabrik rokok, juga kalah dengan parpol yang menyediakan kendaraan mudik gratis. Pemerintah yang uangnya sulit dihitung itu, apa sekali setahun tidak mampumenyediakan kendaraan gratis?. Semua itu kembali kepada niat baik mereka yang menjadi pemimpin dinegeri ini, maksud penulis niat baik pemimpin dalam memikirkan rakyatnya. Pasti ada yang mengatakan, wah repot, belum ada aturannya, ini pasti ucapan orang yang kurang baik, malas memikirkan nasib rakyatnya. Jangan jadi pejabat saja Mas kalau begitu.
Bagi para wakil rakyat di DPR, khususnya Mas Agung Laksono, mari kita pikirkan masalah rakyat yang anggota dewan wakili, perjuangkan nasib mereka, kasihanilah mereka, mari kita berdoa agar rakyat kita diberi tambahan nikmat panjang umur, tidak cepat-cepat menyerahkan nyawanya saat Lebaran. God disposes…but man purposes. Maksudnya, memang urusan kematian adalah rahasia dan urusan Allah, tetapi usaha didunia adalah urusan manusia itu sendiri. Dalam hal mengantar nyawa saat Lebaran ini penulis kira urusan pemerintah, disamping masalah RAPBN yang terus dikhawatirkannya.

Tidak ada komentar: