Rabu, 01 Oktober 2008

ARTI TIMOR LESTE BAGI AUSTRALIA






Oleh : Prayitno Ramelan, Analis Lembaga Indset
Sumber : KORAN SEPUTAR INDONESIA - 15 Mei 2008

Timor Leste, yang resmi menjadi sebuah negara sejak 20 Mei 2002, adalah sebuah negara kecil dan miskin. Negara ini kecil karena dahulu hanya merupakan salah satu provinsi dari Indonesia. Jumlah penduduknya saja hanya 924.642 jiwa, dan tingkat pertumbuhan penduduknya 2,059% (CIA World Fact Book). Secara kesejahteraan, negeri inipun sangat kekurangan. Sekitar 40% penduduk hidup dibawah garis kemiskinan. Negeri ini pada 2004 hanya mampu mengais GDP nonmigas sebesar USD339 juta, dengan GDP per kapita USD366.

Lebih lanjut, sejak krisis April-Mei 2006, pemerintah Timor Leste sangat mengharapkan bantuan komunitas internasional untuk mengatasi masalah pengungsi. Sedikitnya USD22 juta telah dikucurkan oleh negara-negara donor internasional untuk menangani pengungsi. Pada 2008 ini, untuk menanggulangi bencana alam, Timor Leste hanya mempunyai anggaran USD1 juta dari kebutuhan USD14,79 juta.

Terlepas dari fakta-fakta diatas, ditinjau dari komponen intelijen geografis, Timor Leste sejatinya justru mempunyai nilai sangat strategis. Setidaknya itu bisa dilihat dari banyaknya negara telah membuka perwakilan diplomatik di Dilli. Ada Australia, Amerika Serikat, Jepang, Indonesia, Selandia Baru, Portugal, Malaysia, Korea Selatan, Irlandia dan Komisi Eropa. Disamping itu beberapa negara lainnya menjalin hubungan diplomatik dengan merangkap perwakilannya dengan Jakarta.

Namun, dari sekian negara yang menjalin hubungan dengan Timor Leste, Australia`justru yang tampak memiliki relasi sangat dekat dengan Bumi Loro Sae itu. Banyak yang menilai kedekatan Australia selama ini lebih karena diplomasi kandungan minyak diwilayah Timor Leste. Faktanya bisa lebih dari itu. Australia mulai menanamkan pengaruhnya sejak proses referendum pada pertengahan 1999 hingga kini. Pasukan Australia yang merupakan bagian dari pasukan yang tergabung dalam misi perdamaian PBB masih tetap berada di Timor Leste untuk menjaga keamanan negara tersebut.

Di kala Presiden Ramos Horta tertembak dalam insiden percobaan kudeta, Australia pun segera mengambil langkah penyelamatan karena tahu apabila Horta meninggal, Timor Lerste akan menjadi kacau. Pada tanggal 15 Pebruari 2008, beberapa hari setelah terjadinya upaya kudeta yang gagal itu, PM Australia Kevin Rudd berkunjung ke Timor Leste selama beberapa jam guna menunjukkan dukungan pada pemerintah. Rudd juga menyetujui penambahan 350 tentara Australia setelah pertemuan dengan PM Gusmao dan pemimpin partai Fretilin yang beroposisi Mari Alkatiri.

Selanjutnya di Canbera Rudd menyatakan, Australia ingin memainkan peranannya dalam menjamin keamanan dan stabilitas Timor Leste. Dia menyatakan kembali dukungannya terhadap pertumbuhan dan pembangunan jangka panjang di Timor Leste. Statement tersebut menunjukkan nilai dan arti penting Timor Leste bagi Australia. Dalam kaitan kebijakan pertahanan negaranya, PM Kevin Rudd memang lebih fokus pada pelibatan untuk mengamankan Australia dari ancaman dikawasan Asia-Pasifik daripada diluar kawasan.

Krisis kawasan dinilai akan berpengaruh langsung terhadap keamanan nasionalnya. Kekuatan militer harus mampu diproyeksikan kekawasan disekitarnya yang dinilai rawan, tidak stabil, ekonominya lemah, ataupun gagal dalam menangani keamanan dan ketertiban. Australia selalu memandang musuh akan datang dari utara, karena itu arah pertahanan difokuskan ke utara. Sistem pertahanan lapis pertamanya adalah early warning radar. Australia memiliki Jindalee Operational Radar Network (JORN) yang mampu memonitor kawasan sejauh 3000 km, hingga Pulau Jawa, Kalimantan, Maluku, Papua, Solomon bahkan mungkin hingga Filipina.

Australia memiliki pesawat F-111, F/A 18A Hornet, Hawk MK127, PC-9 dan kini sedang memesan 24 buah pesawat F/A-18F Block 2 Super Hornet yang dapat mengangkut senjata hingga 8050 kg. Direncanakan pesawat-pesawat tempur canggih itu akan datang antara tahun 2013-2015. Australia menunjukkan keinginan memiliki pesawat siluman F-22 Raptor yang jauh lebih canggih. Pesawat angkut C-130 Hercules dan C-17 Globemaster merupakan tulang punggung angkutan udara militernya.

Selain itu Australia sudah membeli 59 tank termodern M1.A1/2 Abrams dimana 41 buah diantaranya disimpan di Darwin. Australia juga memiliki kapal laut angkut cepat yang mampu mengangkut satu brigade pasukan lengkap dengan peralatannya.

Dalam strategi penangkalan ancaman dari utara, Australia pun dapat menggunakan wilayah Papua Nugini sebagai pangkalan operasi sewaktu-waktu. Detail kawasan maluku dan papua pun sudah dikuasainya dengan lengkap, termasuk pangkalan udaranya. Ini karena pada 1980, Negeri Kanggurulah yang melakukan pemetaan kawasan tersebut dalam operasi pemetaan Pattimura 80.

Untuk melengkapi kebutuhan gelar kekuatan, kini satu peluang coba diraihnya lagi dengan menanam pengaruh di Timor Leste. Negara baru ini sangat memungkinkan dijadikan pangkalan terdepannya untuk menggelar pesawat tempur dan pengebomnya apabila muncul ancaman dari kawasan Asia. Di Baucau misalnya terdapat sebuah landasan panjang yang memenuhi syarat untuk dislokasi pesawat tempurnya.

Nah, paparan diatas menunjukkan aspek penting serta nilai strategis lain dari Timor Leste bagi Australia selain diplomasi minyaknya. Australia selalu memperhitungkan kemungkinan timbulnya konflik dengan Indonesia yang dinilai unpredictable. Bahkan pemerintahan John Howard pernah menyatakan akan melakukan pre-emptive strike kekawasan disekitarnya bila Australia merasa ada ancaman, termasuk ke Indonesia yang diperkiraan terdapat tempat pelatihan teroris.

Sejarah pernah berbicara, saat operasi Trikora dan Dwikora, Indonesia ”tiba-tiba” memiliki pesawat pengebom TU-16 yang saat itu termodern didunia. Pesawat ini dapat mencapai daratan Australia tanpa AU Australia mampu menangkalnya. Australia telah belajar dari pengalaman tersebut. Berikutnya mereka juga belajar tatkala diplomasi militer kita, khususnya Angkatan Udara Indonesia mampu memaksa Belanda untuk melepaskan Irian Jaya atas desakan Amerika Serikat.

Definisi ancaman lain bagi Australia adalah serangan peluru kendali jarak jauh. Australia sudah menyetujui akan membantu AS dalam pengembangan pertahanan rudal (peluru kendali). Hal tersebut berkait dengan uji rudal balistik Korea Utara pada 1998 yang dapat menjangkau Washington, Tokyo dan Canbera.

Dalam konteks The Australia, New Zealand, United States Security Treaty (ANZUS), Australia juga sedang menimbang untuk memperoleh sistem pertahanan AEGIS dari AS, sistem persenjataan interkoneksi dan interaktif yang mengintegrasikan secara penuh matra udara dan laut dengan satelit yang memberikan umpan balik. Ini adalah sistem tercanggih yang mampu memonitor dan menangkal serangan rudal sekalipun.

Kerjasama pertahanan dalam ANZUS, hubungan dengan Papua Nugini, serta kemungkinan penggelaran kekuatan di Timor Leste menjadi bagian penting bagi pertahanan Australia dimasa mendatang. Karena itu walau kecil, Timor Leste bagi Australia merupakan negara yang mempunyai nilai vital dan strategis.

Dari Timor Leste, AU Australia akan dapat langsung mengontrol kawasan Asia Tenggara dan menyergap lawan jauh diluar wilayah negaranya. Pesawat penyerangnya juga akan lebih efektif dan efisien apabila diperlukan untuk mencapai jantung pertahanan Indonesia dan pusat pemerintahan Jakarta. Mudah-mudahan kita tidak melupakan masalah yang satu ini, karena tengah disibukkan dengan diskusi kenaikan harga BBM, pemilihan kepala daerah danpemilihan presiden. (*)

Tidak ada komentar: