Sumber : Koran Sindo - Rabu, 10/10/2007
*Prayitno Ramelan
Mantan Penasihat Menhan Bidang Intelijen
Setelah era kepemimpinan Soeharto, Indonesia dipimpin tiga presiden dari kalangan sipil, kemudian kembali pimpinan nasional dipegang purnawirawan TNI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Untuk 2009,akankah purnawirawan TNI berhasil kembali menjadi pimpinan nasional? Beberapa kandidat dari kalangan sipil yang mulai terlihat sementara ini adalah Megawati Soekarnoputeri,Jusuf Kalla, Gus Dur, Akbar Tanjung, Surya Paloh. Sementara dari TNI ada SBY, Wiranto, dan kini muncul Sutiyoso alias Bang Yos.Walaupun pengamat mengatakan jangan membuat perbedaan sipil militer, tetapi tetap saja rakyat melihat warna yang agak berbeda dari sumber keduanya.
Para Jenderal dikenal rakyat sebagai pemimpin yang tangguh yang sudah teruji, sementara para tokoh sipil yang muncul adalah para elite politik yang pernah masuk bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004. Kemunculan Bang Yos, walaupun sudah diduga sebelumnya, masih terasa mengejutkan karena mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dengan gagah berani jauh hari sebelum pelaksanaan pilpres.Dari beberapa hasil wawancara terlihat bahwa langkah tersebut adalah langkah yang sudah diperhitungkan.
Dari sudut pandang ilmu komunikasi, profil seorang calon presiden ibarat sebuah produk, memiliki dua komponen utama yang harus disebarkan kepada publik atau dalam konteks pemilihan presiden disebut pemilih, yaitu "name awareness" (level pengetahuan publik terhadap nama seseorang) dan "concept awareness" (definisi atau gambaran singkat tentang seorang kandidat calon presiden). Kedua hal tersebut harus benar-benar dimonitor.Bagaimana pemilih akan memilih seorang calon presiden kalau dia tidak tahu siapa dan bagaimana gambaran orang yang akan dipilihnya. Karena itu, tugas tim sukseslah yang harus mampu memengaruhi konstituen agar tertarik kepada figur yang dijagokan.
Berangkat dari pengalaman Pilpres 2004, tidak menjadi jaminan seorang calon dari partai besar akan menjadi presiden.Contohnya Partai Golkar yang bergabung dengan PDIP (dua partai yang memperoleh suara terbanyak pada pemilu) hanya mampu mengusung Mega sampai pilpres putaran kedua,sementara SBY yang diusung Partai Demokrat yang relatif baru, dengan dukungan beberapa partai kecil dan partai menengah,mampu memenangkan pilpres. Yang dikhawatirkan oleh para pengamat saat itu pemerintahan akan tersendat dan terganjal karena tidak didukung partai besar.
Kenyataannya, koalisi akhirnya terbentuk juga antara partainya SBY, Demokrat, dengan Golkar dan beberapa partai lain. Rumus berpolitik adalah berangkat dari suatu kepentingan bersama. Kemenangan SBY bersumber dari popularitasnya yang menonjol. Dalam salah satu hasil polling saat itu, rakyat cenderung membutuhkan pemimpin yang kuat.Pemimpin itu identik dengan jenderal, purnawirawan TNI.Strategi sosialisasi tim SBY sudah benar, konsepnya sudah benar-benar pas, sesuai dengan maksud dan tujuan yang diinginkan dengan peformance yang menarik dan simpatik, dengan slogan bersama kita bisa.
Kekalahan Megawati sebenarnya lantaran name awareness yang terus turun dibandingkan popularitas SBY.Penduduk yang masuk kategori pandai dan berdomisili di kota-kota besar lebih menggunakan logika intelektualitas dan bukti nyata dalam memberikan penilaian. Pada saat itu, secara bersamaan kelompok penduduk ini sangat terdorong pemberitaan beberapa media massa dan public figures yang cenderung antipemerintah, sehingga banyak opini yang terbentuk secara tidak fair,namun masuk akal dan diterima luas secara logika, yang akhirnya merugikan presiden saat itu (Megawati) yang juga calon presiden dari PDIP.
Dari pengalaman Pilpres 2004,maka langkah Bang Yos yang mulai mengenalkan diri sebagai calon presiden adalah langkah dalam rangka name awareness. Pesaing yang saat ini name awareness-nya cukup baik adalah Mega dan SBY.Karena itu,perkenalan kepada konstituen harus dilakukan secara kontinu. Caranya dengan strategi sosialisasi. Apabila upaya conditioning dalam waktu lama tetap konsisten dilakukan, popularitas Bang Yos diperkirakan akan dapat menjadi bahaya bagi kandidat lain pada saatnya nanti.
Sebagai mantan perwira pasukan elite, strategi, kematangan, dan keberanian pengambilan keputusan, serta keberanian mengambil risiko dalam situasi kritis adalah bagian hidup sehari-hari dari Bang Yos. Suatu pilihan bagi Presiden SBY, apabila akan maju dalam Pilpres 2009, diperlukan kewaspadaan ekstra terhadap berita-berita miring dan tindakan dari mereka yang antipemerintah.Karena lebih mudah mencari dan mengekspos kekurangan serta kesalahan daripada menunjukkan kelebihan dan apa yang telah diperbuat oleh pemerintah.
Diakui atau tidak, dengan kondisi yang sulit saat ini, beberapa keputusan pemerintah dianggap merugikan rakyat banyak,terlebih apabila dipelintir,akan sangat merugikan SBY. Walaupun pilpres baru akan dilaksanakan pada 2009, pertempuran sudah mulai berjalan, walaupun masih dalam skala kecil.Siapa yang tidak siap bertempur, dan hanya menanti tiga bulan sebelum pilpres, maka banyak lini dan medan pertempuran yang sudah dikuasai lawan.
Popularitas tidak bisa didapat hanya seketika. Walaupun diyakini kandidatnya sudah populer di wilayah negara yang sangat luas ini, dengan penduduk yang sangat banyak, apabila membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan strategi pemenangan pilpres, maka sang kandidat hanya akan memenangkan pertempuran di beberapa medan saja, sementara hal yang jauh lebih penting, yaitu kemenangan peperangan, telah direbut oleh kandidat lain.
Di sini dapat dilihat, secara perlahan tetapi pasti Bang Yos dapat menjadi kuda hitam yang semakin hari akan semakin kuat. Akhirnya, partai-partai berebut mendukungnya. (*)
*Prayitno Ramelan
Mantan Penasihat Menhan Bidang Intelijen
Setelah era kepemimpinan Soeharto, Indonesia dipimpin tiga presiden dari kalangan sipil, kemudian kembali pimpinan nasional dipegang purnawirawan TNI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Untuk 2009,akankah purnawirawan TNI berhasil kembali menjadi pimpinan nasional? Beberapa kandidat dari kalangan sipil yang mulai terlihat sementara ini adalah Megawati Soekarnoputeri,Jusuf Kalla, Gus Dur, Akbar Tanjung, Surya Paloh. Sementara dari TNI ada SBY, Wiranto, dan kini muncul Sutiyoso alias Bang Yos.Walaupun pengamat mengatakan jangan membuat perbedaan sipil militer, tetapi tetap saja rakyat melihat warna yang agak berbeda dari sumber keduanya.
Para Jenderal dikenal rakyat sebagai pemimpin yang tangguh yang sudah teruji, sementara para tokoh sipil yang muncul adalah para elite politik yang pernah masuk bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004. Kemunculan Bang Yos, walaupun sudah diduga sebelumnya, masih terasa mengejutkan karena mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dengan gagah berani jauh hari sebelum pelaksanaan pilpres.Dari beberapa hasil wawancara terlihat bahwa langkah tersebut adalah langkah yang sudah diperhitungkan.
Dari sudut pandang ilmu komunikasi, profil seorang calon presiden ibarat sebuah produk, memiliki dua komponen utama yang harus disebarkan kepada publik atau dalam konteks pemilihan presiden disebut pemilih, yaitu "name awareness" (level pengetahuan publik terhadap nama seseorang) dan "concept awareness" (definisi atau gambaran singkat tentang seorang kandidat calon presiden). Kedua hal tersebut harus benar-benar dimonitor.Bagaimana pemilih akan memilih seorang calon presiden kalau dia tidak tahu siapa dan bagaimana gambaran orang yang akan dipilihnya. Karena itu, tugas tim sukseslah yang harus mampu memengaruhi konstituen agar tertarik kepada figur yang dijagokan.
Berangkat dari pengalaman Pilpres 2004, tidak menjadi jaminan seorang calon dari partai besar akan menjadi presiden.Contohnya Partai Golkar yang bergabung dengan PDIP (dua partai yang memperoleh suara terbanyak pada pemilu) hanya mampu mengusung Mega sampai pilpres putaran kedua,sementara SBY yang diusung Partai Demokrat yang relatif baru, dengan dukungan beberapa partai kecil dan partai menengah,mampu memenangkan pilpres. Yang dikhawatirkan oleh para pengamat saat itu pemerintahan akan tersendat dan terganjal karena tidak didukung partai besar.
Kenyataannya, koalisi akhirnya terbentuk juga antara partainya SBY, Demokrat, dengan Golkar dan beberapa partai lain. Rumus berpolitik adalah berangkat dari suatu kepentingan bersama. Kemenangan SBY bersumber dari popularitasnya yang menonjol. Dalam salah satu hasil polling saat itu, rakyat cenderung membutuhkan pemimpin yang kuat.Pemimpin itu identik dengan jenderal, purnawirawan TNI.Strategi sosialisasi tim SBY sudah benar, konsepnya sudah benar-benar pas, sesuai dengan maksud dan tujuan yang diinginkan dengan peformance yang menarik dan simpatik, dengan slogan bersama kita bisa.
Kekalahan Megawati sebenarnya lantaran name awareness yang terus turun dibandingkan popularitas SBY.Penduduk yang masuk kategori pandai dan berdomisili di kota-kota besar lebih menggunakan logika intelektualitas dan bukti nyata dalam memberikan penilaian. Pada saat itu, secara bersamaan kelompok penduduk ini sangat terdorong pemberitaan beberapa media massa dan public figures yang cenderung antipemerintah, sehingga banyak opini yang terbentuk secara tidak fair,namun masuk akal dan diterima luas secara logika, yang akhirnya merugikan presiden saat itu (Megawati) yang juga calon presiden dari PDIP.
Dari pengalaman Pilpres 2004,maka langkah Bang Yos yang mulai mengenalkan diri sebagai calon presiden adalah langkah dalam rangka name awareness. Pesaing yang saat ini name awareness-nya cukup baik adalah Mega dan SBY.Karena itu,perkenalan kepada konstituen harus dilakukan secara kontinu. Caranya dengan strategi sosialisasi. Apabila upaya conditioning dalam waktu lama tetap konsisten dilakukan, popularitas Bang Yos diperkirakan akan dapat menjadi bahaya bagi kandidat lain pada saatnya nanti.
Sebagai mantan perwira pasukan elite, strategi, kematangan, dan keberanian pengambilan keputusan, serta keberanian mengambil risiko dalam situasi kritis adalah bagian hidup sehari-hari dari Bang Yos. Suatu pilihan bagi Presiden SBY, apabila akan maju dalam Pilpres 2009, diperlukan kewaspadaan ekstra terhadap berita-berita miring dan tindakan dari mereka yang antipemerintah.Karena lebih mudah mencari dan mengekspos kekurangan serta kesalahan daripada menunjukkan kelebihan dan apa yang telah diperbuat oleh pemerintah.
Diakui atau tidak, dengan kondisi yang sulit saat ini, beberapa keputusan pemerintah dianggap merugikan rakyat banyak,terlebih apabila dipelintir,akan sangat merugikan SBY. Walaupun pilpres baru akan dilaksanakan pada 2009, pertempuran sudah mulai berjalan, walaupun masih dalam skala kecil.Siapa yang tidak siap bertempur, dan hanya menanti tiga bulan sebelum pilpres, maka banyak lini dan medan pertempuran yang sudah dikuasai lawan.
Popularitas tidak bisa didapat hanya seketika. Walaupun diyakini kandidatnya sudah populer di wilayah negara yang sangat luas ini, dengan penduduk yang sangat banyak, apabila membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan strategi pemenangan pilpres, maka sang kandidat hanya akan memenangkan pertempuran di beberapa medan saja, sementara hal yang jauh lebih penting, yaitu kemenangan peperangan, telah direbut oleh kandidat lain.
Di sini dapat dilihat, secara perlahan tetapi pasti Bang Yos dapat menjadi kuda hitam yang semakin hari akan semakin kuat. Akhirnya, partai-partai berebut mendukungnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar