Selasa, 07 Oktober 2008

HATI YANG TERTUTUP DAN MEMBEKU

Oleh : Prayitno Ramelan
5 Oktober 2008

Alkisah sebuah cerita di Republik Nyata, ada kesatuan yang baru berganti pimpinan. Semua bersemangat menyambut sang pemimpin yang gagah, selama ini dikenal lurus dan jujur. Yang lebih bersemangat lagi para ibu-ibunya, baik yang masih aktif maupun sudah purnawirawan. Karena Ibu Komandan baru itu pakai jilbab, sesuatu yang belum pernah terjadi selama ini. Bukan main, ini ibu Komandan yang Islami. Ibu itu selama ini dikenal ramah dan sangat menghargai orang lain. Wah, pokoknya penampilan dan senyumnya bukan main, santun. Awalnya sangat disukai dan diharapkan.

Selang berjalan beberapa bulan era kepemimpinan sang Komandan, terjadi suatu kejadian yang sangat mengherankan. Inilah kisahnya……

Dikesatuan besar itu sejak 37 tahun yang lalu setiap minggu pada hari Jumat selalu dilakukan pengajian yang termasuk program kerja satuan tadi. Seperti biasa kalau kegiatan pengajian maka mayoritas yang hadir adalah mereka yang sepuh-sepuh, istri para pensiunan atau ada juga warakawuri. Tidak main-main pesertanya banyak yang mantan pejabat.
Tapi, kini dimasa tua mereka tidak mempersoalkan kedudukan dan pangkat lagi, semua sama dimata Allah, saling menghormati. Mereka selama ini selalu dibimbing oleh seorang Ustadzah yang pengetahuan agamanya dinilai dan diakui sangat dalam. Bayangkan sejak tahun 1976, setiap tahun paling tidak tiga kali beliau pergi ketanah suci.

Pada suatu siang Ibu Komandan tadi memanggil pengurus pengajian kekantornya. Dengan gaya seorang istri Komandan, beliau menyampaikan bahwa kesatuan ini tidak dapat terus mendukung penyelenggarakan pengajian tiap minggu, jadi hanya akan mendukung dua kali seminggu, termasuk juga penjemputan Ustadzah dengan mobil dinas juga hanya dua kali, kalau tidak dipergunakan pada hari yang ditentukan maka jemputan selanjutnya akan hangus….maksudnya ibu-ibu pengajian harus mengurus sendiri antar jemput Ustadzah tadi.

Kemudian ditegaskannya juga, bagi Ibu-ibu yang masih menginginkan pengajian empat kali seminggu maka yang dua kali harus mengurus sendiri segala sesuatunya. Dan ibu Komandan memutuskan agar tempat pengajian harus pindah dari kantor ibu Komandan tadi ketempat yang ditentukan, sebuah gedung entah apa namanya….katanya kantor Ibu Komandan akan direnovasi.Dan nanti selesai direnovasi tidak jelas mungkin tidak boleh disitu lagi, karena takut ada barang yang rusak katanya. Sudah berpuluh tahun sebenarnya pengajian tadi dilaksanakan dikantor itu yang merupakan kantor tempat organisasi istri-istri pejabat tadi berorganisasi. Itulah maklumatnya.

Setelah mendengar penjelasan tadi, para pengurus tersentak, tertegun, heran, tidak mengerti, kenapa mesti begitu. Diskusipun berlangsung antara pengurus pengajian dan ibu Komandan, tetapi keputusan sudah diambil oleh ibu komandan tadi. Gedung kantor Ibu Komandan tadi dibangun pada saat para pengurus pengajian masih menjabat dahulu, dibangun oleh para senior itu juga, dan sementara si Ibu Komandan yang “tegas” tadi masih belum ada disekitar situ.

Ketika salah seorang pengurus pulang, dia menceritakan kepada suaminya yang juga mantan pejabat tentang masalah itu. Apa kata suami itu? Sudahlah Ma, itulah hidup, manusia akan selalu mendapat ujian, mendapat cobaan dari Allah Swt. Jadi tabahlah, sabar dan ikhlas….Si istri yang merasa bertanggung jawab kepada kelompok pengajian itu, kepada teman-temannya, kepada para seniornya dan juga kepada Allah, tetap sulit mengerti. Katanya, yang kita lakukan kan suatu kebaikan, demi Agama Islam, demi Allah, berzikir, berdoa, membaca ayat suci, mendapat Tausiah, bimbingan rohani.

Apa tidak sedih kita melihat para senior-senior sepuh itu yang sangat mendambakan pengayoman batin, pembersihan qolbu, mengharap pengampunan dosa saat usia senja ini…bersiap-siap akan menghadap sang Khalik, kok kenapa mesti dilarang-larang. Disuruh pindah, dibatasi kegiatan pengajiannya, tidak boleh menggunakan tempat yang selama ini mereka pergunakan. Masalah ini kelihatannya sederhana, tetapi prinsip, karena berkaitan dengan masalah ibadah. Yang jelas sudah jatuh hukuman dari Allah didunia ini, yang tidak disadarinya...namanya menjadi tidak baik dikalangan seniornya.

Sang istri yang pengurus pengajian tadi benar-benar tidak mengerti, keputusan itu diluar nalarnya, kenapa?……karena Ibu Komandan itu pakai Jilbab. Masya Allah.

Walaupun suaminya sudah menjelaskan berulang kali, dia tetap tidak bisa mengerti, kenapa ibu Komandan tadi tega. Si ibu pengurus pengajian selalu melelehkan air mata kalau menceritakan masalah itu. Dia bilang, itu tindakan kurang terpuji ya Pa, orang mau beribadah saja dipersulit sampai sebegitunya, dia main-main dengan Allah…bagaimana kalau nanti Allah marah???. Wah, kok bilang begitu….

Penulis hanya bisa mengatakan, semuanya itu hanya disebabkan hanya karena satu hal….hati ibu Komandan tadi tertutup, membeku dan membatu. Dia entah tahu entah tidak kalau diluar sana sangat banyak umat Islam yang berlomba menginginkan rumahnya, kantornya dijadikan tempat pengajian, untuk sholat berjamaah. Umat Islam meyakini rumah/kantornya tadi akan mendapat berkah dan rahmat Allah. Seperti sebuah tempat ibadah.

Tapi, dia membatasi kegiatan ibadah dengan congkak dan kesombongan manusia yang sangat tidak disukai oleh Allah Swt. Itulah salah satu kelemahan manusia, saat dia atau suaminya menduduki jabatan, dia akan berubah, merasa menjadi dewa..…yang bisa mengatur segalanya, tidak takut kepada apapun. Astaghfirullaahal ‘azhiim. Untung kisah ini terjadi dinegeri Nyata. Bagaimana kalau terjadinya di Republik Indonesia, kalau Ibu Ani membaca kisah ini pasti menegur ibu Komandan tadi.

Tidak ada komentar: