Oleh : Prayitno Ramelan -
Sumber : www.kompasiana.com , 11 Desember 2008 - Dibaca 764 Kali
Beberapa hari yang lalu penulis membuat artikel tentang gerilya PKS yang mengejutkan banyak pihak lewat iklan kontroversialnya “sang pahlawan” dan PKS Award. Kini, yang coba diangkat adalah trend iklan politik dari Partai Gerindra, Demokrat dan PDIP, dimana titik berat permasalahan yang diangkat berbeda satu sama lainnya. Prabowo Subianto hampir setiap hari muncul di layar kaca dengan slogan kemandirian, swasembada dan penguatan sektor pertanian, mencoba menarik minat masyarakat bergabung di Gerindra. Kemudian PDIP muncul dengan iklan sembakonya “Mana kita tahan ???” Megawati mencoba menarik perhatian konstituen memperjuangkan sembako murah. Dan yang terkini Partai Demokrat muncul lewat media elektronik dan media cetak, iklan dengan slogan “tidak”, maksudnya katakan tidak pada korupsi, mencoba menarik simpati publik dengan menampilkan tokohnya “SBY” penggerak anti korupsi.
Gencarnya cara-cara berkampanye lewat jalur iklan di media massa menurut peneliti utama Lembaga Survei Indonesia (LSI) Dodi Ambardi menunjukkan bahwa peran media massa banyak menggantikan peran parpol dalam menjangkau calon pemilih. Munculnya media televisi sebagai media utama penyebaran informasi politik dan sebagai media persuasi paling masif membuat partai semakin kehilangan relevansi sebagai saluran sosialisasi politik. “Inilah silent revolution, revolusi diam-diam yang sedang terjadi dalam kompetisi antar partai di Indonesia,” terangnya.
Korban dari silent revolution ini, adalah partai yang tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk mengakses media massa, terutama televisi melalui slot iklan. Imbasnya, partai baru bukan saja tidak dipilih oleh publik, tapi juga tidak masuk dalam kategori partai yang dikenal.
Silent revolution ternyata membuktikan efektivitas beriklan tadi, hasilnya mulai nampak pada survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Nasional pada bulan November 2008 yang menyebutkan Partai Demokrat mendapat 9,6 % suara dari swing voter dan Gerindra berhasil memikat swing voter 3,7 %. Hingga kini LSN melansir bahwa swing voter baik positif maupun negatif merupakan mayoritas calon pemilih, prosentasenya mencapai 85 % dibandingkan mereka yang merupakan loyalis partai yang hanya 15 %. Inilah sebenarnya “real target” dan harus di kondisikan oleh para konsultan komunikasi masing-masing parpol untuk menaikkan perolehan suara.
Apa sebenarnya sasaran dari iklan-iklan tersebut?. Jelas yang diharapkan adalah terbentuknya opini positif, iklan harus mampu mencakup dua hal, memperkenalkan dan memasarkan calon serta menarik minat terhadap partai. Dari beberapa hasil survei, terdapat beberapa hal yang menjadi fokus konstituen. Ini yang penting harus diketahui para pemasang iklan, sebagai jawaban atas kebutuhan hakiki mereka. Yang menjadi fokus swing voter adalah masalah kejujuran, perekonomian rakyat dan kinerja pemerintah. Lebih jelas hasil survei Johan Polling Lembaga Riset Informasi (LRI) pada bulan mei 2008 menyampaikan bahwa responden sebagian besar menginginkan figur pemimpin yang jujur (84 %), ketegasan figur (71 %), dapat dipercaya (62 %), konsisten (44 %) dan integritas (28 %).
Lembaga Survei Indonesian Research and Development Institute (IRDI) pada bulan Oktober 2008 menyebutkan iklan yang dipandang baik oleh Responden adalah iklan partai Demokrat dan SBY (53,9%), Gerindra dan Prabowo Subianto (53,8%), Golkar dan JK (43,8%), Sutrisno Bachir (41,5%), Rizal Mallarangeng (33,7%). Sebanyak 69% responden memandang tidak baik terhadap iklan yang menonjolkan kelemahan tokoh dan partai lain, 50,1% memandang tidak baik iklan yang menonjolkan tokoh dan partai sendiri, dan 44,3% memandang tidak baik politik yang menggunakan orang miskin.
Partai Demokrat menjelang peringatan hari anti korupsi sedunia yg jatuh pada 9 Desember 2008 telah mengiklankan “katakan tidak pada korupsi”, banyak yang mempertanyakan kenapa memasang iklan anti korupsi. Disini Demokrat mencoba memenuhi keinginan responden atas kebutuhan butuh figur jujur tadi. lklan ini merupakan sub sistem dari sistem lain yang mendukung keberhasilan pemerintahan SBY di beberapa bidang, seperti kesehatan, keamanan, pendidikan dan pertanian yang pertama kalinya surplus dalam 10 tahun terakhir. Namun hasil survei ada yang menyebutkan bahwa responden menyatakan tidak puas pada program pemerintah dalam pengendalian sembako, mengatasi pengangguran dan pengentasan kemiskinan.
Ketidak puasan responden ini dijawab oleh PDIP bersama Megawati dengan iklannya “Mana kita tahan ???” perjuangkan sembako murah. Sebenarnya iklan ini mencoba menjawab rasa tidak puas masyarakat terhadap pemerintah, mungkin iklan PDIP akan lebih berbobot dengan mengiklankan konsep bagaimana menangani masalah yang lebih luas selain sembako seperti mengatasi masalah pengangguran, menciptakan lapangan kerja dan upaya pengentasan kemiskinan.
Sementara Iklan Prabowo dinilai mengandung pesan-pesan simpatik mewakili masyarakat petani, nelayan, dan pedagang pasar tradisional. Dalam iklannya itu bisa terbaca bahwa Prabowo mempunyai visi yang prorakyat. Dinilai agak berbeda dengan Sutrisno Bachir yang juga gencar beriklan, tetapi tidak menolong dalam menaikkan elektabilitasnya, karena pesan iklannya kurang menyentuh kebutuhan hati konstituen.
Nah, kalau ada iklan positif, apakah ada iklan negatif ?. Keributan masalah kenaikan BBM yang ditayangkan media elektronik adalah salah satu contoh iklan negatif bagi pemerintah. Langsung tanpa dapat ditahan popularitas SBY jatuh dan berada dibawah Megawati pada bulan Juni 2008 lalu. Kini, dengan masih berlangsungnya krisis di dunia, yang juga berimbas di Indonesia, kemungkinan yang akan terjadi adalah PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh beberapa perusahaan. Kalau kurang hati-hati masalah pengangguran ini bisa menjadi iklan negatif bagi SBY dan Partai Demokrat, karena merupakan salah satu fokus responden disamping sembako dan kemiskinan.
Jadi itulah sedikit gambaran seni iklan mengiklan politik di media massa yang kini ternyata memegang peran sangat penting dalam membangun citra dan opini. Yang perlu diingat para elit politik jangan terpikir membuat iklan yang menonjolkan kelemahan tokoh dan partai lain, karena ini bagian yang tidak disukai oleh 69 % responden. Prabowo kelihatannya juga harus mulai mengatur kemunculannya sebagai tokoh menonjol karena 50,1 % responden memandangnya kurang baik terlalu menonjolkan diri.
Kemasan seperti iklan Demokrat di televisi mungkin lebih “pas” dimana SBY hanya muncul terakhir dan itupun berupa fotonya saja, diam memandang dengan pandangan tajam, inilah tokoh anti korupsi, tokoh kejujuran itulah kira-kira inti pesannya. Yang aktif hanya Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum dan bekas Ratu Indonesia yang cantik itu. Sementara Partai Hanura yang pernah mengangkat tema kemiskinan juga sebaiknya meninggalkan tema ini karena 44,3 % responden berpendapat tidak baik politik yang menggunakan orang miskin, yang diangkat seharusnya bagaimana mengurangi kemiskinan.
Jadi bagaimana dengan Parpol yang dananya terbatas?. Beberapa parpol papan tengah masih yakin dengan pemilih tradisionalnya, tetapi secara “silent” para swing voter mulai dituai oleh Partai Demokrat, Gerindra, PDIP, Golkar dan PKS. Banyak partai baru kelihatannya akan gigit jari apabila masih menggunakan pola berfikir dengan paradigma lama, tidak menyadari telah terjadi perubahan selain perilaku pemilih juga pola penyampaian pesan. Partai-partai Islam sebaiknya menggunakan pendekatan yang lebih rasional, karena para pemilih kini lebih menggunakan cara berfikir rasional, mengalahkan perintah agama.
Bagi yang dananya kurang mungkin dapat belajar dari “campaign coordinator” PKS tentang ilmu “nekat”, kontroversi. Kalau mencoba membuat cara kontroversi sendiri dan salah, para swing voter yang semakin pintar akan tertawa dan bahkan meninggalkan mereka. Terlihat pada pemilu 2009 akan semakin sulit bagi partai baru untuk mencapai batas ambang yang ditetapkan, pilihannya kini hanya dua “nyerah” atau “nekat”. Kelihatannya nekat yang dipilih…siapa tahu kan, namanya juga usaha dijaman krisis ini. Selamat berjuang pak, semoga informasi ini bermanfaat.Pray
30 tanggapan untuk “Iklan Politik Gerindra, Demokrat Dan PDIP”
Rukyal Basri,
— 12 Desember 2008 jam 2:38 am
Pak Pray, bisa juga semakin dekat ke pilpres nanti, iklan iklan itu akan mendapat pertanyaan rakyat : Apa Yang SUDAH Anda Lakukan Untuk Negara dan Rakyat selama ini ? Iklan yang tidak sesuai kandungan isinya, ya hanya akan bermakna retorika kosong ‘AKAN….AKAN….’ tentu nyaris sebagaimana juga dagelan pepesan kosong. Memang sih akan ada yang ‘terpesona’ tapi karena waktu pilpres masih lama, nasibnya nanti mungkin seperti kerupuk kulit masuk angin…………….
prayitno ramelan,
— 12 Desember 2008 jam 6:20 am
Pak Rukyal, apa kabar nih, dingin disana?Kalau disini walau hujan, kadang banjir tapi panas, maksudnya mulai agak panas menjelang awal 2009.makin dekat ke pemilu,panasnya mulai pasang bendera2, nyetak kaos2. Kan namanya juga “akan” pemilu, semua tergantung kepada pengemas iklan itu saya kira. Jangan terlalu hebat membuat iklan ya…terus kalau tidak ada aksi apa2…ya seperti yg dikatakan itu dagelan pepesan kosong. Saya kemarin ke Magelang ada acara reuni Akabri abituren 1970, saat bertemu dengan kakak ipar yg tinggal disalah satu desa di klaten, dia dan teman2nya masuk ke gerindra, karena anggota gerindra dikasih pupuk katanya. Nah selain iklan2 kelihatannya perlu langkah2 dilapangan. Rakyat kan butuh bukti. Kini, kita lihat di TV masyarakat mulai sulit mencari gas tabung 3 kg, terus masaknya bagaimana, pada antri. Ini kan yg disalahkan pemerintah, imbasnya pasti ke penguasa bukan. Kalau kurang hati2 yg seperti ini akan membuat calon pemilih tidak nyaman..artinya ya pilih partai harapan saja. Maka jadilah seperti yg pak Rukyal katakan seperti “kerupuk kulit masuk angin”. Salam ya.Pray.
iman nugraha,
— 12 Desember 2008 jam 6:48 am
pak pray, apakah dengan trend iklan seperti ini, model kampanye di Indonesia nantinya akan seperti di AS sana? Saya sih menduga akan ke arah sana - meski dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda. Jika memang demikian, ya sebagaimana disampaikan pak pray, ‘kiamat’ buat partai2 baru dan yg berbudget rendah…mungkin itu juga sebabnya mereka masih mengandalkan iklan kampanye di ruang terbuka, makanya kasihan pohon2, tiang listrik, papan reklame, traffic light jadi korban kampanye parpol..mungkin juga saya kali ya..hehehe
prayitno ramelan,
— 12 Desember 2008 jam 7:45 am
Mas Iman, saya kira mungkin akan begitu, kan katanya pengaruh globalisasi….nyontoh2 dari Amerika selain makanan cepat saji, jin butut yg paling suka ditiru. Iya ya, kira2 akan ditiru pola kampanyenya, hanya kuantitas dan kualitasnya agak beda. Oleh karena itu bagi partai yang dananya tipis benar kira2 akan kiamat, kecuali kalau bisa meyakinkan masyarakat seperti Obama yg dapat sumbangan 640 juta dollar baru hebat…tapi disini sekarang siapa yg mau nyumbang? Parpol banyak yg mengalami krisis keuangan. Buat hidup saja susah, konglomeratpun mulai pada sulit, jadi hanya parpol yg berduit saya perkirakan akan meningkat perolehan suaranya. Yg jadi perhatian saya…rakyat menjadi lebih pintar, belajar otodidak sepertinya, padahal baru belajar sekitar 4,5 tahun. Terima kasih Mas Iman tanggapannya terutama kata-kata “kiamat” itu, sereeeem.Salam Pray.
ibm,
— 12 Desember 2008 jam 7:49 am
Syah-2 saja itu Parpol bikin iklan politik karena ada pesta demokrasi di tahun 2009.Bagaimana dengan banyaknya iklan-2 yang dilakukan departemen-2 milik pemerintah. Apakah beriklan dengan gratisan, tidak menggunakan kas negara. Kalau menggunakan kas negara berapa yang sudah dikeluarkan..??. Saya lihat di TV sebagian besar menteri-2 muncul di TV dengan iklannya masing-2. Yang menjadi pertanyaan saya berapa besar uang rakyat dihambur-2 kan tanpa tujuan yg jelas…!!!
Lamsihar Verlando,
— 12 Desember 2008 jam 7:59 am
Saya rasa iklan tidak perlu di adakan kalau si calon pemimpin sudah menciptakan track record yang baik dan ada bukti nyata dari apa yang dilakukannya khususnya untuk masyarakat.Semua yang ada sekarang tidak membuktikan apa apa, hanya janji yang selama ini rakyat sudah bosan. Masalah ekonomi dan pengangguran bukan menjadi faktor suksesnya seseorang karena dinegara majupun banyak penggangguran. Tetapi selama ini mereka, baik yang pernah atau tidak pernah duduk dipemerintahan tidak pernah menciptakan hal baru. Meneruskan saja mereka tidak mampu alias tidak konsisten, tidak serius atau hanya ingin memanfaatkan jatah 5 tahunan aja. Tidak adanya support dari berbagai pihak yang merasa pintar juga ada kaitannya.Inilah ciri khas masyarakat kita baik itu orang penting ataupun TKI diluar negeri mempunyai perasaan iri, dengki dan munafik antar sesama membuat bangsa kita terpuruk.Mungkin mereka berbuat itu karena dorongan ekonomi atau terlalu banyak tertindas ? Tapi bagaimana dengan keadaan 20 tahun yang lalu ? kita bisa menjadi bangsa yang hebat walau sama keadaannya seperti sekarang.Mudah2 an kita tidak perlu lagi diktator karena masyarakat kita seakan seperti anak TK.Trims ya pak Prayitno.
prayitno ramelan,
— 12 Desember 2008 jam 8:30 am
@ibm, tentang iklan politik di media massa jelas syah, karena mereka pakai uang sendiri, lebih penting lagi cerdik karena seperti itulan trend kampanye masa kini. Semua membuat iklan karena Tv sudah mencapai hampir seluruh pelosok, bahkan sampai kepedalaman. Tks tanggapannya.Pray
@Bang Lamsihar, wah agak protes nih…tapi ok saja deh, setiap apa yg disampaikan penanggap akan dibaca oleh pembaca, banyak yg menggemari tanggapan2, nah tanggapan anda jelas akan dibaca oleh banyak orang, terlepas itu saran, keluhan, rasa kurang puas. Ok, terima kasih ya sudah menanggapi. Salam.Pray.
Adhy,
— 12 Desember 2008 jam 10:01 am
dalam dunia maeketing, untuk perusahaan kecil/partai kecil yang gak punya duit banyak, ada sebenarnya cara memasarkan partainya yang efektif, yaitu direct salling. cuma syaratnya harus punya kader-kader yang militan, yang punya jiwa salles, yang siap door to door memasarkan partainya.ada banyak keuntungan dg strategi ini:1. biaya lebih murah2.bisa menjangkau ke daerah yang gak ada sinyal TV/radio3.akan mendapat peta real pertempuran yang nyata di lapangan. mana basis kita, mana basis lawan kitasilahkan coba. sudah terbukti sangat efektif oleh perusahaan MLM
prayitno ramelan,
— 12 Desember 2008 jam 10:21 am
Mas Adhy, wah ini ada masukan kampanye pakai cara perusahaan MLM, kalau ada yg berminat silahkan berkonsultasi disini, nanti akan dijawab oleh Adhy. Tks & Salam, Pray.
Kang Baim,
— 12 Desember 2008 jam 11:49 am
Pak Pray, ada yang ketinggalan pak, ada juga iklan dari jaringan nusantara yang katanya mengcounter isu sembako murah PDIP, mereka sebut “MANA MUNGKIN..?”dan mereka menjelaskan bahwa program sembako murah hanyalah iklan pragmatis PDIP yang hanya diangan-angan, bagaimana tu..? coba dianalisis juga pak, tks.
nuni,
— 12 Desember 2008 jam 12:01 pm
selamat siang pak Pray,lama nich saya tidak muncul tapi saya selalu setia buka dan baca tulisan-tulisan di kompasiana koq pak. hanya karena saya merasa tidak kompeten untuk berkomentar makanya saya jadi silence reader saja hehehe…
saya pribadi lebih setuju dengan cara kampanye lewat iklan media elektronik maupun media cetak tanpa perlu pengerahan massa yang berpotensi untuk menimbulkan keributan. kampanye lewat media massa sepanjang bukan black campaign akan lebih mendidik masyarakat.
dan yang paling penting dari semua itu adalah bahwa kita semua harus belajar berdemokrasi dengan saling menghargai sehingga pemili dapat berjalan dengan baik tanpa perlu saling gontok-gontokan dan merusak fasilitas pribadi maupun umum, toh yang akan rugi kita sendiri…..
Novrita,
— 12 Desember 2008 jam 12:42 pm
Sah sah aja kalau mau beriklan.. karena bagaimanapun juga untuk bisa dikenal kan harus memasarkan diri… Menonjolkan setiap kebaikan yang ada..Cuma saya agak miris nih pak Pray.. apa iya yang ditampilkan memang betul sehebat itu or se ideal itu..? Karena dari pengalaman saya, jika saya mengenal dekat seseorang ‘tokoh’, biasanya saya malah kecewa. Kok kecewa…? ..Ya iya, karena ternyata mereka tidak sehebat dan seindah kalau saya belum mengenal mereka.Makanya saya kadang agak mencibir jika melihat iklan2 yang menawarkan ‘kebaikan’. Padahal kan kita tidak boleh untuk berprasangka buruk dulu…Terus terang saya bingung dengan banyaknya partai… bingung yang mana yang benar2 memperjuangkan rakyat, dan tidak mencela satu sama lain…Insya Allah pada saatnya nanti saya bisa mantap untuk memilih.. (kok seperti mau memilih jodoh ya pak., he he..)Semoga pak Pray dan keluarga sehat selalu..sehingga pak Pray bisa terus menghasilkan tulisan2 yang bisa jadi bahan pembelajaran saya.
Prayitno Ramelan,
— 12 Desember 2008 jam 1:15 pm
@Nuni,Terima kasih sudah mengomentari kembali, tidak apa2 kalau komentar kan pandangan kita terhadap apa yg dibaca dan berkembang sebagai suatu wawasan ya. Ok, memeng sengaja topik ini saya angkat, sebagai sumbangan pengetahuan tentang perubahan perilaku para pemilih dan pola serta metoda penyampaian pesan kepada konstituen. Kalau parpol tidak mau mengikutinya , yah saya pikir akan sulit menangguk perolehan suara bulan April nanti. Kecuali beberapa parpol yg sudah mempunai anggota ataupun pendukung tradisional. Nanti ada waktunya diperbolehkan mengadakan pertemuan2. Saya setuju kalau berdemokrasi sebaiknya menghargai hak orang lain, tapi ya itu tadi, rakyat sedang dalam tahap pembelajaran demokrasi kebebasan…saya sebut kini masa transisi, kita harus hati2. Semoga pemilu nanti aman ya. Salam.Pray
@ NovritaIya tuh Novrita,benar, gunungpun dari jauh terlihat indah…biru ada awan disekitarnya, kalau didekati, isinya hutan rimba, bocel-bocel, ada jurangnya, naik turun. Jadi relatif kali ya istilahnya pengenalan parpol dan tokoh. Tapi sekarang, mudah2an beliau2 tidak begitu, jaman sudah lebih transparan, kalau main2 dan bohong2 memang mau dikritik rakyat?Belum lagi di sumpahin…serem. Saya senang Novrita mengatakan mau meilih, nah gunakan hak pilihnya itu kan hanya sekali lima tahun, sesuaikan saja dengan keyakinannya itu, pergunakan referensi yg ada, kan sudah ada nih….kompasiana, he,he,he…jadi ngiklankan kompasiana. Memang I love this blog, sudah smart, wise, comfort dan friendly lagi…seperti doa Novrita kepada saya agar sehat…Thank you so much. Semoga Novrita juga diberi nimat kesehatan.Salam hangat.Pray.
Prayitno Ramelan,
— 12 Desember 2008 jam 5:02 pm
Kang Baim, namanya juga iklan mengiklan, iklan jamu itu kan hebat2 asam urat, kolesterol, pegel linu, tapi ternyata ada yg tidak benar juga isinya paracetamol katanya, ini pabrik jamu kagak jelas Kang. Kalau beli jamu jangan sembarangan makanya, pabrik dan pembuatnya mesti kredibel. Nah kalau iklan PDIP itu jelas, maksud saya jelas yg buat sebuah partai besar, papan atas, kan mereka hanya mau menarik minat siapa tahu swing voter pada melirik, iya kan. tentang ada yg mengcounter itu…ya namanya juga disini move disana khawatir, tapi tidak apa2, kan nanti kalau PDIP menang mesti ditanya rakyat mana sembako murahnya?. Tapi dari data sembako adalah bagian terpenting dalam kehidupan kita kan?. Gitu ya Kang Baim, ente dari Betawi apa dari Cianjur? Salam>Pray.
Eep Khunaefi,
— 12 Desember 2008 jam 9:28 pm
Bapak saya adalah orang NU tulen. Ia pengagum Gus Dur. Tetapi, kemarin, saya pulang kampung untuk bersilaturrahmi dengan orang tua. Sambil minum kopi, iseng-iseng kami ngobrol masalah politik. Perbincangan akhirnya mengerucut soal pemerintahan sekarang. “Bapak bingung, Ep?” ujar Bapak saya.
“Bingung apanya, Pak?” tanya saya heran.
“Saya senang pada Gus Dur (yang otomatis akan milih PKB -red), tapi SBY sukses di bidang pemberantasan korupsi. Bapak kayaknya nyoblos SBY aja,” jawabnya ringan.
Saya kaget dengan jawaban Bapak saya di atas. Saya tahu bahwa bapak saya sangat mengagumi NU dan Gus Dur. Jadi, ketika pilihannya jatuh pada SBY, hal ini membuat saya sedikit terkejut. Saya pikir, kejadian serupa pasti dialami banyak orang. Mungkin, pendukung SBY ada yang lari ke partai lain. Tapi, pendukung partai lain pun ada yang mulai masuk menjadi pendukung SBY. Jadi, keadaannya sebenarnya berimbang.
Soal iklan politik di TV, saya melihat dua yang efektif: iklan Prabowo dan iklan SBY. Kenapa iklan SBY efektif? Soalnya, isu yang dibangun dalam iklan tersebut adalah sesuatu yang sudah berhasil dijalankan oleh pemerintahan SBY. Jadi, SBY bukan ngomong kosong jika “Stop” Korupsi.
Lalu, kenapa iklan Prabowo efektif? Selain gencar beriklan, juga tepat sasaran. Lebih penting lagi, Prabowo terlibat aktif sebagai ketua HKTI. Jadi, orang percaya jika Prabowo terpilih sebagai Presiden, maka akan memajukan pertanian Indonesia.
Persoalannya, bapak saya adalah seorang petani tulen. Sebagian besar hidupnya dari nanam padi. Tapi, kenapa ia tidak tergoda dengan iklan Prabowo yang menawarkan kemajuan pertanian. Ia justru kepincut dengan SBY. Karena di mata Bapak saya, SBY dianggap berhasil dalam memimpin negeri ini, terlepas dari masih banyak kelemahannya. Sehingga citra positif itu mampu menggulingkan rasa fanatisme Bapak saya terhadap NU dan Gus Dur.
prayitno ramelan,
— 12 Desember 2008 jam 10:31 pm
Wah ini baru berita baru nih Mas Eep, bagus juga info tentang bagaimana si Bapak NU tulen itu bisa bergeser menjadi pengagum SBY…ada sesuatu kekecewaan yg ada dipikiran beliau terhadap kondisi di PKB, kecewa dengan Gus Dur, kecewa yang tidak ada jalan keluarnya, karena dahulu PKB dinahkodai Gus Dur sebagai Dewan Syuro, Ketua Partainya para senior yang juga menjadi tokoh2 besar seperti Pak Matori, Pak Alwi Shihab. Begitu PKB berhasil di ambil alih oleh kaum muda, maka banyak pengikut PKB dan NU yang kecewa, karena PKB adalah partai kelompok santri, kaum Nahdliyin yang menempatkan kiai pada tempat terhormat. Kini PKB dikelola bukan dengan pakemnya, tanpa Dewan Syuro, kelompok Dewan Tanfidz yg penuh memegang kontrol. Maaf mas Eep, kenapa ini saya ungkapkan, agar kita berimbang melihat suatu fakta, kebetulan saya dahulu sewaktu menjadi penasehat Pak Matori sering mengikuti ke pesantren2 dan saya pernah membuat dua tulisan di Sindo tentag PKB, Gus Dur dan Cak Imin membela yg benar. Tapi mungkin juga kemudian pelarian bapaknya itu mencari tokoh yg sesuai dengan keinginannya…munculah SBY dengan citra positifnya. Begitu ya Mas Eep, tks banyak komentarnya. Salam Pray.
Darmanto,
— 13 Desember 2008 jam 10:17 am
Apakah SBY benar2 seorang tokoh & pemimpin yang jujur…bebas dari KKN ?Tulisan mas Inu di Kompasiana yang menceritakan tentang keluarga SBY sangat menggelitik:“……kegemaran akan mobil ternyata juga terlihat dari putra bungsu pak beye, edhie baskoro yudhoyono alias ibaz. lulusan universitas australia dan singapura yang belum sempat bekerja profesional ini saat ini aktif di partai politik yang didirikan pak beye dan saat ini diketuai pakdenya hadi utomo. saat ini, ibaz merintis karir politik menjadi calon anggota legislatif dari daerah pemilihan jatim vii dimana pacitan masuk dalam salah satu cakupan daerahnya.
setidaknya, ada tiga mobil yang ditumpangi ibaz berganti-gantian tergantung acara yang hendak dihadiri. mobil itu antara lain dari toyota alphard, chevrolet, dan audi. tentu saja semua mobil itu model terbaru.”
Jika kita berfikir secara logis & rasional, dari mana anak bungsu SBY yang menurut tulisan tsb belum sempat bekerja profesional bisa memiliki mobil2 mewah tersebut ? semoga kita bisa membuka mata & hati kita agar tidak terkecoh dengan sikap & ucapan manis sang idol.
Belum lagi dengan sikap marah yg ditunjukkan SBY kemarin terhadap aksi demo di istana negara yg menurutnya sangat mengganggu karena menggunakan pengeras suara. Suatu tindakan yang menunjukkan SBY tidak aspiratif terhadap tuntutan (demo) masyarakat, karena tidak melihat esensi & tujuan dari dilakukannya demo tersebut. Dalam dialog antara Kadiv Humas Polri R. Abubakar Nataprawira dgn aktivis Forkot Mixil Mina Munir di tvOne semalam, Abubakar menyatakan bahwa demo dgn menggunakan pengeras suara akan dilarang…akankah kita akan kembali ke era orde baru dimana segala bentuk unjuk rasa dimuka umum merupakan pelanggaran hukum ?
Wass,Darmanto
NB: tulisan lengkap mas Inu dapat dibaca di http://wisnunugroho.kompasiana.com/category/keluarga/
Dicky Saputra,
— 13 Desember 2008 jam 12:56 pm
Salam sejahtera untuk semua penCINTA Indonesia
Wajah perpolitikan di negeri kita masih sangat konvensional dalam menunjukan identitas dan cita-citanya. Kebanyakan orang-orang yang yang berkecimpung didalamnya selalu mengikuti “musim” yang berlaku disuatu tempat. Maksudnya kalo musim mangga semua ngomongin mangga, kalo musim durian semua ngomongin durian
Sekarang lagi musin kampanye dan orang-orang yang berkecimpung didalam dunia politik jor-joran mengeluarkan dana untuk “menyihir” orang-orang yang diluar dunia politik. Dan menurut saya hampir semua yang ditampilkan dalam iklan tidak lebih hanya sebuah “pembohongan”. Tanya kenapa!!!
Karena yang pasang iklan adalah orang-orang yang selalu kita jumpai pada saat musim “5 tahunan”
Salam dari Ujung Barat Indonesia (Aceh)
Eep Khunaefi,
— 13 Desember 2008 jam 1:30 pm
Betul Pak Pray. Di mata Bapak saya, selain faktor keberhasilan SBY dalam memberantas korupsi juga karena sepertinya Bapak saya “agak kecewa” dengan persoalan internal PKB yang tak kunjung selesai. Apalagi, kenyataannya, orang yang didukung bapak saya yaitu Gus Dur tidak mendapat tempat lagi di PKB.
By the way, saya tidak menyangka ya ternyata Bapak pernah menjadi penasehat Pak Matori juga. Semoga Bapak sehat dan sukses selalu! Amien.
mahendra,
— 13 Desember 2008 jam 3:43 pm
iklan politik partai2 lewat TV memang sangat berpengaruh besar sekali terhadap kemajuan partai tersebut, contohnya di setiap perjalanan pulang saya jawa - bali - jawa (lewat darat tentunya) banyak sekali memasang daftar2 caleg kebanyakan dari partai2 yang sudah beriklan di TV itu, dan kayaknya para caleg dengan jumlah yang paling banyak ya dari partai yang beriklan di tv tersebut, sepertinya mereka juga tidak mau kalah, malah dengan ukuran yang sangat besar, terutama di Bali khususnya denpasar hampir setiap sudut jalan atau tempat keramain jalan raya pasti anda akan melihat wajah2 para caleg dikiri kanan jalan raya. dan yang terbesar para caleg itu berangkat dari partai 2 yang beriklan di tv itu, (Demokrat,PDIP, Golkar, Gerindra, Hanura,) ada juga caleg dari partai religius seperti PAN, tapi juga tidak banyak pesertanya. apalgi PKB? nyaris tak terdengar!! mengutip pernyataan rizal ramli “sepertinya pkb sekarang seperti kereta api, tapi gerbonnya kosong” tidak ada penumpangnya. Pertanyaan saya pak sebenarnya partai2 sekarang itu berapa sih jumlahnya? saya juga tidak hapal semuanya.salam,mahendra
Prayitno Ramelan,
— 13 Desember 2008 jam 10:16 pm
@Mas Darmanto, maaf ya terlambat membalas….memang Wisnu itu wartawan yang selalu berada disekitar…ups maksudnya didalam istana, setiap ada kejadian agak menyolok pasti terekam sama dia, saya juga sudh membaca kalau Presiden marah sama demonstran yg bawa pengeras suara, barangkali pake yg 1000 watt, sampai menggelegar, dan pasti menggangu kedalam istana. Nah lho, jadi ada konflik nih, yg penting kan sebenarnya demo sudah ada aturannya, mungkin belum diatur ttg pengeras suara itu, kan demonstran sekarang sudah makin pintar, kalau cuma pakai loadspeaker biasa paling yg dengar hanya tiang bendera saja. Sekarang pada menggunakan pengeras yg sangat keras, maka sampailah pesan mereka kedalam istana, pokoknya ganggu dulu, perkara didengar atau tidak urusan nanti, gitu kali ya. Nah tentang masalah mobil yang 3 biji itu, saya terus terang belum tahu. Begitu Mas Darmanto, yg jelas tanggapannya pasti dibaca oleh banyak orang. Salam.Pray.
@Mas Dicky, di Aceh lagi musim apa?, di Jakarta kadang musim banjir, dan musim yang tidak pernah berganti adalah musim macet!! Iya ya, sekarang musim kompanye, iyalah yang muncul pemain musiman lima tahunan….pada mengeluarkan uang banyak walau seringnya tidak berhasil juga. Dan saya dengar sudah ada yg mulai guluung tikar perusahaannya karena terlalu berambisi beriklan. Kalau di Kompasiana…musimnya…ya musim nulis dan tanggap menanggapi kali ya. Salam>Pray.
@Mas Eep, benar juga ya perkiraan saya ttg bapaknya, idolanya runtuh, maka runtuhlah kepercayaan dan kesetiaannya. Iya 2,5 tahun saya mendampingi Alm Pak Matori. Btw nanti saya nulis juga ttg PKB.
@Mas Mahendra, Awalnya partai peserta pemilu ada 34 tingkat nasional dan 6 partai lokal di Aceh, kemudian sesuai keputusan PTUN, KPU akhirnya memutuskan mengikutkan 4 parpol lagi tingkat nasional yaitu Partai Syarikat Indonesia, Partai Buruh, Partai Merdeka dan Partai persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia. Jadi total jumlahnya 38 Parpol peserta tingkat nasional dan 6 tingkat lokal di Aceh. Tapi yg beken yang sepertinya tidak ada 25% nya kali. Partai baru yang mulai dikenal hanya Hanura, Gerindra, PMB, PKNU ya kira-kira baru itu. Maklum lagi pada bingung nyari dana barangkali ya. Salam>Pray
Kang Baim,
— 14 Desember 2008 jam 1:40 pm
Tanggapan atas mas Darmanto, saya pikir terlalu naif kalau harus mengomentari jumlah mobil, apalagi hanya 3 buah, untuk anak seorang presiden dan cucu Pangkostrad Sarwo Edhie Wibowo, mestilah juga bukan calang2 orang, beliau memang terlahir dari keluarga yang berada, lihat saja sejarah keluarganya yang cukup mengesankan, pengukir sejarah dimasanya, saya kira mobil 3 buah bukanlah sebuah bentuk pertunjukan Show off kepada masyarakat, tapi sebuah bentuk adaptasi diri, untuk menyesuaikan kebutuhan tamu yang datang dan daerah konstituen yang mau dikunjungi.
Mobil yang agak mewah mungkin diperlukan kalau kunjungan dari negera-negara sahabat, mungkin mereka ingin berkenalan dengan keluarga presiden, bisa dari keluarga negara sahabat juga atau dari kerabat2 exlusive lainnya, nah mobil yang agak sederhana, bisa digunakan untuk turun gunung menjumpai konstituen yang ada akar rumput, jadi itu adalah bentuk kepedulian yang sebetulnya sangat jauh dari Show Off tadi, kalau dari penampilan menurut terawangan saya, masih biasa2 aja dan terkesan sederhana, pernah jumpa diLuar negeri tahun ini, tepatnya di Malaysia, biasa aja tuh, pakai sepatu kain, ikat pinggang biasa juga, sangat sederhana dan terkesan culun, karena kebanyakan belajar kali jadi belum begitu wah, seperti kutu buku begitu, menurut saya bahkan saya terpikir dalam hati saya, apakah anak presiden hanya seperti itu..? Karena dalam pikiran saya anak presiden 250 juta rakyat Indonesia, tentu tidak akan sesederhana itu, jadi mungkin perlu kita berpikir lebih jernih tanpa pretensi apa-apa, orang biasa aja bisa beli mobil lebih dari 3 kok, kalau PNS Gol III di daerah aja, menggunakan Bank Lokal, cukup dengan menggunakan SK, bisa dapat pinjaman 100juta, jadi bukan sesuatu yang luar biasa begitu, kalau perdebatan untuk mobil 3 buah itu, menurut hemat kami, bahkan kalau tidak tau apa2 tidak usah berpretensi apa2, dari pada nanti berujung kepada fitnah, malah berdosa dan orang yang anda sangkakan, akan mendapat pengurangan dosa karena fitnah anda, bukan begitu pak Pray..???
prayitno ramelan,
— 14 Desember 2008 jam 2:15 pm
Kang Baim, iya deh namanya juga memberi tanggapan ya, disatu sisi dengan dilain sisi kadang berbeda terutama sudut pandangnya, terlebih ini sudah mengidolakan ini yg itu sudah mengidolakan itu, mari kita berjalan membahas menuju kesuatu arah kepentingan bangsa ini. Mengenai jalannya kesana memang kadang banyak yg suka dan tidak suka, sering terjadi perbedaan pendapat. Semoga tidak terbawa sampai ditempat tidur, kan ceritanya hanya saling membahas ya. Memang saya setuju jangan mengutarakan fitnah di forum ini, terserah masing2 yg menulis kan fitnah itu diartikan apa. Ok, Terima kasih tanggapannya>Pray.
eepkhunaefi,
— 14 Desember 2008 jam 8:54 pm
Saya tunggu tulisan PKB-nya, Pak De.
Prayitno Ramelan,
— 15 Desember 2008 jam 4:18 pm
Insyaallah saya nanti buat ya Mas Eep, sabar ya, saluran first media di rumah langi ngadat nih, ini baru sampi di kantor langsung buka kompasiana, ternyata banyak tanggapan yg belum dijawab. Tks , salam.
Gi,
— 17 Desember 2008 jam 1:10 pm
Saya juga (kalau berkenan) menunggu tulisan tentang kelompok partai “banteng”:1. PNI Marhaenisme2. PDI Perjuangan3. PPDI4. PELOPOR5. PNBK Indonesia6. PDP (yang terbaru, pimpinan Laksamana Sukardi dan Roy B. B. Janis)Masih dalam satu koridoy yang sama, namun menarik juga jika ada yang bersedia mengupasnya.
Oia, buat mas Kang Khunaefi, boleh juga tuh PKB, di partai ini juga ada banyak versi:1. PKB2. PKNU3. PPNUI4. GATARA (baru muncul, bukan peserta Pemilu 2009)Kira-kira akan seperti apa ya distribusi suaranya? Wah, semakin menarik untuk dikupas!
Prayitno Ramelan,
— 17 Desember 2008 jam 4:04 pm
Aggi, terima kasih tanggapannya, iya nih saya sedang mencoba menyusun fakta2 tentang PKB, tentang PDIP saya sudah pernah menulis tetpi fokus tentang bu Mega. Nanti deh Gi ya perlahan-lahan kita tulis yg anda maksud itu, hanya perlu waktu collecting data ni.Tks Salam >Pray.
Eire,
— 18 Desember 2008 jam 9:29 am
Salam,Sebelumnya saya Eire (laki-laki), pernah berkomentar di blog yang atraktif ini sebelumnya. Terima kasih Pak atas tanggapannya yang hangat untuk didiskusikan.
Terkait parpol sempalan (serupa tapi tak sama) memanglah sudah banyak di Pemilu kita ini. Kadang rakyat dibuat jadi bingung. Tidak hanya oleh iklan-iklan mereka, tetapi juga karena content parpol yang hanya berganti wajah, nama, tokoh, atau lambang. Padahal dulunya dari satu induk yang sama.
Dalam kasus ini saya melihatnya karena manajemen konflik dan manajemen organisasi parpol (juga kaderisasi) yang kurang dibina secara profesional. Semoga pendapat saya ini tidak tepat, sehingga akan banyak parpol yang berbenah dan menjadi profesional.
Saya juga sempat dibuat bingung dengan parpol “serupa tapi tak sama” itu, ada banyak. Kalau boleh menampilkan data (maklum, saya suka dengan penjabaran data) jadi insya Allah tidak asal menulis tapi ada faktanya di lapangan. Dan kualitas netralitas tulisan bisa diupayakan dengan baik. Setelah daftar artis yang menjadi caleg (hehe…) berikut daftar parpol “serupa tapi tak sama” itu:
1. PDI-P = PNI MARHAENISME, PPDI, PNBK INDONESIA, PELOPOR, PDP2. PKB = PPNUI, PKB3. GOLKAR = PKPB, GERINDRA, HANURA, PAKAR PANGAN, dsb. (kebanyakan parpol2 kecil)4. PAN = PMB5. PPP = PBR6. PDS = PKDI8. DEMOKRAT = BARNAS9. MASYUMI (dahulu) = PBB
Menarik untuk dikupas bukan? Politik memanlah dinamis, sangat dinamis bisa berubah setiap menit, manuver yang sulit ditebak hingga kemunculan tokoh baru, sangat mungkin terjadi semuanya, inilah politik. Menariknya mungkin disini ya? Hehe…
Eire
Eire,
— 18 Desember 2008 jam 9:32 am
Kang Eep Kunaefi, usulan yang bagus.
PKB memiliki parpol sempalan juga yaitu PPNUI dan PKNU. Terakhir ada GATARA yang baru saja dibentuk tapi belum ikutan Pemilu, entah kapan. Wah, bagaimana ya distribusi suaranya ke depan? Menarik sekali.
Prayitno Ramelan,
— 18 Desember 2008 jam 3:28 pm
@Eire, terima kasih tanggapannya, kalau melihat daftar parpol yg anda sebutkan diatas, memang pelaku dalam dunia perpolitikan ini sebenarnya hanya tiga, dulu ada Nasionalis, Agama dan Komunis. Tapi sekarang faham komunis kan dilarang buat partai, jadi partai-partai umumnya berlatar belakang nasionalis atau Agama. yah wajar kan pengelompokan seperti itu, jadi memang betul yg diungkapkan itu banyak partai yg serupa tapi tak sama, karena dari masing-masing parpol itu ada yg memecahkan diri, tapi ya asasnya sama juga dengan induknya. Maka jadilah banyak partai seperti sekarang ini. Cak Choirul Anam kan dahulu Ketua DPW PKB Jatim, terus bikin partai sendiri jadi PKNU, tapi ya tetap gerbong massanya yg digarap dari PKB juga, karena itu partai Islam susah besarnya karena segmen pasarnya ya itu2 juga tapi diperebutkan banyak partai. Gitu ya Eire. Salam>Pray.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
HAPPY NEW YEAR HAPPY NEW YEAR HAPPY NEW YEAR
DARI-rossastanleyloancompany
Apakah Anda memerlukan kredit yang mendesak?
* Sangat Cepat dan Transfer Instan ke rekening bank anda
* Biaya kembali di bulan setelah Anda mendapatkan pinjaman Anda di bank Anda
akun bank
* Tingkat bunga rendah 2%
* Long term payback (1-20) Long
* Pinjaman fleksibel dan gaji bulanan
*. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membiayai? Setelah mengajukan pinjaman
Anda mungkin mengharapkan jawaban awal kurang dari 24 jam
pembiayaan dalam 48Hours setelah menerima informasi yang mereka butuhkan
dari kru Pada perusahaan pinjaman ROSSA STANLEY, kami adalah perusahaan pembiayaan yang berpengalaman yang memberikan kemudahan pinjaman gratis kepada individu-individu yang berpikiran tulus, serius, perusahaan, badan hukum dan masyarakat umum dengan tingkat bunga 2%. Kami memiliki akses ke kumpulan uang tunai untuk diberikan kepada perusahaan dan mereka yang memiliki rencana untuk memulai bisnis tidak peduli seberapa kecil atau besarnya, kami memiliki uang tunai. Yakinlah bahwa kesejahteraan dan kenyamanan Anda adalah prioritas utama kami, mengapa kami berada di sini untuk mengurus pemrosesan pinjaman Anda.
Hubungi perusahaan pinjaman yang sah dan dapat dipercaya dengan rekam jejak pelayanan yang memberikan kebebasan finansial kepada negara-negara bersatu (PBB).
Untuk informasi lebih lanjut dan pinjaman yang meminta untuk mendirikan bisnis Anda, belilah rumah, beli mobil, liburan, hubungi kami via,
E-mail resmi: rossastanleyloancompany@gmail.com
Viber resmi: +15186756750
Instagram resmi: Rossamikefavor
Twitter resmi: Rossastanlyloan
Official Facebook: rossa stanley favor
untuk respon cepat dan cepat ....
Mohon mengisi formulir aplikasi di bawah ini dan kami akan menghubungi Anda lagi, Kami tersedia 24/7
DATA PEMOHON
1) Nama Lengkap:
2) Negara:
3) Alamat:
4) Jenis Kelamin:
5) Status Perkawinan:
6) Pekerjaan:
7) Nomor Telepon:
8) posisi saat ini di tempat kerja:
9) Penghasilan Bulanan:
10) Jumlah Pinjaman yang Dibutuhkan:
11) Durasi Pinjaman:
12) nama facebook:
13) nomor Whatsapp:
14) Agama:
15) Tanggal lahir
SALAM,
Mrs.Rossa Stanley Favor
ROSSASTANLEYLOANCOMPANY
Email rossastanleyloancompany@gmail.com
Posting Komentar