Jumat, 26 Desember 2008

SBY, Prabowo, Mega dan Peta Politik

Oleh Prayitno Ramelan - 25 Desember 2008 - Dibaca 1416 Kali -

Sebuah hasil survei yang dilansir oleh lembaga survei Indonesian Political Marketing Research (IPRM) pada Selasa (23/12) menyebutkan bahwa Ketua Dewan Penasihat Partai Gerindra Prabowo Subianto menduduki posisi kedua dibawah SBY yang tetap menduduki posisi teratas, sementara Megawati menduduki posisi ketiga.

Lembaga survei IPRM didirikan oleh perusahaan konsultan pemasaran dan bisnis Marplus Insight. Chief Executive Associate Partner Markplus Insight Taufik pada jumpa pers mengenai Political Tracking Research untuk Pileg dan Pilpres 2009 mengatakan “Survei ini merupakan yang terbesar, terlengkap, dan relevan dengan situasi calon pemilih Indonesia yang sangat heterogen”. IPRM dapat dikatakan baru melaksanakan survei khusus untuk kepentingan internal , selanjutnya dijelaskan Taufik bahwa IPRM adalah lembaga survei yang independen, bebas dari pesanan parpol. Hasil surveinya akan dijual kepada 38 parpol peserta pemilu 2009.
Survei dari lembaga riset politik MarkPlus ini menyebutkan SBY dianggap oleh 62,8 persen dari 16.800 responden pantas sebagai calon presiden. Jumlah 62,8 persen ini terdiri dari 35,3 persen disebut pertama oleh responden, 18,5 persen secara spontan ketika diajukan pertanyaan dan 9,1 persen ketika dibantu.

Prabowo meraih 45,3 persen dan Megawati 37,7 persen. Namun Megawati lebih banyak disebut pertama yakni 15,2 persen, dibandingkan Prabowo yang hanya 9,2 persen.
Berikutnya baru Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mendapat 28,9 persen, Soetrisno Bachir 20,9 persen, Amien Rais 20,1 persen, Wiranto 20,1 persen, Jusuf Kalla 16 persen, Hidayat Nur Wahid 14,4 persen dan Abdurrahman Wahid 11,8 persen.

Survei ini berbasis daerah pemilihan, melibatkan 16.800 responden di 33 provinsi. Responden dibagi berdasarkan kuota jenis kelamin, status ekonomi & sosial dan usia. Tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin of error 0,75 persen. Survei dilakukan minggu pertama dan minggu ketiga November 2008, namun baru dilansir hari Selasa, 23 Desember 2008.

Sementara itu Reform Institute mengeluarkan hasil survei 13-25 November tentang keterpilihan atau elektabilitas parpol. Partai Demokrat menempati tempat teratas (26,36%), PDIP (17,80%), Golkar (14,16%), Gerindra (6,56%), PKS (5,16%). Yang paling menonjol dicatat oleh Reform institute, Partai Gerindra mengalami kemajuan tercepat, pada survei Juni-Juli masih berada diurutan ke-28 (0,08%), melejit menjadi 6,56% pada bulan November 2008.
Khusus tentang tingkat kesukaan pemilih dalam berkoalisi, dari (26,36%) responden pemilih Partai Demokrat, dimana sebanyak (30,05%) pemilih menginginkan berkoalisi dengan Partai Golkar, (13,96%) menyukai koalisi dengan PDIP, (11,08%) menyukai koalisi dengan PKS, dengan PAN (5,61%), PKB (4,4%), dengan Gerindra (3,49%).

Responden Partai Golkar yang 14,16% sebahagian besar lebih suka koalisi dengan Partai demokrat (38,14%), dengan PDIP (15,54%), dengan Hanura (5,65%), dengan Gerindra (4,52%), dengan PKS (3,95%). Disini juga terlihat bahwa di kalangan pemilih Golkar masih ada yang bersimpati kepada dua mantan sesepuh Golkar Wiranto dan Prabowo, terbaca dengan adanya keinginan koalisi.

Responden PDIP menginginkan koalisi dengan Partai Golkar (26,74%), serta koalisi dengan Partai Demokrat (13,48). Partai Gerindra yang mendapat dukungan 6,56%, pemilihnya menginginkan koalisi dengan Partai Golkar (21,15%) dan koalisi dengan Partai Demokrat/PAN (12,20%).

Pemilih PKS menginginkan koalisi dengan Partai Demokrat (29,46%), dengan PAN (18,6%), dengan Golkar (9,3%), dengan PPP (4,65%), dengan Gerindra (4,56%).
Dari fakta-fakta tersebut diatas, mulai terlihat sebuah peta politik tentang posisi capres, kekuatan dan posisi parpol serta kekuatan ideal koalisi parpol. SBY sebagai incumbent hingga saat ini masih belum tergoyahkan dari posisi teratas dengan elektabilitas tertinggi 62,8%, pada posisi kedua terlihat Prabowo mulai mengimbangi Megawati, bahkan secara akumulatif Prabowo lebih tinggi elektabilitasnya. Pada posisi keempat diduduki oleh Sri Sultan. Elektabilitas Sultan sayangnya kurang menonjol, mungkin ini disebabkan karena kurangnya beriklan di media massa.

Pada parpol, posisi PDIP dan Partai Demokrat saling berebut tempat teratas, pada survei LSI yang dilakukan 5-15 Desember, PDIP menduduki tempat teratas dengan 31%, Reform Institute menyebutkan PDIP hanya mendapat 17,8%. Partai Demokrat oleh LSI ditempatkan pada posisi kedua (19,3%), justru oleh Reform Institute menduduki tempat pertama (26,63%). Kedudukan Partai Golkar hampir sama LSI (11,9%), Reform Institute (14,16%). Dengan demikian terlihat sementara ini kemungkinan yang akan menjadi parpol papan atas adalah Partai Demokrat, PDI Perjuangan dan Partai Golkar. Sementara yang terlihat akan menjadi parpol papan tengah sementara ini diperkirakan baru Partai Gerindra dan PKS.

Yang menarik adalah peta koalisi. Partai Golkar adalah parpol yang paling disukai untuk dijadikan partner koalisi, Golkar disukai pemilih Partai Demokrat (30,05%), pemilih PDIP (26,74%) dan Gerindra (21,15%). Partai terfavorit kedua sebagai partner koalisi adalah Demokrat, disukai pemilih Golkar (38,14%), pemilih PKS (29,46%). Sementara PDIP hanya disukai pemilih sebagai pilihan kedua berkoalisi dari Demokrat dan Golkar. PKS dan Gerindra pemilihnya kurang menyukai koalisi dengan PDIP. PKS hanya disukai pemilih sebagai pilihan kedua partner koalisi dari Demokrat, pilihan kelima dari pemilih Golkar. PDIP dan Gerindra pemilihnya tidak berminat koalisi dengan PKS. Pemilih PKS lebih menyukai berkoalisi dengan Partai Demokrat, pilihan kedua PAN, pilihan ketiga Golkar dan pilihan keempat PPP, pilihan kelima Gerindra. Sementara Gerindra pemilihnya hanya suka koalisi dengan Golkar, pilihan kedua Demokrat.

Dengan demikian maka peta parpol dan capres terkuat akan dikuasai apabila Partai Demokrat berkoalisi dengan Golkar, capresnya SBY, wapres dari Golkar (JK atau Sultan). Koalisi keduanya sementara ini akan mendapat kekuatan gabungan pemilih hingga 40,52%, dengan elektabilitas capresnya 62,8%, belum ditambah elektabilitas cawapres. Kekuatan capres kedua akan dipegang oleh PDIP dengan capres Megawati. PDIP kelihatannya akan menjumpai masalah dalam berkoalisi, pemilihnya tergambar hanya menyukai koalisi dengan Golkar dan Demokrat. Sementara pemilih PKS tidak menyukai koalisi dengan PDIP, lebih suka apabila PKS berkoalisi dengan Demokrat. Demikian juga pemilih Gerindra lebih suka koalisi dengan Golkar atau Demokrat. Dengan demikian maka kemungkinan peta lama akan kembali terulang, PKS akan merapat ke Partai Demokrat.

Jadi tanpa adanya perubahan yang signifikan maka apabila Golkar dan Demokrat berkoalisi, kemungkinan besar SBY yang akan kembali menjadi Presiden. Bagaimana mengatasi kebuntuan PDI Perjuangan? Peluang PDIP hanya berada ditangan Sri Sultan, dengan catatan Sultan mampu merebut posisi sebagai pemegang “mandat” dari Golkar. Artinya Sultan harus diajukan sebagai calon oleh Golkar, dan mau berkoalisi dengan PDIP. Sultan akan kuat apabila mampu merebut Golkar. Hambatan utamanya karena Sultan sudah terlalu yakin sebagai Capres tapi belum meiliki parpol pendukung yan kuat. Jadi pilihannya hanya satu yaitu Golkar dimana dia sudah menjadi kader.

Mungkin Prabowo adalah salah satu harapan dari PDIP, bisa diperkirakan Gerindra akan menjadi parpol papan tengah, masalahnya hanya karena para pemilih kedua parpol kurang mendukung koalisi tersebut. Yang mungkin bisa diandalkan adalah elektabilitas Prabowo yang diperkirakan semakin hari akan semakin tinggi dengan jalan pintas iklannya. Kalau Golkar lepas dari tangan SBY, maka yang terbaik bagi Demokrat adalah koalisi dengan PKS, dengan cawapres Hidayat Nur Wahid, ditambah beberapa parpol kecil lainnya. Gabungan kedua parpol inipun diperkirakan akan mampu memenuhi peryaratan UU pilpres dalam mengajukan capres.
Perjalanan menuju pemilu hanya beberapa bulan lagi, demikian juga dengan pilpres, masih banyak kemungkinan yang akan memengaruhi para konstituen, tanpa adanya gebrakan yang berarti maka “golput apatis” diperkirakan akan semakin banyak. Inilah saatnya para elit partai meunjukkan kepiawaiannya dalam menyusun sebuah strategi agar dapat menarik minat golput dan menerima amanah dalam memimpin bangsa ini. Jujur, bijaksana, mumpuni dan pro rakyat itulah kunci seorang pemimpin masa kini yang sangat didamba rakyatnya. Bravo.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.

Share on Facebook

32 tanggapan untuk “SBY, Prabowo, Mega dan Peta Politik”

Rukyal Basri,
— 25 Desember 2008 jam 2:55 am
Wah, kok enggan sih koalisi dengan pdip ya pak Pray? Tapi apa mereka juga emoh nanti di pilpres, jika pimpinan partai pilihannya itu ‘berkoalisi’ sebagai cawapres bu Mega setelah keluar hasil pileg? Jangan jangan nanti mereka oke-oke saja, karena sebenarnya puncak sasaran tembak bukankah mendapatkan posisi capres-cawapres? Sementara setiap hari selalu diwarnai hasil survey yang bak jamur dimusim hujan, sedang hasil pileg yang merupakan modal penawaran berkoalisi masih lebih 4 bulan lagi, ternyata dengan tak beriklan saja, Sri Sultan sudah masuk. Fenomenal ‘kan? Jadi kalau mesin politik capres ada yang sejak awal langsung diumbar oktan iklan 99,9 %, maka kayaknya mesin kampanye Sri Sultan adalah jenis diesel pakai campuran minyak zaytun………..pelan tapi pasti dan wangi tanpa polusi. Setuju pak Pray?
prayitno ramelan,
— 25 Desember 2008 jam 6:43 am
@Selamat pagi Pak Rukyal…eh di Ohio itu selamat malam ya. Data itu hanya menggambarkan sebuah posisi persepsi publik, walaupun bukan hasil pemilu, dimana banyak dari elit partai kurang mempercayai sebuah lembaga survei karena dikatakan sebagai pesanan. Saya mengambil data ttg pearpol dari LSI dan RI yg kebetulan waktunya hampir bersamaan, dengan hasil yg mirip. Yg mengatakan kurang suka memilih PDIP sebagai partner koalisi adalah para pemilih (responden) tersebut. Memang banyak pihak yang mengarahkan bahwa sasaran tembak adalah kekuasaan eksekutif itu. Banyak yg lupa justru kemenangan pemilu juga akan banyak mengatur negara ini, terlebih dengan sistem demokrasi yang kita sebut liberal. Iya sih pak Rukyal, Sultan tanpa iklan media massa (hanya berita standard Teve dan koran) saja sudah masuk empat besar, coba kalau bandarnya mau repot mengeluarkan dana saya kira akan menguat sekali. Dia secara rasional akan diperebutkan oleh dua kubu kalau menurut pandangan saya tuh Pak Rukyal…entah kenapa, sakti kali ya??, Salam>Pray.
bambang,
— 25 Desember 2008 jam 11:03 am
dari sekian banyak parpol ini kayakbya tdk ada parpol yg memihak rakyat, tapi banyak parpol yang memfaatkan rakyat……parpol prabowo memamfaatkan kemiskinan rakyat sebagai jalan meuju proesiden…….he2 payah, parpol demokrat sama golkar sama2 parpol yg merugikan rakyat alias tidak memihak rakyat…buktinya kasis lapindo samapi mmau akhir jabatanya masih belum selesai tdak ada orang yg di seret kepengadilan atas kasus ini…yg ada ribut menutupi kesalhan koleganya agar dana kampanye tahun depan tetap ngocor dari perusahaan pembawa bencana…pdip ha2 ini parpol yg memelopori penjualan semua aset negara….payah kayaknya negara ini kedepapan akan di pimpin oleh parpol serigala berbulu domba ..mencari dukungan rakyat tapi menghancurkan kehidupan rakyat….buktinya pas gubernur golkar di dki saatt kampanye akanmemabela rakyat setelh jadi bencana yg ditimbulkan semua orang yg bewrduit boleh tinggal di jkt yg miskin hanya dibutruhkan tenaganya saja tapi kehidupannya di lupakan….adakah lembaga survei yg menyurpai bagaimana kwalitas pemimpin kita saat ini pembela rakyat atau pemabela kaum borjuis…salam merdeka rakyata indonesia yg masih dijajah
Abi Hasantoso,
— 25 Desember 2008 jam 11:38 am
Pak Pray yang rajin menulis dan menganalisis,
Hasil survei ini tidak dianggap oleh Golkar, lho. Apalagi nama Golkar dan JK bukan pemegang posisi puncak hasil survei.
Seperti banyak diberitakan, JK dan Agung Laksono gak percaya sama lembaga survei yang dianggap cuma memenuhi pesanan.
Apapun hasil survei, toh, Golkar di bawah JK tak pernah punya ambisi lagi untuk jadi RI 1.
Golkar, partai besar bernyali kecil di tengah demokrasi kita yang aneh…. Ketika banyak orang dan partai mengidam-idamkan meraih kursi RI 1, Golkar merasa cukup dengan duduk di kursi RI 2. Kursi RI 2, agaknya, menjadi comfort zone buat Golkar di bawah JK.
Bukan begitu, Pak Pray?
AH
Romli,
— 25 Desember 2008 jam 12:01 pm
Pak Pray,
Impressi saya sementara ini meng-iyakan pendapat Pak Abi. Jadi sebagai pemilih akan percuma memilih golkar karena kemungkinan besar aspirasinya nggak akan tersalurkan lewat partai tsb. Maaf ini impressi dari orang yg awam politik.
Bukan begitu pak Pray?
aramichi,
— 25 Desember 2008 jam 12:14 pm
Yth bapak Prayitno Ramelan
Kalau saya lihat memang posisi SBY di atas angin, kalau kita melihat catatan sejarah pada pemilu 2004 beliau begitu superior pada putaran pertama keluar sebagai kampiun dan pada putaran kedua keluar sebagai pemenang dengan posisi 60%-40%. Nah catatan sejarah ini sangat membantu karena sudah menjadi fakta yang tidak bisa diganggu gugat. Sekalipun nanti suara Partai Demokrat tidak mencapai 20 % taruh misalkan 12-14 % , partai yang ingin mengusung dia pasti tetap banyak karena sudah terbukti suara SBY jauh melampaui suara Partai Demokrat. Di sini kalau saya lihat praktik dari pikiran manusia yang mempunyai kecenderungan untuk memilih ” Yang diperkirakan akan menang” karena manusia akan berpikir buat apa memilih pihak yang diperkirakan akan kalah nanti saya tidak akan dapat apa apa. Manusia pasti menuju yang lebih pasti daripada ketidakpastian.
Jadi kalau menurut perspektif saya, kemungkinan terjadi koalisi antara Partai Demokrat, Golkar, PPP, PKB melawan PDIP. Poros lain yang mungkin muncul adalah poros PAN, PKS dan Gerindra yang mengusung pasangan Sultan- Prabowo atau Din Syamsudin - Prabowo. Namun tetep apabila terjadi putaran kedua yang akan maju adalah SBY VS MEGA dan PKS mungkin akan ke SBY, deja vu
Abuga,
— 25 Desember 2008 jam 12:17 pm
Pak Pray,
Meski hasil survey tidak benar 100% tetapi bisa dijadikan acuan kebijakan partai. Penolakan Golkar (JK & AL) juga merupakan KEBIJAKAN karena survey tidak menguntungkan Golkar & JK.
Sekilas survey itu menggadang Prabowo dan Gerindra. Kalo di mereka menolak survey dan bilang ini pesanan Prabowo apa salah? kan sah - sah juga.
Ini soal nama Pak Pray. Menurut pakar marketing nama produk yang enak pengucapannya dan mudah diingat akan membentuk branding yang kuat di konsumen. Prabowo bisa memang bisa membentuk brand image yang kuat di masyarakat Indonesia seperti Suharto, Sukarno, Susilo. Nah apakah Gerindra juga demikian??
Wah semakin rindu pada pemilu pilpres tapi sayang untuk pileg masih bertahan di Golput. Padahal tidak ada pilpres kalo tidak ada pileg. Kalo diharamkan golput ya tolong badan survey di tambah satu suara untuk PKS. he……… he………
Salam
Prayitno Ramelan,
— 25 Desember 2008 jam 1:15 pm
@Mas Bambang, terima kasih tanggapannya. Memang di negara kita banyak sekali yg dikecewakan baik oleh pemerintah ataupun pejabatnya. Karena itu banyak yang memperkirakan pada 2009 nanti potensi Golput bisa mencapai 40%. Suara anda bisa dikatakan mewakili rakyat yang masih miskin, susah, cari gs saja sekarang susah, harga2 mulai naik. Jadi melihat tahun2 sebelumnya ya memang belum ada benarnya, kenapa?karena mental mereka yg memegang otoritas banyak yg tidak bersih, semua mau ambil jalan pintas, itulah korupsi. Karena itu rakyat agak kurang percaya kepada pemimpin jadinya bukan?Inilah kondisi aktual kita. Nah bagaimana memperbaikinya?Saya kok berfikir pemimpin harus kuat, berani, jujur, tegas, babat habis yg macam2…tapi kembali lagi sulit Mas, kita menganut sistem demokrasi liberal, dimana wewenang eksekutif dibatasi. Nah jadi komplex ya masalahnya. Ok deh begitu dulu dari saya, Salam>Pray.
@mas Abi Hasantoso, terima kasih tanggapannya, saya suka anda rajin menanggapi…Iya sih Golkar jelas tidak berani memajukan capres, karena tidak punya jago, jadi ya sementara ini hanya bersandar kepada strategi faksi yg pro JK, reslistis saja, tetep dgn SBY jadi Wapres, nanti baru atur2 dan bagi2 jabatan menteri gitu kali.Saya setuju pendapatnya iya Golkar comfort dengan SBY dan demokrat, lihat saja hasil surveinya. Salam Ya>Met Libur nih>Pray.
@Mas Romli, saya kira benar juga pendapat anda yang sama dengan Mas Abi, sementara ini pemilih kurang bisa melihat harapan orang Golkar jadi Praesiden…tapi belum tentu juga, siapa tahu mendadak Sultan dapat “mandat”…who knows?Tks ya>SalamPray.
@Mas Aramici, benar itu bahwa SBY lebih besar dari Partai Demokrat, dan benar juga, pada memilih berkoalisi dengan yg diperkirakan menang, dalam pacuan kudapun orang akan memilih kuda yg pernah menang, buat apa buang duit milih kuda pacuan yg belum pasti menag,,,disinilah peran analis parpol ya Mas. Boleh juga analisanya, tapi PKS saya kira akan merapat ke SBY pada putaran pertama, partai ini pintasr mas, saya lihat kadernya boleh juga tuh, suatu hari saya melihat dialog di Teve, ada tokoh PKS Anis Mata, bagus tanggapannya, nah kita tunggu Februari nanti katanya PKS akan mengeluarkan 8 janji PKS. Begitu ya Mas, Saya senang dengan tanggapannya, mengerti dan menguasai alur masa kini tuh.Selamat deh>Selamat liburan>Pray.
@Abu (Bapak)…terima kasih tanggapannya, memang nama Prabowo enak didengar, tetapi nama Gerindra itu sulit, lebih enak dan mudah diingat Hanura, hati nurani rakyat, tapi karena punya duit ya gerindra kelihatan lebih menonjol. Wah Golput nih?Saya juga heran kok Golput diharamkan…berat tuh, KH Mustofa Bisri (Gus MUs) saja yang tokoh NU menolak, lha ini MUI tetap saja mau sidang, buat apa ya…apa sudah di[pikir, nanti banyak kaum muslim maunya Golput, terus karena dinyatakan haram kan akan masuk neraka…dari pada masuk neraka, lebih baik pada pindah agama saja, he,he,he. Eh ngomongan ngelantur ya. Saya punya pikiran, coba kalau berani “Nyatakan korupsi itu Haram”. Baru itu fatwa hebat kali ya?Ok deh>Salam.Pray…Eh, ada liburan apa tidak di Doha nih?disini libur panjang sampai tanggal 4 januari 2009.
Dede rahmat,
— 25 Desember 2008 jam 1:52 pm
Selamat mat siang Pak Pray
Ternyata Iklan parpol efektif membetuk image suatu parpol , pertanyaanya pak pray sejauh mana pertangung jawaban mereka atas isi iklan mereka, kalau iklan produk sih gampang pak, kalau ada masalah dengan produk nya kita bisa lapor ke YLKI, lah kalau partai bohong dengan janji mereka (angap saja janji dan program itu suatu produk)dan kita terlanjur memilih produkmereka kemana pak kita mesti lapor sedang kan mereka kita pakai selama 5 th.
Kasihan rakyat beli barang jelek baru bisa ganti 5 tahun lagi. Sedangkan pertaruhanya hidup mereka 5 tahun kedepan, sebab mau tidak mau dan sedikit banyaknya kebijakan mereka akan mempengaruhi kehidupan rakyat.
biro jasa,
— 25 Desember 2008 jam 1:59 pm
dukung Koalisi SBY - HNW
Prayitno Ramelan,
— 25 Desember 2008 jam 4:11 pm
@pak Dede Rahmat terima kasih sudah menenaggapi, kalau ditanya pertanggungan jawab…hmmm, nanti kalau ybs sudah memimpin bisa tidak dipercya rakyatnya, itu sangsi terberatnya…kan sudah ada contoh bukan, karena para pemilih juga mempunyai wakil di DPR…rumusnya adalah “trust”, kita mempercayai wakil dan juga mempercayai pemimpin, oleh karena itu kalau di kalangan rakyat yang suidah memahami apa itui politik, mereka akanmempelajari dahulu siapa calon yg akan mereka pilih bukan?Karena itu, masalah Golput tidak usahlah pakai fatwa haram, terlalu jauh menurut saya, yg penting bagaimana menyedarkan para pemilih agar menggunakan haknya, karena kalau tidak mereka harus ikhlas mengikuti apapun hasil pilihan para pemilih yg mau datang ke TPS. Jangan jadi Golput Apatis istilahnya, masa bodoh dengan pemilu dan pilpres…semua ini adalah tugas dari siapa?ya parpol itu. Begitu ya Pak Rahmat, semoga berkenan nih>Salam>Pray.
@Biro jasa dukung SBY-HNW…boleh kok mas Idham, kapan2 kalau perlu ngurus SIM internasional saya kesitu ya…dekat nih kantor anda yg di Ragunan dengan rumah saya yg di Lenteng Agung. Saya suka dengan kalimatnya “Mengagungkan semangat enterpreunership…berusaha mendapat respek dan amanah setiap orang”.Salam>Pray.
Abuga,
— 25 Desember 2008 jam 4:24 pm
Pak Pray,
Jadi tersanjung disapa terus. Di Doha tidak ada libur Natal, Tahun Baru Hijriah ataupun ataupun Tahun Baru Masehi. Libur di Doha hanya 4 hari Idul Fitri, 4 hari Idul Adha dan Independence Day. Jadi total setahun cuma 9 hari holiday. Meski holiday sedikit tapi cuti tahunan bisa sebulan.
Kini Doha musim dingin dan sedang menyongsong datang event tenis ATP pada 5 January nanti. Dimana akan hadir Rafael Nadal, Federer, Andy Murray, Andy Roddick dkk. Biasanya sih gratis tapi kini mulai bayar tiket masuk. Tapi kapan lagi nonton mereka in action. Mudah2an Nadal dan Federer bisa bentrok di final. Kira - kira seperti bentroknya SBY vs Prabowo he…….. he……..
Pak Pray, saya menduga kemunculan Hanura dan Gerindra akibat rivalitas tokoh sentralnya sejak dulu. Pasti pakewuh menjawabnya soalnya masih satu paguyuban purnawiraan he…… he……Mudah2an rivalitas mereka fair, sportif dan positif seperti para bintang tenis di atas. Di lapangan politik boleh lawan tetapi di luar lapangan tetap kawan. Permainan dilakukan secara fair dan beretika. Ada wasit (KPU dan rakyat) yang jujur dan mengerti hukum. Berani mengakui kalah dan memberi hormat kepada pemenang serta kepentingan rakyat dijunjung tinggi. Kalau demikian alangkah indahnya berpolitik.
Wah jadi enak nih ngeblog jadi banyak kawan dan wawasan. Ngeblog adalah sarana pembelajaran yang efektif. Politik ke depan bukan lagi the people power tetapi bisa bergeser ke the blogger power.
mahendra,
— 25 Desember 2008 jam 5:38 pm
sore pak,lembaga survey kok sering mengadakan survey2 dengan berbagai macam hasil yang berbeda2 pula, beda lembaga, bedahasil pula…tapi setiap ada survey kenapa ya? saya, keluarga saya, RT, RW bahkan kelurahan tempat saya tidak pernah dilaksanakan survey? mereka mensurvey itu berdasarkan apa sih??asal2an aja kali??
prayitno ramelan,
— 25 Desember 2008 jam 5:50 pm
@Abu, tidak apa2 kita saling menyapa, saya juga suka kok anda ini tukang suntik (katanya) padahal dokter yg gajinya guede pastinya di Doha itu, tapi rajin mengikuti perkembangan politik di tanah air. Kita disini liburnya 12 hari, natal th baru dan hari kejepit kali. Wah enak ya bisa nonton ATP, dimana jago2 tenis dunia akan muncul. Kemunculan Hanura dan Gerindra menurut saya bukan masalah rivalitas antar tokoh, kebetulan kekuatan tersebut terpolarisasi jadi tiga kubu, menurut saya terlepas dari segalanya, masih adanya keinginan kuat beliau2 itu untuk membaktikan dirinya kepada bangsa dan negara ini melalui jalur politik. Dan mereka memang berpengalaman di jalur sosial politik dan teritorial, maka kesempatan, peluang itu akan di wujudkan dalam ranah politik yg saya pikir sangat berbahaya, keras, kadang penuh intrik, banyak yg oportunis. Tapi ya tergantung sama orangnya tuh Abu. Pak SBY, Pak Wiranto, Pak Prabowo adalah tiga dari sekian banyak putra bangsa terbaik yang masih mau merepotkan diri dalam kancah ini, saya yang melihatnya saja sudah miris. Di medan tempur, paling kita di dor dan hanya kehilangan nyawa, tapi di gelanggang politik akibatnya jauh lebih mengerikan dari itu, kadang jasa kita yg sekian puluh tahun akan hancur lebur karena sebuah masalah yang di eksploitir oleh kekuatan politik juga. Contohnya…Bung Karno, Pak Harto…akhahirnya tidak menyenangkan bukan?Bisa juga kedepan bukan pengerahan massa sepenuhnya tapi media massa power, siapa menguasai media dia akan kuat…the blogger power…hmmm, bisa juga ya, Obama juga menggunakan sarana internet juga, tidak tahu di Indonesia, yg penggunanya konon sudah mencapai 3 juta orang. Wah jadi panjang nih Abu ya, selamat berdingin-dingin, entah berapa derajat, th 1986 saya pernah merasakan “bloody windy” saat bertugas di Kedubes RI di Wellington NZ selama tiga tahun….pake long jones terus. Ok, Salam ya, nanti tulis tuh ATP nya.Pray
@Mas Mahendra, terima kasih tanggapannya. Sepengetahuan saya lembaga-lembaga survei politik itu baru aktif dan populer disini menjelang pemilu 2004, karena sistem pemilihan langsung presiden dan wakil presiden. Saya dahulu mengikuti survey yang dilakukan oleh Indonesian Polling. Pada saat itu banyak juga teman2 yang tidak percaya apa benar survei yng dilakukan hanya terhadap 2500 bisa mewakili sekitar 130 juta orang. Saya termasuk yang percaya dan mulai mengikuti metode mereka random sampling, ternyata persepsi publik yang dihasilkan terbukti betul. Mereka dengan metodenya akan menentukan wilayah, umur, pendidikan, tingkat sosial, pendidikan, jenis kelamin, banyak lagi syaratnya, yg ribet menurut saya. Nah kini banyak muncul lembaga survei sebagai bisnis yang menggiurkan, karena parpol dan capres,cawapres,caleg mempercayai hasilnya. IPRM misalnya sekali turun ke lapangan harus mengeluarkan dana sebesar Rp3,5 milyar, hasilnya akan dijual kepada parpol atau siapapun yg mau seharga Rp550 juta, nah kalau yang beli banyak kan lumayan juga tuh. Kalau kita biasa mengikuti survei dari sebuah lembaga, maka kita akan bisa membaca ini karangan, ini pesanan atau hasil yg jujur. Oleh karena itu misalnya saya mengambil dua lembaga LSI dan RI yg hasilnya tidak jauh berbeda, berbeda boleh asal tidak terlalu ekstrim, bisa dipakai sebagai dasar.Rata-rata lembaga survei mengevaluasi tiga hal, seperti yang dilakukan oleh IPRM yang baru muncul dan memproklamirkan penuh bisnis surveinya (jualan data), yakni tingkat popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas parpol dan tokoh nasional yang akan bertarung dalam pemilu 2009, persepsi, citra, kualitas, aspek positif, dan aspek negatif parpol dan capres, serta calon anggota legislatif yang dianggap pantas di setiap daerah pemilihan (dapil). Begitu ya Mas Mahendra, maaf nij mungkin jawabannya kurang memuaskan, karena saya tidak pernah terlibat dengan lembaga survei, cuma mengambil data yang saya analisa sebagai bahan tulisan saja>Ok. Salam.Pray
Mohammad G.,
— 25 Desember 2008 jam 5:51 pm
saya setuju PKS berkoalisi dengan PAN, karena mereka mempunyai visi, misi, dan pandangan yang bagus,reformis, dan agamis, Maju Capres DIN SYAMSUDIN…Bismillah
Prayitno Ramelan,
— 25 Desember 2008 jam 8:14 pm
Pak Mohammad G, terima kasih telah memberi tanggapan, kalau dukung Pak Din Syamsuddin mestinya lewat Partai Matahari Bangsa, yg mencalonkan Din Syamsuddin jadi Capres, Kalau PAN masih dipimpin Pak Sutrisno Bachir yg juga keliahatannya akan maju. tapi ok saja deh ya Mas Gana. Salam>Pray,
Rukyal Basri,
— 25 Desember 2008 jam 9:11 pm
Kenapa sri sultan yang masih tanpa partai dan tanpa iklan masuk dalam rangking utama, karena rakyat sebagai pemilih sudah pintar, sudah rasional. Sudah hampir seperti rakyat Amerika Serikat tingkat pemahaman berdemokrasi dan pola berfikir rasionalitasnya. Sehingga dari survey itu bisa kita baca bahwa ada 3 kelompok pemilih. Yang masih romantis dengan masa lalu (bu mega), pemilih yang setia ’status quo’ dengan incumbent sby, dan pemilih yang ingin perubahan untuk masa depan dengan sri sultan. Jika nanti golkar sudah memberikan dukungan kepada sri sultan, dan kemudian sesuai dengan strategi tim pelangi dengan tampilan iklan program perubahan sri sultan, maka pertempuran menuju pilpres makin sengit.
prayitno ramelan,
— 25 Desember 2008 jam 9:27 pm
Pak Rukyal apa kabar nij, saya setuju2 deh dengan pendapatnya, memang pemilih sekarang sejak digulirkannya reformasi cepat sekali belajar, ya belajar kebebasan, belajar berdemo, belajar memperjuangkan haknya, belajar melawan aparat (agak tahu hukum kali), dan juga belajar tentang politik. Memang Sultan seperti saya katakan juga pasti ada apa2nya, adanya kejenuhan, banyak yang mencoba mencari tokoh alternatif, maklum deh. Saya pernah berdiskusi dengan salah satu programmer salah satu stasiun Teve, dia mengatakan bertapa sulitnya mempertahankan sebuah acara agar ratingnya tetap bagus, dikatakannya bahwa pemirsa (ya orang Indonesia itu, termasuk kita2 ini kali?) cepat bosan dan unpredictable. Jadi kalau seseorang menjadi pimpinan nasional di Indonesia mesti pintar menjaga ritme kepemimpinan, dari pada di bosanin rakyat (istilah apa ini?). Sudah mati2an bekerja untuk bangsa dan negara ini, tapi ada saja salahnya…capek lho jadi pemimpin itu, tapi kok masih pada mau ya…kesimpulannya…pemimpin adalah seseorang yang harus mau “rela berkorban”. Kembali ke Sultan, menurut saya harus mau masuk ke jalur pintas popularitas iklan, dalam politik harus pintar2 memanfaatkan ruang waktu dan peluang. Saya suka saja melihat upaya2 tim2 sukses berusaha…kalau sultan terserah Upaya Sunardi Rinangkit dan Garin nugroho, waktu sudah mepet. Kalau elektabilitas tinggi, Golkar baru akan berpaling, kalau tidak ya sulit kelihatannya disapa Golkar.Salam>Pray.
Acan,
— 26 Desember 2008 jam 7:36 am
Wah senangnya bisa membaca tulisan Bapak Prayitno Ramelan, tulisannya bermutu, bernas dan membuka cakrawala berfikir. Saya rasa, kita bisa belajar politik lewat tulisan-tulisan Bapak. Rakyat bisa tercerdaskan, forum ini sebagai “sekolah politik”, kita bisa terpintarkan lewat sekolah politik ini bukan? Kalau boleh saya menganalisis, menurut saya ada beberapa kekuatan besar menuju pemilihan 2009. Kekuatan massa blogger. Saya sepakat dengan istilah blogger power. Bukankah “blogger power” identik dengan “people power”, tentu saja dalam “blogger power” ada banyak orang-orang hebat dan kompeten di bidangnya dalam memberikan pencerahan dan pendidikan politik. termasuk Bapak nih bisa jadi sumber analisis politik kedepannya. Ada banyak contoh berbagai peristiwa besar, mulai dari pergantian kekuasaan di setiap negara selalu melibatkan “people power” lihat saja peristiwa 1998 salah satunya. Namun, saya melihat peristiwa lain saat Obama terpilih yaitu “blogger Power”. Obama menang karena akrab dengan para Blogger. Obama selalu menuangkan gagasan dan pemikirannya dengan media web 2.0. Nah menurut bapak bagaimana nih dengan para calon presiden yang suka ngeblog? apakah peluang mereka besar untuk terpilih terlebih di Indonesia? saya melihat Gerindra progresif beriklan di media televisi dan media sosial seperti facebook, begitu juga dengan Hanura. Sosok Prabowo dan Wiranto dapat dengan mudah ditemukan di dua situs jejaring sosial ini. Sepertinya mereka membidik pemilih pemula? Klo PKS juga sama beriklan di media televisi, namun pendekatan membuat “gebrakan marketing” membuat supaya banyak dibicarakan. Menurut saya iklan-iklan PKS yang agak memancing kontroversi bisa juga tuh pak. karena semakin banyak dibicarakan maka akan semakin banyak orang yang penasaran membuka-buka apa PKS itu dll. Nah menurut analisis saya di facebook nama SBY itu 3 kali disebut dengan sementara jumlah pendukung11,022 supporters. Namun di Friendster nama SBY ada 18 kali disebut. Trus untuk Ibu Mega di Facebook tidak ada, sedangkan di Friendster ada dua profilnya. Sedangkan untuk JK di facebook ada 1 profil dengan 367 supporters sedangkan di friendster ada 12 kali disebut. Nampaknya kekuatan SBY +JK untuk sementara ini masih unggul diatas Megawati di dunia jejaring sosial. Mungkin saja Megawati menggandeng Gerindra yang memiliki kekuatan massa di Facebook dengan tokoh sentral Pak Prabowo yang profilnya ada 4 dengan kekuatan massa 3,598 supporters. Analisis Bapak mendekati kekuatan mereka di media maya. Bisa jadi kemampuan mereka menggalang massa di dunia maya mencerminkan kekautan nanti di Pemilu 2009. Memang di abad web 2.0 pertarungan politik tidak hanya terjadi di dunia nyata bahkan di dunia maya juga….jangan-jangan dalam mimpi pun para pemimpin kita ini terus menerus bermimpi untuk berkoalisi. namun, yang jelas marilah kita sebagai para blogger berkoalisi memberikan pencerahan kepada para pembaca kita dengan tulisan-tulisan yang mencerahkan. Bravo Pak salam kenal. mohon masukan dan ulasan Bapak juga di tulisan saya “Partai facebook” dan “Parta i Friendster” Dua partai Baru di Indonesia. Tks banyak
prayitno ramelan,
— 26 Desember 2008 jam 8:41 am
@Acan, …terima kasih ya Mas Agus atas tanggapannya, saya sudah ngintip juga di Bandung Batrat Online itu kok, bagus dan kesannya situs intelektual tuh. Syukur kalau apa yg ditulis kakek ini ada manfaatnya, maklum orang tua kadang ada yang lupa ada salah2nya sedikit, tapi yang bisa dipastikan adalah keinginan berbagi diusia senja ini, berbagi pengalaman ataupun sedikit pengetahuan yang diketahui. Semua ditekankan dengan dasar “kejujuran” baik terhadap kebersihan pemikiran, kebersihan apa yg ditulis, tidak perlu ada intrik, berusaha dijalur yang baik dengan ukuran norma dan budaya yang mulai luntur pada bangsa ini. Itulah dasar saya menulis Mas Agus. Kembali kepada topik bahasan memang kalau para tim sukses lebih teliti dan waspada, seperti yang pernah saya tulis pada artikel2 lalu, harus diwaspadai “silent revolution”, pembentukan opini oleh media massa. lesaya lebih fokus ke media elektronik. karena pengaruh yang masuk lewat mata dan telinga sangat besar sekali. Lihat saja efek pemberitaan teve tentang 3 serangkai bom bali, hampir saja mereka jadi pahlawan, yang menjadikan ya para presenter itu. Tolong baca artikel2 saya yg lalu tersimpan di public blogger sebelum saya mendapat kehormatan menjadi guest blogger, “Teroris Indonesia Mau Kemana?”. Nah, kekuatan blogger dan netter juga akan menjadi kekuatan besar, seperti data yg disampaikan itu, kalau tajam pengamatan tim2 sukses, atau mereka membaca artikel anda…wah mesti buru2 mengatur strategi baru…ini seperti beberapa tahun lalu, saat HP baru muncul, baru beberapa tahun, nah sampai ke pelosok2 pada pegang hp, anak 3 th juga bisa menelpon, pembantu, sopir, semuanya pegang HP, dan…mereka yg bisa membaca fenomena ini beberapa th lalu mendapat penghasilan trilyunan. Sementara begitu dulu ya mas Agus, terima kasih dengan pendapatnya, yg jelas menambah bobot artikel itu sendiri. Salam>Pray.
TITAH SOEBAJOE,
— 26 Desember 2008 jam 9:06 am
SURVEY-SURVEY YANG ADA ITU MEMBUTUHKAN ONGKOS. BELUM ADA SURVEY YANG DIDASARKAN HATI NURANI. ONGKOS MENUNTUT AKIBAT-AKIBAT. PARA PENERIMA ONGKOS BERAKIBAT MEMUASKAN PEMBERI ONGKOS. BAHKAN DUKUNPUN KALAU SUDAH DIBERI ONGKOS, TIDAK BERANI MENGUTARAKAN HASIL TERAWANGAN YANG JELEK. INI YANG MEMPRIHATINKAN. SEMUA REKAYASA. APALAGI PEMBERITAAN, YANG NYATA-NYATA MERUPAKAN LEMBAGA PENGEJAR UNTUNG ATAU RENTE. JADI OMONG KOSONG RAMALAN-RAMALAN ITU. SEKARANG, MASYARAKAT SUDAH KERACUNAN UANG, JADI SEMENTARA PEMILIK UANG MENJADI DEWA ATAU TUHAN. TETAPI MASIH ADA SEBAGIAN KECIL MASYARAKAT YANG TIDAK BISA DIPENGARUHI UANG. INILAH KEKUATAN YANG NANTINYA DAPAT MEMBALIK KEADAAN. DAN DALAM MASYARAKAT KECIL INI, TERDAPAT BANYAK ANAK-ANAK MUDA YANG IDEALIS TAPI DIPINGGIRKAN OLEH KALANGAN PENGUASA YANG PELACUR. ANAK-ANAK MUDA INILAH AKAN MEMIMOIN DALAM WAKTU DEKAT INI. MUDAH-MUDAHAN MEREKA TIDAK MENGHADAPI HAMBATAN YANG BERARTI. SALAM BUAT KALANGAN TUA, DAN LEGOWOLAH UNTUK MEMBERIKAN PADA KAUM MUDA. SUDAH WAKTUNYA.
Prayitno Ramelan,
— 26 Desember 2008 jam 10:50 am
Titah Sibajoe, ini saran, kalau bisa membuat tanggapan, tolong pakai huruf kecil sja mas, huruf besar itu bacanya agak ribet utk mata tua ini. Tapi walaupun begitu, boleh saja berpendapat seperti yg anda sampaikan, memang sayapun berfikir kalau nanti pada pemilu 2014 saatnya para generasi muda harus mampu menunjukkan kemampuan sebagai calon pemimpin, karena didunia sudah banyak pemimpin berumur 40 tahunan yang memang mempunyai kelas tersendiri. Nah kita bersama yg seharusnya mendukung mereka2 itu. Saya sebagai orang tua yg sudah jadi kakek dan sudah diambang senja inipun sangat mendukung para pemimpin muda itu. Mereka yg tua2 secara alamiahpun pasti akan mundur dengan sendirinya.Begitu ya, Salam>Pray
aramichi,
— 26 Desember 2008 jam 12:23 pm
Yth Bapak Prayitno Ramelan
Saya setuju dengan pendapat bapak tentang kemungkinan PKS merapat ke SBY pada putaran pertama, itu memang pilihan yang paling mungkin dan realistis. Poros PAN, PKS dan Gerindra hanyalah merupakan angan angan saya saja, sebuah harapan yang sepertinya agak sulit terwujud:) Kalau kita merujuk pada pilkada DKI poros yang coba digalang Gusdur dengan memunculkan pak Sarwono bekerjasama dengan PAN akhirnya hilang seperti tertiup angin padahal kalau saya lihat potensi poros itu begitu besar seandainya yang dicalonkan adalah duet Sarwono dan Faisal Basri atau duet Sarwono dengan Agum Gumelar.
Tapi kalau kita merujuk pada tahun 1999 ketika Amien Rais yang diinspirasi oleh PPP/ Zarkasih Nur menggalang poros tengah yang akhirnya sukses menggulingkan 2 raksasa yaitu Golkar dan PDIP dengan menyabet posisi ketua MPR, Presiden dan Wapres masing masing Amien Rais, Gusdur dan Hamzah Haz saya kira walaupun konteksnya tidak sama persis, partai partai menengah bisa punya power untuk membalikkan keadaan, tinggal butuh seorang King Maker. Syaratnya King Maker hanya bergerak di belakang layar saja jangan malah mencalonkan diri
Kenapa PAN, PKS dan Gerindra? Karena mereka merupakan kekuatan menengah yang mungkin tidak bisa mencalonkan presiden sendiri sendiri. Misalkan PAN dapet 8 %, PKS dapet 10 % Gerindra dapet 7 % tentu tidak cukup untuk mencalonkan presiden masing masing partai berbeda dengan PDIP atau Partai Demokrat cs. Tapi kalau PAN, PKS dan Gerindra bergabung mereka bisa dapet 25 % cukup untuk mengajukan pasangan calon. Nah saya lihat antusias masyarakat terhadap Sultan sangat tinggi, secara sederhana saya melihat contohnya yang terjadi pada tulisan bapak, tulisan bapak tentang Megabuwono dan Sultan menanggapi Megabuwono hitnya paling tinggi berarti masyarakat tertarik dengan berita tsb mungkin masyarakat mencari di google sehingga bisa sampai ke artikel bapak. Kalau dilihat dari segi ideologi PAN, PKS dan Gerindra resistensi terhadap Sultan dan Prabowo juga rendah karena Prabowo sangat dekat dengan kalangan Islam yang menjadi elite PAN dan PKS. Jadi kalau saya lihat duet Sultan dan Prabowo punya potensi karena mereka menawarkan perubahan dan bisa fokus pada kebutuhan dan keinginan rakyat.
Kalau saya lihat, terlepas suka atau tidak suka dengan Prabowo tapi orang ini fokus pada kebutuhan dan keinginan rakyat, pemikirannya tidak melebar kemana mana, fokus pada tujuan dan bagian yang paling inti yaitu sektor riil berbasis produksi yaitu pertanian, nelayan, pendidikan, pedagang pasar serta berusaha membangun kebanggaan kita sebagai bangsa. Nah mudah mudahan kemunculan Prabowo ini menjadi pemicu dan cambuk untuk mereka yang paling mungkin menang yaitu SBY dan Megawati, ini loh ada sainganmu sehingga mereka ( SBY dan Mega) berpikir dan bekerja lebih keras lagi
achmad subechi,
— 26 Desember 2008 jam 3:24 pm
Pak Prayit…. Kalau mau jujur nih, untuk menjadi capres atau wapres itu kan butuh dana banyak. Ada dana pribadi, ada dana yang berasal dari partisipasi publik. Artinya, masing-masing pasangan sah-sah saja mencari dana dari pihak swasta. Kedua, dari sisi fisik… nantinya masing-masing cappres harus keliling Indonesia. Betapa capek dan melelahkannya.
Nah, setelah terpilih kerja mereka diawasi lembaga legislatif. Begitu jjuga soal KKN, sudah ada lembaga KPK yang akan memonitor. Padahal kita semua tahu gaji presiden/wapres dibawah 75 juta. Pertanyaannya? 1. Lha apa modal mereka bisa balik? 2. Benarkah capres-capres yang muncul sekarang ini berorientasi untuk kepentingan rakyat? 3. Apa sih enaknya jadi presiden?
Thanks Pak Prayit…
novrita,
— 26 Desember 2008 jam 3:51 pm
Artikelnya mantap sekali, ditunjang dengan adanya hasil survei dari lembaga survei.Informasi yang diperoleh dari lembaga survei semacam ini sangatlah membantu, karena untuk menyajikan data yang cukup informatif dibutuhkan desain survei dan metode pengumpulan data yang tepat. Pengambilan sampling yang kurang cocok bisa menghasilkan informasi yang bias dan tingkat akurasinya rendah.
Sepertinya memang partai Demokrat harus melirik kembali kepada Golkar untuk lebih memperkuat posisinya pada pertarungan 2009 ini. Responden Demokrat dengan porsi terbesarnya memilih berkoalisi dengan Golkar. Demikian juga sebaliknya, proporsi responden Golkar memilih Demokrat adalah paling tinggi. Jadi bisa dibilang ketika Demokrat melirik Golkar, kelihatannya Golkar pun juga sudah ada hati…
Bagi PDIP butuh pertimbangan yang tepat untuk memilih akan berkoalisi dengan partai mana. Pilihan yang tepat akan mendongkrak perolehan suara, namun sebaliknya jika salah menetukan pilihan maka PDIP mau tidak mau akan ditinggalkan.Dari hasil survei Reform Institute tsb. kelihatannya PDIP sebaiknya berkoalisi dengan Golkar atau Demokrat. Padahal, masih dari survei itu, Demokrat sebaiknya berkoalisi dengan Golkar.Sehingga kelihatannya peluang PDIP untuk bergandengan dengan Golkar agaknya masih kalah dibandingkan dengan Demokrat-Golkar.
Wacana tentang Mega-Bowo, rupanya kalau disepadankan dengan hasil survei dari Reform Institute kurang mengena, karena tidak terlihat hasil yang significant antara PDIP dengan Gerindra. Jadi bagaimana ya… ? Mungkin dengan hasil survei yang lebih update, kita bisa dapatkan informasi yang menunjang pasangan Mega-Bowo.
PKS sendiri yang merupakan partai politik yang cukup besar rupanya belum merupakan pilihan utama oleh partai-partai besar lainnya, kecuali partai Demokrat dengan 11,08% respondennya memposisikan PKS diurutan ke 3 sebagai koalisinya. Sehingga memang ada baiknya PKS merapat kembali dengan partai Demokrat.
Peta politik tentu masih akan berubah. Dibutuhkan hasil survei yang terus ter-update.
Kita tunggu saja bagaimana respon publik dengan keluarnya ‘8 janji PKS’
Ditunggu ulasannya ya pak Pray tentang ‘8 janji PKS’….
prayitno ramelan,
— 26 Desember 2008 jam 11:41 pm
Para penanggap sekalian, khususnya Aramici, Mas Achmad Subechi dan penanggap khusus my good friend, the smart lady Novrita…wah jujur saya surprise sekali dengan tanggapan2nya yang menambah kekurangan dari artikel diatas. Memang saya berani menyebut itu sebuah peta politik, karena mulai terlihat suatu peta walaupun masih kasar, kira2 arah mana yang sebaiknya diambil dan dituju oleh parpol2 yang elektabilitasnya mulai menonjol. Tanpa mengecilkan arti parpol yang lain, kita bahas dengan analisa berdasar walaupun dasarnya sebuah persepsi publik yang jangka waktunya terbatas. Tapi tanpa fakta2 tersebut, kita hanya akan membahas sesuai dengan keinginan kita atau mungkin diposisi mana kita berada.
@Aramici, saya terus terang kagum dan menghargai beberapa masukan dan analis yg anda berikan. Beberapa parpol berasas Islam mencoba kembali akan mencoba membuat sebuah poros, ada poros tengah jilid dua, ada pros penyelamat bangsa dan entah nanti akan ada poros apa lagi. Kini kelihatannya Pak Amin Rais mulai ikut meramaikan soal poros2 ini, sambutan yang terkuat dari PPP, yang menginginkan semua berkumpul dalam lingkaran PPP. Yang sementara kurang sefaham adalah PKS dan PBR. PKB kelihatannya mau lihat2 dahulu, Muhaimin agak gamang nampaknya. PAN dan PMB jelas masih bersaing dalam memperebutkan konstituennya. Yang paling baik memang koalisi PKS dan Gerindra,seperti yg anda sebutkan, walaupun persepsi koalisi agak kurang diminati seperti data survei, tapi kedua parpol yang menurut survei sangat besar akan menjadi parpol papan tengah saya kira akan kuat nilai tawarnya nanti. Tentang koalisi dengan siapa, kelihatannya mereka akan menunggu hasil pemilu April tahun depan nanti. Saya kok melihat kemungkinan partai yang akan menjadi kunci koalisi terserah di kelompok SBY, Mega atau Capres alternatif adalah PKS, partai ini strateginya bagus dan terencana serta tertata dengan baik, mereka akan mengeluarkan 8 janji PKS yg kata Anis Mata nanti Pebruari. Kunci Capres ataupun cawapres kelihatannya akan dipegang Prabowo, yang saya perkirakan elektabilitasnya akan naik, asal duitnya tetap “kenceng”, dia bisa menjadi pesaing SBY dan Mega, atau saya sebut sebagai kuda hitam, opini yang dibentuk melalui jalan pintas iklan, seperti kata Fadli Zon. Kuda hitam lainnya adalah Sultan, sekali lagi kenapa kok tidak masuk ke wilayah media massa?.Dan saya setuju kalau kini parpol2 tidak bisa tenang2 saja, banyak pihak yang akan berusaha memperebutkan konstituen. Tks ya Aramici, Salam hangat jih>Pray.
@Mas Achmad Subechi, wah kalau ditanya tentang dana kampanye sih…banyak yang mau nyumbang. Anda tahu rolet kan, kan ada 36 nomor, saya dengar nih, ada yang mau berjudi memasang ke-36 nomor tersebut, hanya untuk nomor yang dirasanya kuat, akan dikasih ekstra pasangan. jadi nomor berapapun yang keluar, maka dia tetap akan dapat, walaupun itung2annya kalah. Hope u understand what i mean…he, he,he. Kedua kalau ditanya apa benar modal mereka bisa balik…wah kalau itu sih itungannya bukan seperti dagang kali ya, ini permainan jaringan, semua yang dikeluarkan jelas akan terbayar dengan gengsi, kebanggaan, terpenuhinya sebuah cita2 atau kasarnya (maaf) mungkin ambisi, yah sesuatu yang tidak bisa diukur dengan uang, terlebih kalau uang modalnya dari pendukungnya. Biasalah siapa calon yang kuat, akan didekati banyak pendukung, yang jelas akan nyumbang2. Obama saja juga modalnya dari orang lain dapat deh USD 640 juta. Nah yang ketiga kita harus percaya bahwa beliau2 yang maju itu mempunyai niat luhur kepada bangsa dan rakyat ini, karena harusnya mereka sadar bahwa yang akan diemban adalah sebuah amanah, dan pertanggung jawabannya tidak hanya didunia tetapi di akherat nanti…serem saya kira ya. Jadi Presiden menurut saya banyak tidak enak dan bahayanya kalau tidak hati2, sudah baca artikel saya terdahulu dengan judul Risiko Sebagai Pimpinan Nasional. Saya kira gitu ya Mas Bechi.Salam hangat nih, maaf ya jawabnya agak telat, baru golf tadi selesai Jumatan>Pray.
@Novri…bagaimana internet dirumah sudah hidup??Saking semangatnya sampai numpang dikantor (ini tadi pagi saya baca di FaceBook). Terima kasih ya tanggapannya, saya terkesan sekali ada penanggap wanita yang menanggapi dengan baik dan serius (Mas Pepih juga meng- apresiasi kemauan kuatnya tuh Nov!). Iya betul Nov, banyak yang masih kurang percaya dengan survei2 tersebut, tapi ya tidak apa2, yang penting kita bahas saja dengan jujur, tidak memihak, jangan berat sebelah, kan analis seorang blogger kelebihannya adalah independen. Itu tiga partai besar masih saja pada ribet, Partai Demokrat yang paling tenang, karena hasil surveinya diperkirakan akan kuat, jadi biar saja Golkar nantinya mau kemana juga tidak apa2, pasti banyak yang mau gabung dengan SBY kan. Golkar ini paling ribet, faksi pak ketum kelihatannya realistis,sudahlah gabung ke Demokrat jadi orang kedua juga ok begitu kira2. Tapi ada kekuatan didalam yang aliran keras, maunya ke PDIP (saya sedang menyusun artikel ttg ini ). Kalau Golkar maunya macam2, bisa2 nanti kalau Demokrat kuat, bisa ditinggal, nah lebih ribet lagi, pasti akan terjadi perebutan kekuasaan internal. PDIP juga ribet, mau meminang Sultan saja, Sultannya mulai pasang harga, agak “ngeles-ngeles” (tahu maksudnya kan?, Mau koalisi juga belum ada tanggapan, penginnya dengan Golkar dan PKS, tapi hambatannya masih banyak. Pada Ribet kan Novri ya. Saya sependapat kalau nanti pasti akan ada perkembangan survei lagi dan langkah2 parpol terbaru. Saya tertarik mengamati langkah PKS, suka bikin sensasi, berani, sementara parpol lainnya agak hati2… PKS istilahnya hajar dulu urusan belakangan, jadi kita tunggu 8 janjinya. Nah Novri sementara begitu dulu ya, mereka pada berusaha menaikan citra, berfikir koalisi…sementara kita di Kompasiana asyik2 membahas mereka, asyik kan….tapi perlu diingat tetap santun berdiskusinya. Once again thanks ya…wah sudah malam nih, Good Night>Pray.
wijayalabs,
— 26 Desember 2008 jam 11:50 pm
Bagi saya pribadi, siapapun presidennya asalkan berpihak pada rakyat dan punya program yang jelas dan bukan hanya sekedar janji, itu yang saya pilih.
Untuk piluhan Parpol yang akan datang, kita akan lihat bahwa golkar dan demokrat akan tetap unggul, karena duet SBY-JK telah jelas dipertahankan di periode yang akan datang.
Ingatlah, bahwa pasangan tentara dan saudagar adalah pasangan yang layak diperhitungkan. Tentara pandai dan ahli strategi untuk menang melawan musuh, sedangkan saudagar pandai mencari keuntungan. Karena itu, dibawah pimpinan JK golkar belum mau menyebutkan siapa calon presidennya. Wong belum jelas, untung atau rugi? he….3x
palawija,
— 26 Desember 2008 jam 11:55 pm
yah saya setuju hasil survey terutama urutan pertama SBY walaupun pelan tapi pasti Indonesia yang dihantam barbagai bencana sampai dengan badai resesi ekonomi dunia akan bangkit salut juga dengan terus ditangkapnya para koruptor yang tidak tahu malu dan memalukan bs Indonesia di dunia maju terus SBY-JK, klo Prabowo sptnya masih sebatas iklan ya trackrekordnya masih belum kelihatan ya
Prayitno Ramelan,
— 27 Desember 2008 jam 1:15 am
@Yth Pak Wijaya Kusumah, terima kasih telah memberikan tanggapan, saya sudah ngintip blognya, wah ternyata bapak Guru nih, dulu salah satu anak saya juga murid LabSchool. waktu kepala sekolahny pak Arief Rahman. Saya sependapat juga kalau nanti bapak meilih presiden yg memihak rakyat, punya program yang jelas dan tidak hanya janji. Tapi kalau kampanye ya biasanya banyak yg janji2 saja nih Pak Guru. Semoga yag sekarang tidaklah. Bapak mendukung SBY-JK…ok deh, salam pak>Pray.
@Palawija, ini pendukungSBY-JK juga ya pak Dirman, pendapatnya saya hargai pak, yang anti korupsi. Ngomong2 jauh juga ya dari Papua…dulu saya waktu masih aktif th 1982-1984 pernah bertugas di Biak , bahkan salah satu anak saya lahir di Biak. Terima kasih ya>Salam.Pray
TITAH SOEBAJOE,
— 27 Desember 2008 jam 11:15 am
Terima kasih atas kritik dan tanggapan Mas Prayitno, saya bukan dari kalangan orang muda, umur sayapun sekarang 58 tahun. Tetapi saya merasa malu melihat kalangan tua masih berebut kuasa untuk jadi presiden. Maklum ini akibat tinggalan Suharto, yang memangkas generasi muda sehingga terjadi kemandegan suksesi bangsa. Apakah memang ini merupakan gejala pergantian wangsa 500-an tahun yang ditutup dengan keserakahan sifat pemimpinnya, saya sendiri tidak tahu. Tapi yang jelas, dengan disumbatnya suksesi tersebut, terjadi sifat kemaruk dikalangan tua. Sehingga generasi dibawahnya tidak diberi kesempatan lagi. Dulu waktu awal gerakan reformasi, tidak terfikir bahwa adik-adik kita begitu berani. Apalagi kalau melihat mereka yang begitu lugu. Tetapi setelah kita buka wawasan mereka, mereka memiliki keberanian yang luar biasa dalam menghadapi tirani Suharto. Sekarang kelihatannya demikian. Kalau saja mereka diberi kesempatan di jalur independent saya yakin merekalah yang akan memimpin negeri ini. Sekarang ini kan mereka itu disumbat dengan system partai politik yang begitu padat aturannya. Terobosan itu harus kita dukung sebagai kalangan tua. Dengan cara begini, ramalan-ramalan berdasarkan survey berbasis duit jadi terjungkir balik. Bayangkan saja, dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang memberikan peluang pada suara terbanyak dalam pemilihan legislative, mereka yang membeli nomer kecil sudah porak poranda. Apalagi kalau calon independent diluluskan sekarang juga untuk ikut bertarung. Kita kalangan tua,setuju dengan pendapat sampeyan. Sudah waktunya menjadi supporternya Indonesia Muda. Bukan berlaga dan belagu melawan kalangan muda. Salam buat sampeyan Mas Yit, sampai ketemu dikomentar-komentar selanjutnya.
Prayitno Ramelan,
— 27 Desember 2008 jam 2:12 pm
Yth Mas Soebajoe, waduh sudah jadi Grandpa juga mestinya ya?.terima kasih pendapatnya, memang saya sendiri juga agak heran, kan umur saya almost 62, walau fisik dijaga ada saja kurangnya, ya pegel, ya kolesterol naik, ya asam urat juga akan naik, kadang suka pelupa,…he,he,he, penjenengan kan belum oversixty, nanti begitu kira2. Tapi pada tahun 2009 nanti saya kira merupakan tahun terakhir bagi generasi tua berbakti kepada negara ini. Tahu 2014 saya sependapat dengan William Liddle sebagai tahun dimana generasi muda kita diberi kesempatan memimpin bangsa ini, biarlah mereka mematangkan diri dalam lima tahun mendatang. Kalau jalur independen dibuka Mas, mohon maaf ni, kini masih berat melawan generasi kita2 itu, ya ilmu, dana, jaringan, pokoknya macem2 deh. Saya juga senang dengan keputusan Mahkamah Konstitusi tentang suara terbanyak itu…angkat topi buat Pak Mahfud MD (dulu pernah jadi Boss saya di Dephan).Matur kesuwun Mas Bajoe>Salam sesama orang tua nih.Salamnya beda dgn yang muda…ojo pegel, ojo lali, ojo lamur…he,he,he>Pray
FENOMENA POPULARITAS PARTAI GERINDRA « unah-unuh,
— 25 April 2009 jam 10:28 pm
[...] “SBY, Prabowo, Mega dan Peta Politik” http://prayitnoramelan.kompasiana.com/category/partai-gerindra/, diakses pada tanggal 7 [...]

Tidak ada komentar: